KOMPAS.com - Media sosial X diramaikan dengan foto yang menunjukkan citra wilayah Jawa Timur (Jatim) memerah tanda terjadi cuaca panas pada awal Oktober 2024 yang bertepatan dengan dimulainya musim hujan.
Menurut unggahan akun X @zak*****, Rabu (2/10/2024), suhu di Madiun mencapai 37 derajat Celcius, Probolinggo 32 derajat Celsius, dan Malang serta Pamekasan 30 derajat Celsius.
“Jawa Timur menyala,” tulis pengunggah.
Warganet yang mengetahui unggahan tersebut mengaku, beberapa hari terakhir cuaca di wilayah Jatim memang terasa sangat gerah.
Ada pula warganet yang menyebut, suhu di Surabaya mencapai 36 derajat Celsius.
“Malang cosplay suroboyo,” tulis akun @aya*****, Rabu.
“Pantes jatim rasanya gerah banget,” kata akun @el_s****, Rabu.
Baca juga: Beredar Citra Pulau Jawa Memerah pada Awal September 2024, Ini Kata BMKG
Penjelasan BMKG
Kepala Koordinator Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Jatim Taufiq Hermawan buka suara soal cuitan yang menunjukkan wilayahnya tampak memerah.
Berdasarkan unggahan BMKG Jatim di akun Instagram resmi @bmkg.iklimjatim, suhu maksimal tercatat di beberapa wilayah pada awal Oktober 2024.
Data BMKG pada Selasa (1/10/2024) pukul 07.00 WIB hingga Rabu (2/10/2024) menunjukkan, suhu maksimal di Lamongan dan Bojonegoro mencapai 37,6 derajat Celsius.
Sementara itu, suhu maksimal di Jombang mencapai 36,1 derajat Celsius dan Sampang serta Surabaya 35,9 derajat Celsius.
Taufiq menjelaskan, cuaca panas tersebut terjadi ketika wilayah Jatim memasuki musim peralihan atau pancaroba dari kemarau ke hujan.
Jatim memasuki awal musim hujan pada dasarian III atau tanggal 21-30 September hingga dasarian I atau tanggal 1-10 Desember 2024.
Baca juga: Warganet Sebut Jateng Tiba-tiba Diguyur Hujan Saat Cuaca Sangat Panas, Ini Kata BMKG
Namun, sebagian besar wilayah Jatim diprakirakan memasuki awal musim hujan pada dasarian II atau tanggal 11-20 November 2024.
“Kondisi dinamika atmosfer di wilayah Jawa Timur saat ini suhu muka laut di perairan Jawa Timur masih terpantau hangat dengan anomali antara -0,05 sampai dengan 2,0,” jelas Taufiq dalam keterangan resminya kepada Kompas.com, Kamis (3/10/2024).
“Sehingga suplai uap air cukup banyak di atmosfer. Indeks ENSO saat ini terpantau netral, namun diprediksi akan terjadi fenomena La Nina lemah pada bulan Oktober 2024,” tambahnya.
Adapun, La Nina adalah kejadian anomali iklim global yang ditandai dengan keadaan suhu permukaan laut (SPL) atau sea surface temperature (SST) di Samudera Pasifik tropis bagian tengah dan timur yang lebih dingin dibandingkan suhu normalnya.
Dilansir dari laman BMKG, dampak La Nina di wilayah Indonesia adalah peningkatan curah hujan di hampir di sebagian besar wilayah Indonesia.
Pada bulan September hingga November (SON), La Nina menyebabkan peningkatan curah hujan di wilayah tengah hingga timur Indonesia.
Sementara La Nina memicu peningkatan curah hujan pada Desember-Februari dan Maret-Mei di wilayah Indonesia bagian timur.
La Nina tidak memberikan dampak peningkatan curah hujan di wilayah Indonesia bagian tengah dan barat sebagai akibat interaksinya dengan sistem monsun.
Baca juga: Warganet Mengeluh Jateng Terasa Sangat Panas padahal Awal Musim Hujan, Ini Kata BMKG
Potensi cuaca ekstrem di Jatim
Meski beberapa wilayah mengalami suhu maksimal pada Selasa dan Rabu, Taufiq memperingatkan masyarakat bahwa ada potensi cuaca ekstrem saat Jatim memasuki masa pancaroba.
Selama periode tersebut, potensi hujan biasa terjadi pada sore atau malam hari dengan intensitas bervariasi mulai dari ringan, sedang, hingga lebat serta dapat disertai petir dan angin kencang.
Selain itu, angin monsun baratan diprediksi akan memasuki wilayah Jatim pada November 2024.
“Kondisi tersebut dapat mempengaruhi pembentukan awan–awan Cumulonimbus yang semakin intens dan dapat mengakibatkan cuaca ekstrem di masa pancaroba seperti hujan lebat, angin kencang, puting beliung, dan hujan es,” jelas Taufiq.
“Jatim diprakirakan mengalami puncak musim hujan dominan pada bulan Februari 2025,” tambahnya.
Terkait potensi cuaca ekstrem beberapa waktu ke depan, Taufiq meminta masyarakat Jatim untuk membersihkan saluran irigasi atau sungai-sungai, memangkas pohon yang lapuk.
Mereka juga diimbau untuk menertibkan baliho semi permanendan mewaspadai dampak bencana hidrometeorologi, seperti genangan, banjir, banjir bandang, angin kencang, pohon tumbang, dan tanah longsor di wilayah dataran tinggi.
“Bagi masyarakat yang hendak memperoleh informasi terkini, Stasiun Meteorologi Kelas I Juanda Sidoarjo membuka layanan informasi cuaca 24 jam yaitu melalui website https://stamet-juanda.bmkg.go.id/, media sosial (@infobmkgjuanda), saluran telepon 24 jam (031) 866 8989 dan WhatsApp 0895 8003 0001,” pungkas Taufiq.
Baca juga: Kenapa Hujan Sering Terjadi Sore dan Malam Hari? Ini Penjelasan BMKG
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.