KOMPAS.com - Pemimpin Hamas Yahya Sinwar tewas setelah Israel melakukan penyerangan terhadap sebuah gedung di Rafah, wilayah di bagian selatan Jalur Gaza, Palestina pada Rabu (16/10/2024) waktu setempat.
Dilansir dari BBC, Jumat (18/10/2024), gedung tersebut digerebek lantaran Israel menduga lokasi ini digunakan oleh tokoh senior Hamas.
Serangan yang dilakukan Israel menewaskan tiga anggota Hamas yang salah satunya adalah Sinwar.
Sementara itu, Amerika Serikat (AS) yang merupakan sekutu Israel telah mengonfirmasi bahwa Yahya Sinwar tewas. Hal ini dipastikan berdasarkan tes DNA.
Israel memiliki DNA Sinwar karena pemimpin Hamas ini pernah ditangkap pada 1980-an.
Berikut profil pemimpin Hamas Yahya Sinwar yang tewas dibunuh Israel.
Baca juga: Pemimpin Hamas Yahya Sinwar Tewas Usai Baku Tembak dengan Israel
Profil Yahya Sinwar
Sinwar yang tewas dalam serangan Israel akrab disapa dengan nama Abu Ibrahim. Ia lahir lahir pada 1962 Khan Younis, Gaza.
Ia lahir dari keluarga pengungsi yang diusir dari wilayah Palestina saat pendirian Israel sebagai sebuah negara pada 1948.
Dilansir dari BBC, Jumat, Sinwar sempat menempuh pendidikan di sekolah menengah khusus laki-laki di Khan Younis.
Ia juga pernah menjalani pendidikan di Universitas Islam Gaza dan lulus dengan gelar sarjana Bahasa Arab.
Sinwar kemudian bergabung dengan Hamas yang lahir dari kelompok Ikhwanul Muslimin pada 1987 saat Gaza berada di bawah pendudukan Israel.
Saat bergabung dengan Hamas, Sinwar mendapat tugas untuk memimpin badan keamanan bernama Majd. Namun, ia pernah ditangkap Israel pada 1982 dan 1988.
Baca juga: Teka-teki Keberadaan Pemimpin Hamas Yahya Sinwar dan Spekulasi tentang Kematiannya
Menurut mantan Direktur Departemen Investigasi di Badan Keamanan Israel atau Shin Bet, Michael Koubi, Sinwar merupakan sosok yang menonjol, karismatik, mudah bergaul, cerdik, dan terbuka terhadap tahanan dari semua faksi politik.
Sinwar juga mempelajari bahasa Ibrani, masyarakat Israel, suka memberi makan kepada sesama tahanan selama dipenjara, dan membuat makanan.
“Menjadi seorang pemimpin di dalam penjara memberinya pengalaman dalam negosiasi dan dialog, dan dia memahami mentalitas musuh dan cara mengatasinya,” kata rekan Sinwar selama mendekam di penjara Israel, Anwar Yassine dikutip dari Associated Press, Jumat.
Setelah bebas dari penjara Israel pada 2011, Sinwar terpilih menjadi Kepala Biro Politik Hamas di Gaza.
Ia bekerja sama dengan Ismail Haniyeh untuk menyelaraskan Hamas dengan Iran dan Hizbullah.
Saat menjadi pemimpin Hamas, Sinwar berfokus pada pembangunan kekuatan militer.
Menurut laporan New York Times, Jumat, Sinwar sudah menikah dan memiliki anak, namun ia tidak membahas keluarganya saat berbicara di depan umum.
Reaksi AS dan Iran soal Yahya Sinwar tewas
Kematian Sinwar di tangan Israel segera ditanggapi oleh Presiden AS Joe Biden dan Iran.
Dilansir dari laman resmi Gedung Putih, Jumat, Biden mengatakan, ia sudah menerima informasi dari Israel bahwa Yahya Sinwar tewas.
Ia menilai, Sinwar bertanggung jawab atas kematian ribuan warga Israel, Palestina, AS, dan warga dari lebih dari 30 negara.
Setelah konflik Hamas dengan Israel meletus pada Oktober 2023, Biden mengaku, ia memerintahkan personel operasi khusus dan profesional intelijen untuk bekerja sama dengan Israel guna membantu menemukan dan melacak Sinwar dan para pemimpin Hamas lainnya yang bersembunyi di Gaza.
“Dengan bantuan intelijen kami, IDF tanpa henti mengejar para pemimpin Hamas, mengusir mereka dari tempat persembunyian dan memaksa mereka melarikan diri,” kata Biden.
Baca juga: Setahun Perang Israel-Hamas, Korban Jiwa Capai 41.000 Orang di Gaza dan 1.200 di Israel
“Saya akan segera berbicara dengan Perdana Menteri Netanyahu dan para pemimpin Israel lainnya untuk memberi selamat kepada mereka,” tambahnya.
Sementara itu, Iran melalui perwakilannya di PBB mengatakan, tewasnya Yahya Sinwar justru akan menguatkan semangat perlawanan ke Israel di Gaza.
Menurut Iran, Sinwar adalah contoh bagi para pemuda dan anak-anak yang akan meneruskan perjuangannya untuk membebaskan Palestina.
“Selama pendudukan dan agresi masih ada, perlawanan akan terus berlanjut, karena sang martir tetap hidup dan menjadi sumber inspirasi,” kata Iran dikutip dari Al-Arabiya, Jumat.
Baca juga: Israel Bertekad Singkirkan Pemimpin Baru Hamas Yahya Sinwar
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.