KOMPAS.com - Lukisan terkenal karya pelukis Belanda Vincent van Gogh, The Starry Night, merupakan salah satu karya seni paling menarik yang pernah dihasilkan di dunia seni.
Tidak hanya memukau, langit yang terlihat bergolak dan berputar-putar karya Van Gogh tampaknya juga menunjukkan pemahaman yang mendetail tentang fisika turbulensi.
Para ilmuwan mengatakan, sapuan kuas dalam karya besar Van Gogh ini konsisten dengan dinamika fluida atmosfer Bumi.
“(Lukisan ini) mengungkapkan pemahaman yang mendalam dan intuitif tentang fenomena alam,” kata fisikawan Yongxiang Huang dari Universitas Xiamen di China, dikutip dari Science Alert, Rabu (18/9/2024).
“Representasi turbulensi yang tepat dari Van Gogh mungkin berasal dari caranya mempelajari pergerakan awan dan atmosfer atau rasa bawaan tentang bagaimana menangkap dinamika langit," tambahnya.
Baca juga: Pameran Van Gogh Alive Bakal Hadir di Jakarta, Apa Keistimewaan Lukisan Van Gogh?
Dibuat ketika van Gogh tinggal di rumah sakit jiwa
Van Gogh menciptakan karya seni ini pada 1889 saat ia tinggal di rumah sakit jiwa di dekat Saint-Remy-de-Provence di Perancis selatan, dilansir dari Telegraph, Selasa (17/9/2024).
Lukisan di kanvas dengan cat minyak itu menampilkan langit malam dengan pusaran biru yang bergolak, Bulan sabit yang bercahaya, dan bintang-bintang yang digambarkan sebagai bola-bola yang memancar.
Dua pohon cemara mendominasi latar depan di sebelah kiri, sementara sebuah desa berada di kejauhan di sebelah kanan bawah.
Ketika menganalisis sapuan kuas pada lukisan tersebut dengan menggunakan gambar digital beresolusi tinggi, sebuah tim fisikawan menemukan bahwa karya Van Gogh sangat mirip dengan aliran udara dalam realitas.
Peneliti mengatakan, lukisan The Starry Night merepresentasikan turbulensi dari pergerakan awan dan atmosfer.
Meskipun turbulensi paling sering dikaitkan dengan badai dan pergerakan angin yang menyebabkan pesawat tiba-tiba berguncang di udara, turbulensi juga dapat diamati dalam fenomena sehari-hari, mulai dari asap yang mengepul dari cerobong asap, sungai yang mengalir deras, hingga penyedot debu dan air yang mendidih di dalam ketel.
Ketika udara atau air mengalami turbulensi, maka akan tercipta arus besar yang berputar-putar yang dikenal sebagai pusaran.
Pusaran ini semakin lama semakin terurai menjadi pusaran yang lebih kecil, mentransfer energi hingga akhirnya gerakan turbulen menghilang.
Baca juga: Hadiah Unik Peraih Emas Olimpiade: Lukisan, Kolonoskopi Gratis, dan Ramen Seumur Hidup
Pusaran dalam lukisan Van Gogh mirip dengan teori fisika
Para ilmuwan ingin mengetahui apakah pusaran yang digambarkan oleh Van Gogh sangat sesuai dengan beberapa teori yang ada tentang aliran turbulensi.
Tim peneliti kemudian menganalisis sapuan kuas dalam 14 bentuk pusaran utama pada lukisan tersebut serta jarak antar pusaran.
Mereka melihat sapuan kuas dalam lukisan sebagai daun asli yang berputar-putar di corong angin. Sementara representasi cahaya di Bulan dan bintang yang bercahaya digunakan sebagai pengganti untuk mengukur intensitas transfer energi di antara pusaran.
Dengan menggunakan pemodelan komputer, tim menemukan bahwa bentuk pusaran tersebut mengikuti pola struktur yang berbeda yang terlihat pada cairan turbulen.
Para peneliti mengatakan, pola itu selaras dengan teori fisika yang dikenal sebagai hukum Kolmogorov, yang memprediksi bagaimana energi dalam pusaran turbulen didistribusikan di berbagai ukuran.
Tim juga meneliti pantulan cahaya yang berkilauan dalam lukisan tersebut dan menemukan bahwa hal ini selaras dengan teori lain dalam fisika yang dikenal sebagai penskalaan Batchelor, yang menggambarkan fluktuasi terkecil dalam turbulensi sebelum menghilang.
Diterbitkan dalam jurnal Physics of Fluids, para penulis mengatakan, Vincent van Gogh, salah satu pelukis pasca-impresionis yang paling terkenal, memiliki pengamatan yang sangat cermat terhadap aliran turbulen.
"Van Gogh mampu mereproduksi tidak hanya ukuran pusaran, tetapi juga jarak relatif dan intensitasnya dalam lukisannya," pungkasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.