KOMPAS.com - Gerakan 30 September atau G30S pada 1965 adalah salah satu momen penting dalam sejarah Indonesia.
Saat itu, sejumlah perwira khususnya jenderal TNI Angkatan Darat (TNI AD) diculik dan dibunuh dalam waktu satu malam.
Cerita paling dikenal hingga kini adalah pembunuhan terhadap tujuh perwira TNI AD yang kemudian dimasukkan ke dalam sumur di daerah Lubang Buaya, Jakarta Timur.
Ketujuh orang itu yakni Jenderal Ahmad Yani, Letjen Suprapto, Letjen Siswondo Parman, Letjen Mas Tirtodarmo Haryono, Mayjen Donald Isaac Panjaitan, Mayjen Sutoyo Siswomiharjo, dan Kapten Lettu Pierre Andreas Tendean.
Namun faktanya, peristiwa ini tidak hanya terjadi di Jakarta saja, melainkan juga di Yogyakarta.
Korban dari peristiwa G30S di Yogyakarta adalah Brigjen Katamso Darmokusumo dan Letkol Sugiyono Mangunwiyoto.
Brigjen Katamso adalah Komandan Korem 072 Kodam VII/Diponegoro dan Letkol Sugiyono merupakan Kepala Staf Korem 072/Pamungkas.
Baca juga: 7 Teori soal Pihak yang Jadi Dalang G30S, Ada Soeharto dan CIA
Peristiwa G30S Yogyakarta
Dikutip dari Kompas.com (7/9/2023), Katamso dan Sugiyono diculik pada 1 Oktober 1965 sore, sehari setelah peristiwa G30S di Jakarta.
Saat itu, berita tentang G30S Jakarta sudah tersebar ke berbagai daerah. Prajurit di daerah lain seperti Yogyakarta kebingungan dengan adanya berita itu.
Ketika itulah, sejumlah prajurit TNI AD yang berafiliasi dengan Komando Operasional G30S bertindak untuk melenyapkan Brigjen Katamso serta Letkol Sugiyono.
Katamso dan Sugiyono kemudian dibunuh dan dikubur di sebuah lubang yang sudah disiapkan pada 2 Oktober 1965 dini hari.
Lubang tersebut berada di daerah Kentungan, Condongcatur, Depok, Sleman, DI Yogyakarta.
Baca juga: Sejarah Peristiwa G30S: Latar Belakang, Kronologi, dan Tokoh-tokohnya
Berikut kronologi penculikan dan pembunuhannya:
Kronologi pembunuhan Brigjen KatamsoPada 1 Oktober 1965, Brigjen Katamso yang telah mendengar kabar G30S di Jakarta segera melakukan rapat staf dan mengirim ajudannya berangkat ke Semarang untuk mencari informasi lebih lanjut.
Sementara ia sendiri berangkat ke Magelang untuk menjalani rapat penting dengan Pangdam Diponegoro, Brigjen Suryosumpeno.
Kepergian Brigjen Katamso ternyata sudah ditunggu-tunggu oleh salah satu anak buahnya, yaitu Kepala Seksi V Korem 072 Kodam VII/Diponegoro Mayor Mulyono.
Tanpa disadari, Mayor Mulyono mengkhianati Katamso dan berafiliasi dengan Komando Operasional G30S. Ia langsung melancarkan rencana untuk mengambil alih Korem 72/Pamungkas.
Mayor Mulyono berperan sebagai pemimpin dan dibantu oleh beberapa rekannya, seperti Mayor Kartawi, Mayor Daenuri, Kapten Kusdibyo, Kapten Wisnuaji, Sertu Alip Toyo, Peltu Sumardi, Pelda Kamil, Praka Anggara, Praka Sudarto, dan Praka Sugimin.
Sekitar pukul 14.00 WIB, Brigjen Katamso yang sudah kembali ke Yogyakarta tidak menyadari bahwa Korem 72/Pamungkas sudah diambil alih oleh Mulyono dan anak buahnya.
Katamso pun diculik dari rumah dinasnya yang beralamat di Jalan Jenderal Sudirman Nomor 48, Yogyakarta pada sekitar pukul 14.00 WIB.
Penculikan tersebut dilakukan oleh Peltu Sumardi dan Peltu Kamil dengan menggunakan mobil yang dikawal dua truk penuh prajurit bersenjata lengkap.
Sesampainya di Korem 72/Pamungkas, Brigjen Katamso ditahan dan kemudian dibawa oleh Sertu Alip Toyo ke lokasi pembunuhan dalam keadaan mata tertutup dan tangan terikat, kemudian dilepas begitu saja untuk berjalan sendiri.
Beberapa langkah berjalan, kepala Brigjen Katamso langsung dihantam menggunakan kunci montir. Katamso pun terjatuh dengan kepala yang berlumuran darah ke dalam sebuah lubang.
Karena masih bernapas, ia kembali dihantam pukulan untuk kedua kalinya yang membuatnya mengembuskan napas terakhir.
Baca juga: Di Mana Presiden Soekarno Saat Peristiwa G30S Terjadi?
Kronologi pembunuhan Letkol SugiyonoPada 1 Oktober 1965, Letkol Sugiyono tengah mencari tahu kabar mengenai penculikan Brigjen Katamso.
Sebelumnya, Sugiyono yang baru saja kembali dari Semarang ternyata sempat bertemu dengan kendaraan Pangdam VII/Diponegoro Brigjen Suryosumpeno di daerah Bawen.
Kemudian sekitar pukul 18.00 WIB, kendaraan Letkol Sugiyono memasuki Korem 72/Pamungkas.
Ia segera menuju ruangan Sie II untuk bertemu dengan Mayor Kartawi dan Mayor Mulyono dengan maksud memberi arahan kepada perwira-perwira terkait dengan peristiwa G30S di Jakarta.
Namun, Peltu Sumardi dengan beberapa orang anak buahnya datang memasuki ruangan Letkol Sugiyono dan mengancamnya dengan todongan pistol.
Pada malam harinya, Sugiyono dieksekusi dengan dipukul dari belakang menggunakan kunci Mortir 8 oleh Sertu Alip Toyo.
Tubuhnya kemudian dimasukkan ke dalam lubang yang telah disiapkan. Namun di dalam lubang tersebut, dari tubuh Sugiyono masih terdengar suara dengkuran.
Untuk menghabisi nyawa Sugiyono, Toyo kemudian melemparkan batu-batu besar ke dalam lubang tersebut dan dengkuran Letkol Sugiyono berhenti.
Baca juga: Latar Belakang G30S dan Tanda Tanya Keberadaan Soeharto
Lihat Foto
Brigjen Katamso (kiri) dan Letkol Sugiyono (kanan) merupakan korban peristiwa G30S di Yogyakarta.
Pencarian jasad Katamso dan Sugiyono dilakukan
Setelah Katamso dan Sugiyono dieksekusi, lubang sedalam 70 cm di pinggir asrama Batalyon L tersebut kemudian ditutupi dengan tanaman ketela rambat.
Hal tersebut membuat jasad keduanya sulit ditemukan karena lokasinya cukup tersembunyi.
Dilansir dari Kompas.com (28/9/2023), pelacakan terhadap pembunuhan Brigjen Katamso dan Letkol Sugiyono pun segera dilakukan secara intensif oleh Kapten Suryotomo.
Saat itu, Kapten Suryotomo ditugaskan oleh Panglima Kodam VII/Diponegoro Brigjen Suryosumpeno untuk sementara waktu mengambil alih pimpinan Komando Batalyon L Brigade Infanteri.
Ia ditugaskan untuk mengambil langkah-langkah demi terpeliharanya keamanan dan ketertiban di Yogyakarta.
Hampir tiga minggu, tepatnya pada 21 Oktober 1965, lokasi penguburan jasad Brigjen Katamso dan Letkol Sugiyono akhirnya ditemukan.
Pada hari berikutnya yakni pada 22 Oktober 1965, Brigjen Katamso dan Letkol Sugiyono dimakamkan secara layak di Taman Makam Pahlawan Kusumanegara, Yogyakarta.
Dalam acara pemakaman tersebut, Panglima Kodam VII/Diponegoro Brigjen Suryosumpeno bertugas sebagai inspektur upacara.
Keduanya kemudian dinyatakan sebagai Pahlawan Revolusi Indonesia yang gugur sebagai korban G30S.
Baca juga: Perbedaan Hari Kesaktian Pancasila dan Hari Lahir Pancasila
(Sumber: Kompas.com/Widya Lestari Ningsih | Editor: Puspasari Setyaningrum)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.