Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Hujan Sering Terjadi Sore dan Malam Hari? Ini Penjelasan BMKG

Baca di App
Lihat Foto
Pexels/Nguy?n H?u Nhã
Ilustrasi hujan. Wilayah yang masuk awal musim hujan Oktober 2024.
|
Editor: Yefta Christopherus Asia Sanjaya

KOMPAS.com - Beberapa warganet di media sosial X mempertanyakan kenapa akhir-akhir ini hujan sering terjadi pada sore dan malam hari.

Pertanyaan tersebut disampaikan warganet saat wilayah Indonesia memasuki awal musim hujan pada akhir September 2024.

Menurut akun @lautanitubiru, Jumat (27/9/2024), salah satu wilayah yang sering diguyur hujan pada sore hari adalah Wonosobo, Jawa Tengah.

Warganet lain melalui akun @Najwahnp, Kamis (26/9/2024), juga menyampaikan, hujan pada sore hingga malam hari sering melanda Bandung, Jawa Barat.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

“Salatiga malam ini dingiin + hujan deras di luar,” cuit akun @wielah3945, Kamis.

“kenapa hujan tuh sering nya malem ya, kenapa ga siang aja.. PANAS BGT INI!!!” tanya akun @ee3na, Sabtu (14/9/2024).

Lantas, kenapa hujan sering terjadi pada sore dan malam hari?

Baca juga: BMKG Sebut Awal Musim Hujan Mundur di Sebagian Wilayah Indonesia, Berikut Daftarnya

Penjelasan BMKG

Kepala Pusat Meteorologi Publik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Andri Ramdhani memberi penjelasan mengapa akhir-akhir ini hujan sering terjadi pada sore dan malam hari.

Andri menjelaskan, hujan saat sore dan malam hari adalah ciri ketika suatu wilayah mengalami peralihan dari musim kemarau ke hujan.

Saat terjadi peralihan musim, terjadi radiasi Matahari yang intens pada pagi hingga siang hari.

Kondisi tersebut meningkatkan proses penguapan lalu menghasilkan uap air yang terkondensasi.

Kondensasi adalah proses perubahan uap air di atmosfer menjadi partikel es yang kemudian menggumpal satu sama lain menjadi awan.

Baca juga: Kapan Jateng-DIY Mulai Masuk Awal Musim Hujan? Berikut Penjelasan BMKG

Setelah kondensasi, terbentuklah awan konvektif yang dihasilkan oleh proses konveksi akibat pemanasan radiasi surya.

Proses kondensasi dan pembentukan awan konvektif sering mencapai puncaknya pada sore hingga malam hari.

"Itu mengapa hujan pada masa peralihan umumnya terjadi pada rentang waktu tersebut (sore dan malam hari)," jelas Andri dalam keterangan resminya kepada Kompas.com, Jumat (27/9/2024).

Ia menambahkan, karakteristik hujan pada periode peralihan musim cenderung tidak merata dengan intensitas sedang hingga lebat dan berlangsung dalam waktu singkat.

Selain hujan pada sore dan malam hari, peralihan musim kemarau ke hujan juga ditandai dengan ketidakstabilan atmosfer yang signifikan disertai peningkatan kelembapan udara.

Kondisi tersebut mendukung perkembangan awan konvektif, terutama awan cumulonimbus, yang berpotensi memicu hujan.

Baca juga: Kapan Indonesia Masuk Awal Musim Hujan 2024/2025? Berikut Penjelasan BMKG

Faktor yang menyebabkan hujan akhir September 2024

Selain tanda peralihan musim, Andri menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan wilayah Indonesia berpotensi dilanda hujan pada 27-30 September 2024.

Faktor tersebut adalah gangguan fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) secara parsial yang terprediksi aktif di sekitar wilayah Laut Banda dan Maluku bagian tenggara.

MJO adalah fenomena osilasi submusiman yang terjadi di lapisan troposfer wilayah tropis.

Fenomena tersebut berpotensi menyebabkan peningkatan pertumbuhan awan hujan di Laut Banda dan Maluku bagian tenggara.

Selain itu, BMKG juga mendeteksi kemunculan gelombang ekuator Rossby yang terprediksi aktif di beberapa wilayah, seperti Sumatera bagian selatan, Jawa, Bali, NTB, Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku Utara.

Baca juga: BMKG Sebut Puncak Musim Hujan Terjadi November 2024-Februari 2025, di Mana Saja?

Gelombang ekuator Rossby juga muncul di Papua, Papua Barat, Papua Tengah dan Papua Pegunungan.

“Selain itu, gelombang atmosfer Kelvin diprediksi aktif di wilayah Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, Bengkulu, Sumatera Selatan, dan Kalimantan bagian selatan," ujar Andri.

Kemudian, terjadinya hujan selama beberapa hari ke depan juga dipicu oleh kemunculan daerah pertemuan atau perlambatan kecepatan angin (konvergensi), daerah pertemuan angin (konfluensi), dan labilitas lokal kuat yang mendukung proses konvektif pada skala lokal.

Terkait potensi hujan saat peralihan musim kemarau ke hujan, BMKG meminta masyarakat untuk tetap tenang dan mewaspadai potensi bencana hidrometeorologi.

Masyarakat juga diminta menjaga kebersihan dan memahami lingkungan di sekitar tempat tinggalnya. 

Masyarakat yang ingin mengetahui informasi terkini mengenai cuaca bisa mengunjungi laman bmkg.go.id atau akun media sosial Instagram dan X di @infoBMKG. 

Baca juga: 7 Cara Mencegah Ular Masuk Rumah Saat Musim Hujan, Jangan Sampai Terlambat

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi