Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ilmuwan Temukan Rahasia Senilai Rp 711 Triliun di Kotoran Krill Antarktika

Baca di App
Lihat Foto
Youtube/usoceangov
Krill Antartica
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Sebuah studi baru menunjukkan, kotoran dari hewan akuatik krustasea memainkan peran penting dalam penyimpanan karbon.

Penelitian tersebut dilakukan oleh para ilmuwan dari Imperial College London bersama University of Exeter, UK Centre for Ecology & Hydrology, The British Antarctic Survey, Plymouth Marine Laboratory, dan Technical University of Denmark.

Spesies krustasea yang dimaksud para peneliti adalah krill Antarktika. Menurut hasil temuan para peneliti, krill dan kotorannya dapat menyimpan jumlah karbon yang setara dengan ekosistem seperti hutan bakau, rawa-rawa, dan lamun.

Penulis utama penelitian dari Departemen Ilmu Hayati Imperial College London, Emma Cavan mengatakan, temuan itu didapat setelah mereka mengumpulkan informasi selama satu dekade.

"Akhirnya menghasilkan temuan luar biasa, krill dan kotorannya menyimpan karbon dalam jumlah yang sama dengan beberapa tanaman laut di pesisir. Saya harap kita sekarang dapat bekerja untuk melestarikan krill seperti melestarikan lamun dan bakau," ujar Cavan, dikutip dari Scitech Daily, Rabu (2/10/2024).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Massa Karbon Ratusan Kali Lebih Banyak dari Manusia, Bukti Adanya Penghuni Dunia Bawah


Kotoran krill bernilai Rp 711 triliun

Laut memiliki peran penting dalam mengurangi jumlah karbon yang ada di atmosfer. Peran ini dikenal dengan istilah karbon biru yang berarti karbon diserap, disimpan, dan dilepaskan oleh ekosistem pesisir dan laut.

Namun, kini terdapat cara lain untuk menyimpan karbon selain dari pesisir, salah satunya adalah melalui hewan seperti krill.

Krill adalah krustasea kecil berukuran enam sentimeter (cm) yang banyak ditemukan hidup di laut Antarktika.

Mereka memakan fitoplankton, tanaman mikroskopis yang mengambil karbon dari atmosfer saat melakukan fotosintesis.

Ketika krill buang air besar atau berganti kulit, karbon yang telah mereka serap akan tenggelam ke laut dalam dan bisa bertahan hingga waktu yang sangat lama.

Studi baru ini menunjukkan, krill Antarktika dapat mengunci setidaknya 20 juta ton karbon di dalam lautan setiap tahun. Apabila dihitung berdasarkan harga karbon, nilai penyimpanan ini dapat mencapai 46 miliar dolar AS atau sekitar Rp 711 triliun.

Salah satu peneliti dari Plymouth Marine Laboratory, Profesor Angus Atkinson mengatakan, studi baru ini mengungkap peran baru krill selain sebagai pendukung ekosistem perikanan.

"Krill Antarktika terkenal sebagai pusat ekosistem Samudra Selatan yang unik dan berperan penting mendukung perikanan. Namun, penelitian ini memberikan gambaran lain tentang krill," ujar Atkinson.

Baca juga: Beredar Foto Hewan Laut Mirip Cumi-cumi tapi Bercangkang Disebut Siluman Cumgar, Apa Itu?

Kemampuan krill menyimpan karbon

Peran krill dalam menyimpan karbon menjadi temuan yang penting, karena krill memiliki populasi sangat besar. Mereka membentuk kawanan hingga 30 triliun individu dan menghasilkan kotoran berukuran besar yang cepat tenggelam.

Artinya, semakin banyak jumlah krill yang mengeluarkan kotoran bisa berdampak signifikan untuk mengatasi penumpukan karbon di atmosfer.

Studi ini juga mengungkap, kedalaman yang harus dicapai oleh karbon agar tetap tersimpan dalam kotoran krill setidaknya selama 100 tahun ternyata sangat dangkal, yaitu rata-rata 381 meter.

Hal itulah yang membuat para peneliti yakin bahwa kemampuan krill menyimpan karbon mirip dengan cara penyimpanan karbon biru di pesisir pantai.

Sayangnya, krill termasuk hewan yang terdampak pemanasan global dan berpotensi ditangkap berlebihan, sehingga perlu mendapatkan perlindungan yang sama seperti habitat penting lainnya.

"Penelitian ini menunjukkan bagaimana kita sebagai manusia terhubung dengan makhluk kecil yang hidup di lokasi terpencil. Kita mendapat manfaat darinya dalam menghilangkan karbon, tetapi kita juga memengaruhi makhluk ini melalui tindakan kita sendiri yang mendorong perubahan iklim," ujar salah satu penulis studi dari British Antartctic Survey, Simeon Hill.

Baca juga: Penguin Putih Langka Terlihat di Antarktika, Jenis Apakah Itu?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi