KOMPAS.com - Gunung es terbesar di dunia yang dikenal dengan nama A32a saat ini sedang mengapung bebas di pinggiran Antarktika.
Gunung es tersebut memiliki ukuran dua kali lipat dari luas London Raya, Inggris atau setara dengan Rhode Island.
Apabila diukur menggunakan altimeter radar pada wahana antariksa, ilmuwan memperkirakan gunung tersebut memiliki ketebalan rata-rata lebih dari 280 meter.
Selama lebih dari 30 tahun, bongkahan es raksasa seluas pulau tersebut terpaku di dasar Laut Weddell sejak 1986.
Namun pada 2020, gunung es tersebut mulai bergerak menuju lautan terbuka, dikutip dari NPR, Sabtu (10/8/2024).
Baca juga: Kapal Pesiar Carnival Tabrak Gunung Es, Alami Momen Mirip Titanic
Gunung es yang terus mengapung
Gunung es A32a pada awalnya terbentuk dari bongkahan es Flichner pada 1986, dilansir dari Guinness World Records.
Bongkahan besar yang ada pada lapisan Flichner tersebut kemudian terlepas dan membentuk gunung es A32a.
Gunung es A32a memiliki luas lebih dari 31.000 kilometer persegi dengan panjang 335 kilometer dan lebar 97 kilometer.
Pada 2022, A23a pecah, mulai bergerak, dan terus mengapung bebas di samudra dengan mengikuti arus.
A32a diperkirakan terus bergerak sekitar 30 mil atau 48 kilometer per hari dan kemungkinan besar akan menuju perairan yang lebih hangat di Antarktika selatan.
Kini A32 mengikuti jalur yang mengekspor begitu banyak es terapung Antarktika, yang oleh para ilmuwan disebut sebagai "lorong gunung es". Ia akan terpecah-pecah, mencair, hingga tak ada wujudnya lagi, dikutip dari BBC, Sabtu (6/4/2024).
Gunung es tersebut mengapung di dekat Kepulauan Orkney Selatan, sekitar 700 kilometer timur laut dari ujung Semenanjung Antarktika pada April 2024.
Pada Agustus, hal aneh terjadi. A23a terlihat berputar-putar berlawanan arah jarum jam di kolom Taylor di atas gunung laut Pirie Bank.
Diduga, A23a terperangkap dalam arus laut yang berputar-putar yang disebabkan oleh penghalang di dasar laut.
Gunung es ini diperkirakan akan tetap berada di tempatnya untuk waktu yang lama, perlahan-lahan mencair dan terkikis saat berputar.
Baca juga: Gunung Es Menabrak Penampungan Penguin di antarktika dan Hampir Picu Bencana Ekologis
Prediksi masa depan A32a
Karena ukurannya yang terus mencair, banyak penelitian yang dilakukan untuk mengamati gunung es tersebut, termasuk National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA).
NOAA telah melakukan pengamatan pada A32a lewat satelit Joint Polar Satellite System (JPPS).
Satelit tersebut mengelilingi kutub dengan instrumen Visible Infrared Imaging Radiometer Suite (VIIRS), untuk melihat pergerakan A23a di Laut Weddell.
Gunung es tersebut apabila terus mengapung di perairan lain dikhawatirkan akan memengaruhi arus laut dan ekosistem di sekitarnya.
Ukurannya yang raksasa dapat berfungsi sebagai penghalang alami, mengalihkan aliran air, bahkan berpotensi memengaruhi cuaca.
A32 yang terus mengapung dan mencair juga dikhawatirkan akan mempercepat kenaikan permukaan air laut.
Bagian dari gunung yang terus mencair akan menambah volume air laut dan terus meningkat secara signifikan.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Detik-detik Kapal Titanic Menabrak Gunung Es hingga Karam
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.