KOMPAS.com - Sosok Brian Armstrong tengah ramai diperbincangkan warganet di media sosial X, dulunya Twitter.
Brian Armstrong adalah pendiri sekaligus Chief Executive Officer (CEO) Coinbase, bursa mata uang kripto terbesar di Amerika Serikat.
Namanya santer diperbincangkan warganet karena disebut pernah menikah dengan aktris Indonesia, Raline Shah.
Kabar itu muncul setelah dirinya mengumumkan pernikahannya dengan Angela Meng yang merupakan teman lamanya.
Melalui akun X pribadinya, Brian Armstrong membantah kabar tersebut.
"Melihat beberapa informasi yang salah di luar sana. Saya belum pernah menikah sebelumnya," tulis Brian Armstrong.
Lantas, siapa Brian Armstrong?
Profil Brian Armstrong
Brian Armstrong adalah salah satu orang paling berpengaruh di dunia kripto. Ia merupakan pendiri dari CEO perusahaan bursa mata uang kripto terbesar di Amerika Serikat, Coinbase.
Dilansir dari Coin Telegraph, Brian menyelesaikan studinya di bidang komputer dan ekonomi di Rice University.
Saat menjadi mahasiswa, ia pernah magang di International Business Machines (IBM) Corporation, perusahaan Amerika Serikat yang memproduksi, serta menjual perangkat keras dan lunak komputer.
Brian juga pernah bekerja di bidang manajemen risiko untuk perusahaan Deloitte & Touche.
Perusahaan pertama yang didirikannya saat masih menjadi mahasiswa adalah UniversityTutor.com pada 2003.
Ini merupakan laman yang menghubungkan orangtua, siswa, dan instruktur independen di seluruh dunia.
Di perusahaan itu, Brian menjabat sebagai CEO hingga 2012. Johnson Educational Technologies LLC kemudian mengakuisisi bisnis tersebut pada 2014.
Baca juga: Kabar Terbaru Kondisi Kesehatan Gitaris Queen Brian May Setelah Terserang Stroke
Karier Brian Armstrong
Brian kemudian mendirikan GiveCrypto, sebuah platform filantropi yang bertujuan untuk menyediakan mata uang kripto bagi masyarakat kurang mampu.
Dia mengasah keterampilan kewirausahaannya sambil bekerja sebagai karyawan tetap di bidang pengembang, konsultan, serta peran lain di berbagai perusahaan, termasuk Airbnb, IBM, dan Deloitte.
Pada 2012, Armstrong berhenti dari pekerjaannya di Airbnb dan mendirikan Coinbase bersama Fred Ehrsam.
Keduanya berbagi pandangan optimis tentang bitcoin dan mata uang kripto hingga memutuskan untuk mendirikan Coinbase.
Perusahaan itu memberikan akses perdagangan kripto kepada jutaan warga AS dan penggemar kripto global.
Baca juga: 10 Orang Terkaya Asia Versi Bloomberg, Ada Prajogo Pangestu
Coinbase menerima suntikan dana sebesar 150.000 dollar AS atau sekitar Rp 2,3 miliar dari program inkubator startup di Y Combinator.
Pada Oktober 2012, Coinbase memperkenalkan layanannya untuk membeli dan menjual bitcoin menggunakan transfer bank.
Di bawah kepemimpinan Brian, Coinbase berhasil mengumpulkan 25 juta dollar AS atau sekitar Rp 391 miliar dari Andreessen Horowitz, Ribbit Capital, dan investor lainnya.
Perusahaan itu juga mulai aktif berinvestasi di perusahaan lain. Investasi terbaru dilakukan pada 15 Februari 2023 di dana indeks pasar kripto Alongside, yang berhasil mengumpulkan total 11 juta dollar AS dalam putaran tersebut.
Pada tahun yang sama, Brian baru saja diakui sebagai salah satu pendiri NewLimit, perusahaan rintisan bioteknologi yang mengkhususkan diri di bidang pemrograman ulang sel epigenetik.
Baca juga: 10 Mata Uang Kripto Paling Bernilai di Dunia, Bitcoin Kokoh di Puncak
Kekayaan Brian Armstrong
Pada 14 April 2021, Coinbase melantai di bursa saham melalui pencatatan saham langsung dan terdaftar di NASDAQ sebagai COIN.
Coinbase dibuka di harga 381 dollar AS atau Rp 5,9 juta per saham. Hal itu membuat valuasi perusahaan mencapai 99,6 miliar dollar AS dan sempat menyentuh kapitalisasi pasar sebesar 100 miliar dollar AS, 10 kali lebih tinggi dari valuasi privat Coinbase terakhir.
Valuasi tersebut menyaingi perusahaan seperti Facebook dan Airbnb saat mereka melantai di bursa saham.
Diketahui, Brian memiliki 19 persen saham di Coinbase. Catatan Forbes per Oktober 2024 menunjukkan, kekayaan Brian Armstrong mencapai 7,3 miliar dollar AS atau sekitar Rp 114 triliun.
Sumber kekayaan itu diperoleh dari mata uang kripto dan hasil jerih payahnya sendiri.
Baca juga: Daftar 383 Kripto Terdaftar di Indonesia, Token ASIX Tak Masuk
Kontroversi perusahaan Brian Armstrong
Coinbase juga tidak luput dari terpaan kontroversi. Beberapa trader kripto mengaku tidak terlalu menyukai praktik Coinbase.
Sebab, biaya administrasi yang dikenakan oleh Coinbase pada saat melakukan jual beli kripto dinilai terlalu tinggi.
Coinbase disebut mengenakan biaya administrasi 0,5 persen di tengah platform lain hanya membebankan biaya administrasi 0,05 hingga 0,1 persen.
Sejumlah pengguna juga mengeluhkan sedikitnya jumlah cryptocurrency yang tersedia untuk diperdagangkan di Coinbase.
Padahal, ada lebih dari 5.000 jenis altcoin, istilah yang merujuk pada mata uang kripto yang bukan bitcoin. Namun, Coinbase hanya memperdagangkan 50 altcoin.
Salah satu altcoin populer yang tidak tersedia untuk diperdagangkan di Coinbase adalah Dogecoin.
Hal tersebut berdampak dalam pengembangan reputasi suatu mata uang kripto, terutama yang baru terdaftar di platform.
Harga rata-rata mata uang kripto yang baru terdaftar di Coinbase bisa naik hingga 91 persen dalam lima hari. Inilah yang disebut sebagai "Coinbase Effect", yaitu suatu kondisi ketika nilai kripto melonjak tajam setelah terdaftar di Coinbase.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.