KOMPAS.com - Sejumlah ilmuwan mengungkap misteri suara menyeramkan yang muncul di Palung Mariana.
Suara yang mirip erangan makhluk besar raksasa itu kali pertama diidentifikasi pada 2014. Para peneliti menyebut suara aneh itu sebagai suara "biotwang".
Dalam studi yang diterbitkan dalam jurnal Frontiers in Marine Science, Rabu (18/9/2024), peneliti membuktikan, suara misterius di kedalaman Samudera Hindia itu sebenarnya berasal dari panggilan paus Bryde atau Balaenoptera edeni.
Ilmuwan menduga, paus-paus ini menggunakan suara tersebut untuk menemukan kawanannya, seperti permainan raksasa Marco Polo.
Marco Polo merupakan petualang asal Venesia, Italia yang melakukan perjalanan dari Eropa ke Asia pada tahun 1271–95, dan menetap di China selama 17 tahun.
Misteri ini terungkap berkat alat kecerdasan buatan (AI) yang mampu menyaring lebih dari 200.000 jam rekaman audio berisi berbagai macam suara laut.
Baca juga: Ilmuwan Temukan Virus Misterius di Dasar Palung Mariana, Apa Itu?
Suara khas terdengar 9 kali
Dugaan peneliti semakin kuat bahwa suara misterius itu berasal dari paus Bryde ketika mereka melihat 10 ekor cetacea berenang di dekat Kepulauan Mariana dan merekamnya.
Dalam rekaman itu, sembilan di antaranya yang mengeluarkan suara khas.
“Sekali, itu kebetulan. Dua kali adalah kebetulan. Sembilan kali, itu pasti paus Bryde,” kata penulis utama studi Ann Allen, dikutip dari Live Science.
Namun, untuk membuktikan bahwa suara itu berasal dari paus Bryde, tim peneliti mencocokan kemunculan suara dengan pola migrasi spesies tersebut.
Peneliti harus memilah-milah rekaman audio selama bertahun-tahun yang ditangkap oleh stasiun pemantauan di seluruh Kepulauan Mariana dan sekitarnya.
Untuk mempercepat tugasnya, peneliti menggunakan AI untuk mengubah suara biotwang menjadi gambar seperti spektogram. Dengan begitu, suara satu dan lainnya dapat dibedakan dengan algoritma kecerdasan mesin.
Dalam analisis tersebut, suara biotwang hanya dapat didengar di Pasifik barat laut. Meskipun paus Bryde berkeliaran di wilayah yang jauh lebih luas, hal ini menunjukkan bahwa hanya populasi paus tertentu yang mengeluarkan suara tersebut.
Data suara itu juga menunjukkan adanya lonjakan suara biotwang selama 2016, ketika kenaikan suhu laut yang disebabkan El Nino.
Kenaikan suhu laut itu membuat jumlah paus Bryde yang mengunjungi daerah tersebut meningkat.
Masih belum jelas mengapa panggilan ini terdengar sangat aneh.
“Ada kemungkinan bahwa mereka menggunakan biotwang sebagai panggilan kontak, semacam 'Marco Polo' di lautan,” kata Allen yang juga ahli kelautan di Pusat Sains Perikanan Kepulauan Pasifik Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA)
“Tapi kami membutuhkan lebih banyak informasi sebelum bisa memastikannya," imbuhnya.
Baca juga: Mengenal Palung Mariana, Tempat Terdalam di Bumi
Suara biotwang terdeteksi 10 tahun lalu
Suara misterius di Palung Mariana pertama kali terdeteksi saat survei akustik Palung Mariana pada 2014.
Sejak 2016, peneliti sudah menduga bahwa suara tersebut berasal dari pas Bryde, tetapi mereka tidak dapat mencocokkan suara tersebut dengan panggilan paus yang dicurigai.
Dilansir dari Newsweek, suara biotwang digambarkan oleh para peneliti seperti suara mesin pesawat ruang angkasa di Star Trek yang dipasangkan dengan suara gerutuan lebih dalam.
Suara ini pertama kali diamati selama survei Universitas Negeri Oregon di sekitar Palung Mariana yang dilakukan seaglider otonom di kedalaman 35.876 kaki atau sekitar 10.000 meter. Sejak saat itu secara sporadis suara biotwang terus terdengar di sekitar Pasifik.
Selanjutnya pada 2018, para peneliti mengonfirmasi bahwa suara biotwang dihasilkan oleh paus Bryde setelah mereka mengamati sejumlah besar hewan laut di sekitar sonobuoy yang menangkap suara-suara aneh tersebut.
Paus Bryde adalah paus balin berukuran sedang antara 40 hingga 55 kaki (12-16 meter).
Mamalia satu ini kerap ditemukan di perairan hangat, tropis, dan subtropis di seluruh dunia. Mereka cenderung lebih suka menyendiri atau ditemukan dalam kelompok-kelompok kecil dengan beberapa populasi bermigrasi.
Paus Bryde adalah pemakan saringan yang menggunakan lempeng balin untuk menyaring air dan menangkap mangsanya. Makanan hewan ini biasanya berupa ikan kecil, plankton, dan krustasea.