Oleh: Bonar Hutapea, S. Psi., M. Psi.*
“If everyone demanded peace instead of another television set, then there’d be peace.” - John Lennon
SALAH satu momen penting yang diperingati setiap tahun pada September adalah Hari Perdamaian Internasional.
Menarik untuk mengetahui kepedulian Generasi Z tentang perdamaian dunia karena tumbuh kembang mereka hingga dewasa termasuk mengenyam pendidikan tinggi dalam situasi dunia yang dipersepsikan sedang ‘tidak baik-baik saja’.
Dunia saat ini dipandang ’kacau’ karena situasi yang cepat berubah, tak menentu, tak pasti, membingungkan, dan rumit.
Selain itu, penuh dengan masalah seperti perubahan iklim, perang, pelanggaran hak asasi manusia, pandemi, dan masih banyak lagi.
Apakah gen Z akan terjerumus dalam keputusasaan karena menyadari akan mewarisi semua itu? Apakah menjadi sangat mudah menyerah dan tidak berupaya memperjuangkan perubahan karena menilai sia-sia saja?
Bagaimana tidak, belum selesai memperjuangkan satu isu sudah didera isu-isu lain yang mendesak di tengah masyarakat dan seperti tak ada habisnya.
Lalu, apakah mereka memilih menghabiskan waktu dengan ‘tenggelam’ dalam menonton film sepanjang waktu dan nongkrong saja?
Tidak juga. Tidak sedikit generasi muda, termasuk gen Z, berpartisipasi politik yang tinggi, sangat terlibat dalam ruang publik, ruang-ruang diskusi, diskursus, debat dan berjuang demi keadilan sosial di dunia.
Kaum muda ini juga berdaya secara politik dan memiliki pengetahuan politik yang memadai dan mutakhir sebab mereka sangat cerdas dalam hal mengakses informasi.
Kaum muda ini menjadi sumber energi baru, ide baru, dan cara baru untuk menata kembali dunia.
Komitmen mereka terhadap perubahan sosial memberikan makna lebih dalam bagi perdamaian, kesetaraan, dan konsep menyeluruh tentang dunia yang lebih baik untuk ditinggali.
Berjuang demi perdamaian dunia
Dari sejumlah penelitian dan testimoni, sejumlah orang muda telah dan sedang berbuat demi kemanusiaan dan dunia yang lebih damai. Berikut diringkaskan sejumlah faktor yang memengaruhinya.
Pertama, generasi tech-savvy dan konektivitas digital. Gen Z adalah warga digital, warganet awal, kelompok pertama era teknologi digital yang ada di mana-mana sekaligus membedakannya dari generasi milenial dengan kemahiran mereka dalam menggunakan teknologi digital (tech-savvy), konektivitas global, kemajuan luar biasa dalam kecerdasan buatan (AI) dan data science.
Dengan tidak mengabaikan bahaya dan dampak buruknya seperti penyalahgunaannya dan arus informasi yang tak ada habis-habisnya, teknologi informasi dan internet memungkinkan mereka untuk berbagi nilai, informasi, video langsung, dan ide lintas batas.
Utamanya media sosial yang menghubungkan orang-orang, memungkinkan orang muda untuk terlibat secara positif.
Misalnya, memberi donasi dan penggalangan dana, berbagi pengalaman terkait kemanusiaan dan pengalaman menjalankan proyek kemanusiaan serta pembangunan perdamaian.
Kedua, generasi yang paling multikultural. Gen Z adalah bagian dari generasi yang paling beragam secara ras dan etnis, multikulturalis, pluralis, mungkin juga kosmopolitan sampai tingkat tertentu selain memiliki kesadaran global.
Keterkaitan dan kesadaran inilah yang mendorong untuk bertindak. Permasalahan lokal disadari berimplikasi global karena kuatnya mobilisasi dan mediasi teknologi informasi, utamanya internet.
Ketiga, kesempatan besar untuk terlibat dan berpartisipasi. Gen Z yang masih sangat muda dan enerjik, khususnya yang merupakan mahasiswa, menyadari bahwa banyak masalah yang harus diselesaikan, banyak persoalan yang harus dipecahkan dan tentu saja banyak cara untuk terlibat.
Menyadari bahwa dunia sedang kacau maka perlu keterlibatan, berpartisipasi dalam organisasi dan program-program yang mendorong relasi antarnegara dan diplomasi, melakukan penelitian demi menuju dunia lebih baik, berkontribusi dalam semua kemungkinan dalam karier dan kerja profesional yang membuat dunia lebih damai, atau setidaknya tidak terlalu berbahaya.
Alih-alih terpaku pada ponsel, asyik bermain video game, Gen Z terlibat secara bermakna dalam dunia, memikirkan tentang isu-isu apa yang bermakna bagi mereka.
Ada begitu banyak organisasi dapat didukung dan melibatkan diri di dalamnya, baik lokal maupun dalam skala lebih luas, dalam kampus maupun tempat kerja, yang dapat ditemukan melalui pencarian sederhana di internet.
Termasuk menjadi sukarelawan, mengambil peran kepemimpinan dalam organisasi mahasiswa, organisasi profesi, magang di lembaga nirlaba atau organisasi berbasis komunitas atau lembaga swadaya masyarakat, dan membuat proyek kemanusiaan yang amat berdampak nyata bagi masyarakat luas.
Keempat, kesadaran tentang masalah dan keprihatinan. Gen Z tak jarang merasa jengkel, bahkan marah dengan banyak hal termasuk kapasitas negara dan pemerintahnya dalam menanggapi permasalahan ketidakadilan, permasalahan geopolitik, ketidaknyamanan dan bahaya teknologi hingga tantangan global,
Sejumlah penelitian menemukan bahwa Gen-Z cenderung peduli dengan nilai-nilai sosial yang autentik, non-hierarkis, beragam, dan kolaboratif.
Mereka juga menghargai pesan atau himbauan untuk memperjuangkan sesuatu yang penting dan menangani isu sosial seperti ras, keberagaman, dan kesetaraan gender. Generasi ini juga menunjukkan kepedulian tentang perubahan iklim, kerusuhan rasial, dan polarisasi politik.
Gen-Z menyadari akan terus mengalami kehidupan dengan cara berbeda sehingga menjadi penting untuk mempertimbangkan cara menanggapi tantangan global maupun lokal, mencari solusi baru yang kreatif dan mengidentifikasi bidang-bidang yang memungkinkan adanya kerja sama dan rekonsiliasi.
Ge-Z berempati dan tahu bahwa mereka dapat membuat perbedaan di dunia. Mereka mendukung keterhubungan, perspektif lebih luas, mempromosikan toleransi, dan pada saat sama, merayakan perbedaan.
Kelima, dukungan generasi sebelumnya. Gen Z yang sering disebut oleh generasi sebelumnya sebagai ”anak-anak zaman now” dan dianggap sebagai kaum yang egois, naif, hanya peduli pada kesehatan mental dan terlalu menggurui, justru sebaliknya bisa menjadi penjaga perdamaian di zaman ini.
Gen Z ini sering mengeluhkan bahwa para orangtua tidak benar-benar mendengarkan mereka, merasa diabaikan. Mengabaikan suara dan perspektif anak muda tentu akan menjadi risiko para orangtua dan generasi sebelumnya.
Namun, kini semakin banyak generasi sebelumnya yang mendengarkan apa yang mereka katakan, mendukung mereka untuk mengambil peran penting karena dinilai mampu beradaptasi, mengembangkan keterampilan, mencari tahu kebenaran, termasuk masalah sosial dan politik.
Gen Z juga diyakini bisa memberikan angin segar melalui pencarian mereka akan apa yang nyata dan benar, menuntun mereka untuk menempa jalan mereka sendiri menuju apa yang mereka anggap sebagai masyarakat yang lebih dapat diterima, adil, dan berkelanjutan.
Generasi ini dibantu membingkai masa depan yang memprioritaskan negosiasi dan bukan konflik; yang menempatkan hak asasi manusia universal sebagai yang utama dan memanfaatkan kekuatan konektivitas digital secara optimal sambil menanggulangi risikonya.
Dengan menjadi teladan dalam toleransi dan komunikasi, generasi sebelumnya telah mendukung gen-Z berkomitmen untuk menciptakan dunia lebih aman, berkelanjutan, dan adil.
Zoomers, penamaan umum untuk generasi ini, akan hidup dengan akibat dari keputusan apapun saat ini. Maka, mestinya paling berkepentingan dalam mendesakkan pentingnya mempertimbangkan perspektif dan aspirasi mereka sebagai generasi penerus.
Seperti kutipan dari pernyataan John Lennon di awal tulisan ini, bila dikontekstualisasikan ke era masa kini, maka alih-alih menginginkan gawai (gadget) yang mewah, jika gen-Z mendambakan perdamaian (dunia) maka damai itu kelak akan terwujud.
Bila tidak mengubah dunia, paling tidak, hal-hal yang mereka lakukan akan menjadi bagian dari perubahan.
Maka, marilah menjadi contoh yang baik, memberikan pendidikan yang berkualitas dengan penanaman nilai, karakter, budi pekerti luhur dan keutamaan, juga mendengarkan dan membimbing agar mereka menjadi bagian dari partisipasi orang yang bersejarah dan harapan terbaik kita untuk dunia yang lebih baik.
Selamat Hari Perdamaian Internasional!
*Dosen Tetap Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.