KOMPAS.com - Lebih dari dua dekade berlalu, dua pria tanpa lisensi penerbangan yang memadai membawa terbang Boeing 727-200.
Pesawat tersebut lepas landas dari Bandara Quatro de Fevereiro di Luanda, Angola, pada sore hari 25 Mei 2003.
Hilangnya pesawat ini mendorong pencarian di seluruh dunia oleh badan intelijen penegak hukum di Amerika Serikat (AS).
Sayangnya, sejak lepas landas pada sore itu, jejak keberadaan Boeing 727-200 tak juga ditemukan hingga kini.
Baca juga: Kisah Penerbangan Adam Air 782 Tersesat ke Tambolaka, Semua Selamat tapi Pelanggaran Berat
Kasus pencurian Boeing 727 pada 25 Mei 2003
Dilansir dari laman Simply Flying, kasus Boeing 727-200 pada 2003 bukan kasus hilangnya pesawat biasa karena ada beberapa perkara lebih kompleks yang menyelimutinya.
Menurut Aviation Safety Network, Boeing 727-200 dengan nomor registrasi N844AA dimiliki oleh perusahaan Aerospace Sales & Leasing.
Namun, pesawat itu telah tertahan selama lebih dari setahun karena biaya bandara yang belum dibayar dan sengketa hukum lainnya.
Saat pesawat hilang, Aerospace Sales & Leasing yang berkantor pusat di Miami, Florida, AS, dilaporkan sedang dalam proses pemindahan pesawat ke IRS Airlines, maskapai penerbangan Nigeria yang beroperasi dalam waktu singkat.
Data dalam situs ATDB.aero menunjukkan, pesawat itu awalnya terbang untuk maskapai penerbangan AS, American Airlines, dari 1975 hingga 2002.
Itulah mengapa saat dicuri, pesawat dilaporkan memiliki ciri dicat dengan warna perak serta terdapat garis tiga warna merah, putih, dan biru.
Maskapai lain yang namanya dikaitkan dengan pesawat ini adalah operator kargo Angola yang beroperasi dalam waktu singkat, Irwin Air.
ATDB.aero mencantumkan N844AA sebagai satu-satunya pesawat yang pernah terdaftar atas nama maskapai tersebut, sejak Februari 2002 hingga menghilang.
Ketidakkonsistenan tersebut semakin menambah kemisteriusan latar belakang hilangnya pesawat ini.
Baca juga: Boeing Kembali Mendarat Darurat, Penumpang sampai Pendarahan Hidung dan Telinga
Kronologi hilangnya Boeing 727
Pada Minggu, 25 Mei 2003 sore, dua pria dilaporkan menaiki Boeing 727-200 di Bandara Luanda, ibu kota Angola.
Mereka adalah warga negara Amerika Serikat sekaligus seorang pilot pribadi bernama Ben Padilla, serta warga negara Angola bernama John Mutantu.
Meski seorang pilot, Ben Padilla tidak memiliki sertifikat untuk menerbangkan Boeing 727-200. Sementara itu, John Mutantu adalah rekan sejawatnya.
Mereka diduga bekerja dengan mekanik Angola untuk menyiapkan pesawat agar dapat kembali mengudara setelah tertahan lebih dari setahun.
Keduanya membawa pesawat ke landasan pacu tanpa izin dari menara pengawas lalu lintas udara.
Kemudian, tanpa mengaktifkan lampu atau transpondernya, pesawat itu lepas landas ke arah barat daya langsung di atas Samudra Atlantik Utara.
Sejak itu, N844AA pun menghilang di kala Matahari terbenam dan tidak pernah terlihat lagi.
Baca juga: Mengenal Tragedi Serangan 9/11, Pembajakan Pesawat yang Menelan Lebih dari 3.000 Korban Jiwa
Teka-teki keberadaan Boeing 727
Boeing 727 tua yang menghilang dari bandara salah satu negara Afrika biasanya tidak akan menarik perhatian kalangan pejabat pemerintah dan militer AS.
Namun, kondisi itu berbeda lantaran kasus ini terjadi hanya kurang dari dua tahun setelah tragedi serangan 11 September 2001 atau 9/11 yang melibatkan pembajakan pesawat.
Pensiunan Jenderal Marinir AS dan komandan pasukan AS di Semenanjung Tanduk Afrika saat itu, Mastin Robeson mengatakan, tujuan pencurian Boeing 727-200 tidak pernah jelas.
Berbagai asumsi bermunculan, mulai dari pencurian untuk keperluan asuransi hingga upaya teroris seperti pada tragedi 9/11.
"Tidak pernah jelas apakah itu dicuri untuk keperluan asuransi oleh pemiliknya, apakah itu dicuri dengan maksud untuk dijual kepada orang-orang yang tidak bertanggung jawab, atau apakah itu merupakan upaya teroris yang disengaja dan terencana," kata dia kepada Air & Space Magazine pada 2010.
Dikutip dari laman LADbible, meski sudah tua dan menghabiskan sebagian besar waktu terbang untuk American Airlines, Boeing 727-200 masih terawat dengan sangat baik.
N844AA mencatat total 68.488 jam terbang dalam 43.390 siklus selama 26,5 tahun di maskapai American Airlines.
Namun demikian, setelah tiba di dataran Afrika, pesawat ini justru terjerumus dalam sengketa kontrak yang pelik.
Pembayaran sewa tidak dilunasi, janji-janji dilanggar, dan awak pesawat yang tidak dirawat dengan baik mengantarkan akhir yang menyedihkan bagi N844AA.
Keesokan paginya setelah N844AA lepas landas secara misterius, bel alarm mulai berbunyi. Akan tetapi, saat itu, hilangnya pesawat tidak diasumsikan akibat telah jatuh.
Terlebih, sebenarnya ada banyak landasan pacu panjang yang belum diaspal di Afrika Sub-Sahara yang dapat menampung Boeing 727.
Seiring berlalunya hari, minggu, bulan, tahun, bahkan dekade dan tanpa adanya penampakan sama sekali, hilangnya pesawat ini menjadi semakin tidak biasa.
Pilot, pejabat AS, serta pemangku kepentingan lain akhirnya memutuskan untuk meyakini pesawat itu jatuh di lautan dan menewaskan dua orang di dalamnya.
Namun, lagi-lagi, sejauh ini belum ada bukti seperti penemuan puing-puing pesawat yang dapat mendukung hal tersebut.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.