Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Arti "Jangkrik Bos" dari Bacagub Jateng Ahmad Lutfhi Saat Konsolidasi Partai?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/NUR ZAIDI
Bakal calon gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi berfoto bersama dalam konsolidasi Partai Gerindra di Gedung IPHI Demak, Sabtu (14/9/2024) malam.
|
Editor: Rizal Setyo Nugroho

KOMPAS.com - "Jangkrik Bos" merupakan ungkapan yang populer dari film Chips Warkop DKI pada 1982. Film tersebut dimainkan oleh legenda trio komedian Warkop DKI, Dono, Kasino, dan Indro.

Ungkapan "Jangkrik Bos" kembali eksis.

Bakal calon gubernur Jawa Tengah (Jateng), Ahmad Luthfi meneriakkan ungkapan tersebut saat konsolidasi Partai Gerindra di Gedung Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Demak, Jawa Tengah, Sabtu (14/9/2024).

Luthfi beberapa kali berteriak "Jangkrik Bos" dalam pidatonya yang kemudian disambut "Jangkrik!" secara bersama-sama oleh massa yang hadir.

Lantas apa arti ungkapan "Jangkrik Bos"?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Saat Melbourne Diserang Jangkrik hingga Membuat Warga Kesal karena Berisik...

Arti jangkrik bos versi Ahmad Luthfi

Saat ditanya arti ungkapan "Jangkrik Bos", Luthfi mengatakan, ungkapan itu merupakan seruan motivasi bagi para kadernya untuk bekerja keras memenangkannya di seluruh titik tempat pemungutan suara (TPS) di Jawa Tengah.

"Jadi 'jangkrik bos' itu motivasi jangkauan semua titik. Artinya para kader itu bergerak sampai di titik-titik tertentu sampai paling kecil. Tidak boleh ada TPS yang kosong," kata dia dilansir dari Kompas.com, Minggu (15/9/2024).

Ungkapan itu disampaikannya ketika bertandang ke Demak untuk konsolidasi partai dan memperkenalkan diri bahwa dia bersama Taj Yasin Maimoen maju Pilkada Jateng.

Dia juga turut memperkenalkan Edi Sayudi-Eko Pringgolaksito yang maju dalam Pilkada Demak 2024.

Selain konsolidasi, kedatangan itu juga dimaksudkan dalam rangka Maulid Nabi Muhammad SAW yang jatuh pada Senin (16/9/2024).

Dalam kunjungan itu, Luthfi memuji kader Gerindra Demak yang dinilai solid dan memiliki komitmen besar untuk memenangkan Pilkada 2024

Acara itu juga turut dihadiri koalisi partai pengusung dan pendukung paslon Edi-Eko utuk Pilkada Demak, yakni Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Partai Persatuan Pembangunan (PPP), dan Partai Demokrat.

Hadir pula Partai Nasdem, Partai Buruh, Partai Ummat, Partai Hanura, Partai Kebangkitan Nusantara (PKN), Partai Perindo, serta Partai Bulan Bintang.

Baca juga: Jangkrik Bos!, Teriakan Ahmad Lutfhi Saat Konsolidasi Partai, Apa Maknanya?

"Jangkrik Bos" jadi sindiran praktik kolusi

Frasa jangkrik bos kali pertama muncul di film Chips Warkop DKI tahun 1982.

Istilah jangkrik dalam kehidupan sehari-hari mungkin dikaitkan sebagai ucapan yang bermakna suatu umpatan.

Namun, dalam film Warkop DKI, ungkapan "Jangkrik Bos" bukan sebatas umpatan saja.

Dikutip dari Kompas.com (16/9/2024). ungkapan jangkrik bos adalah sinyal praktik suap-menyuap, kolusi, atau pemerasan.

Dalam film Chips Warkop DKI tahun 1982, adegan Kasino mengatakan jangkrik bos dibalas dengan adegan bosnya yang mengeluarkan 'uang tutup mulut' supaya aibnya yang tertangkap basah dengan perempuan tidak dibongkar.

Adegan itu mengisyaratkan bahwa ungkapan jangkrik bos sejatinya sindiran tentang budaya korupsi, kolusi, perbuatan tidak terpuji.

Jangkrik bos semacam satir, gaya kritik khas Warkop DKI kala itu.

Ungkapan jangkrik bos juga muncul kembali dalam film Warkop DKI Reborn yang diperankan oleh Abimana Aryasatya (Dono), Vino G Bastian (Kasino), dan Tora Sudiro (Indro).

Film tersebut hadir kembali ketika budaya korup masih menjadi pemandangan sehari-hari di negeri ini. Ternyata, Indonesia belum berubah juga.

Padahal, praktik korupsi menjadi salah satu faktor yang menumbangkan rezim Orde Baru pada 1998.

Pada zaman Orde Baru, kritik Warkop DKI dipandang kelucuan semata sehingga rezim ini tidak terusik karena itu hanyalah dialog da n adegan dalam film semata.

Padahal sejatinya Warkop DKI sedang memarodikan kehidupan nyata. Sama halnya dengan kata Graeme Turner di Film as Social Practice pada 1988, film tersebut merupakan praktik kehidupan sosial.

Karya sastra berupa film merupakan potret realita masyarakat.

(Sumber: M Subhan SD, Nur Zaidi | Editor: David Oliver Purba).

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi