Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Badai Matahari Terkuat sejak 2017 Melanda Bumi, Apa Dampaknya di Indonesia?

Baca di App
Lihat Foto
spaceplace.nasa.gov
Ilustrasi Matahari.
|
Editor: Yefta Christopherus Asia Sanjaya

KOMPAS.com - Badai Matahari yang disebut terkuat sejak 2017 dan ditandai dengan pelepasan jilatan api atau suar X9.05 terjadi pada Kamis (3/10/2024).

Adapun, jilatan api adalah ledakan energi di permukaan Matahari yang berbentuk semburan cahaya terang.

Suar X9 yang dipancarkan Matahari adalah jilatan api terbesar yang dikategorikan oleh Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA).

Kekuatan suar yang terkecil adalah B, diikuti oleh C, M, dan X dengan skala paling lemah 1 dan paling kuat 9.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Beredar Isu Badai Matahari 2025 Hilangkan Akses Internet Berbulan-bulan, Ini Penjelasan Ahli

Dilansir dari Space, Kamis (3/10/2024), jilatan api X9.05 mencapai puncaknya pukul 8.10 pagi EDT atau 19.18 WIB.

Jilatan api tersebut berasal dari kelompok bintik Matahari AR3842. Bintik Matahari ini juga melepaskan jilatan api Matahari X7.1 pada Selasa (1/10/2024).

Pelepasan jilatan api Matahari X7.1 sangat kuat dan melepaskan lontaran massa korona (CME) atau gumpalan plasma dan medan magnet yang melesat ke arah Bumi.

Kombinasi CME dan jilatan api dapat menciptakan badai Matahari yang berinteraksi dengan medan magnet Bumi atau magnetosfer.

Lantas, adakah dampak badai Matahari bagi wilayah Indonesia?

Baca juga: Badai Matahari Menghantam Bumi Hari Ini, Sinyal Internet Diperkirakan Akan Lemah

Apakah Indonesia terdampak badai Matahari?

Profesor riset astronomi dan astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin mengatakan, Indonesia sebenarnya mengalami dampak badai Matahari pada awal Oktober ini.

Dampak yang muncul adalah gangguan komunikasi radio pada tingkat menengah.

“Namun, dampak lainnya relatif tidak signifikan di Indonesia,” kata Thomas saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (5/10/2024).

Ia mengatakan, badai yang terjadi sebenarnya letupan atau flare di Matahari yang memengaruhi cuaca antariksa.

Pada Kamis (3/10/2024), telah terjadi flare dengan intensitas yang kuat dengan skala X9.

Baca juga: Dampak Badai Matahari 2024, Ada Aurora dan Gangguan Sinyal Kecil

Peristiwa tersebut, kata Thomas, membuat pancaran sinar ultraviolet yang meningkat langsung mempengaruhi ionosfer di kawasan Eropa dan Afrika yang sedang mengalami siang hari.

Adapun, ionosfer adalah salah satu lapisan pelindung Bumi atau atmosfer yang molekulnya mengalami ionasi.

“Ionosfer yang terganggu tersebut menyebabkan terputusnya komunikasi radio gelombang pendek,” jelas Thomas.

Berdasarkan prakiraan cuaca antariksa BRIN pada Jumat (4/10/2024) hingga Sabtu (5/10/2024), telah terjadi sembilan flare.

Jumlah tersebut terdiri dari dua flare kelas C, enam flare kelas M, dan satu flare kelas X.

Baca juga: Bukan Mei 2024, Ini Badai Matahari Terkuat yang Pernah Tercatat dalam Sejarah

Dampak badai Matahari lainnya

Meski tidak berdampak secara signifikan di wilayah Indonesia, beberapa negara Eropa mengalami dampak badai Matahari yang ditandai dengan kemunculan aurora.

Aurora adalah fenomena cahaya alami berkilauan di langit yang bergerak secara lembut seperti tirai tertiup angin.

Dilansir dari BBC, Jumat (4/10/2024), aurora yang timbul akibat potensi lontaran CME terjadi di Skotlandia, Irlandia Utara, dan beberapa bagian di Inggris utara.

Manajer Cuaca Antariksa Layanan Meteorologi Inggris (Met Office) Krista Hammond mengatakan, lontaran CME kedua akan menghantam Bumi pada Sabtu (5/10/2024) dan Minggu (6/10/2024).

Fenomena tersebut memungkinkan peningkatan visibilitas aurora terjadi lebih jauh ke selatan di seluruh Inggris tengah dan garis lintang yang sama.

Selain wilayah Eropa, kemunculan aurora akibat peningkatan aktivitas Matahari juga terjadi di Amerika Serikat (AS), tepatnya di Oregon.

Baca juga: BMKG Sebut Badai Matahari Ganggu Jaringan Starlink Milik Elon Musk

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi