Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kos-kosan, Saksi Bisu Kelahiran Sumpah Pemuda

Baca di App
Lihat Foto
Kompas.com/Suci Wulandari Putri
Museum Sumpah Pemuda di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Rabu (25/10/2023).
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Sumpah Pemuda adalah salah satu momentum bersejarah dalam perjalanan perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Ini merupakan hasil dari putusan Kongres Pemuda II yang diselenggarakan pada 27-28 Oktober 1928 di Jakarta.

Kongres ini menjadi forum bagi para pemuda untuk menciptakan cita-cita dan kesadaran dalam pergerakan demi mewujudkan persatuan Indonesia.

Rupanya, jejak sejarah lahirnya Sumpah Pemuda ini tidak luput dari kos-kosan tempat tinggal para pemuda.

Kos-kosan yang beralamat di Kramat Raya Nomor 106, Kwitang, Senen, Jakarta Pusat itu kini menjadi gedung Museum Sumpah Pemuda.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Hari Sumpah Pemuda dan Akar Sejarah Bahasa Indonesia

Cerita kos-kosan jadi tempat lahirnya Sumpah Pemuda

Dikutip dari Kompas.com (25/10/2023), kos-kosan ini dulunya merupakan rumah milik Sie Kong Lian yang berukuran cukup besar, sehingga menyerupai sebuah gedung.

Sekitar tahun 1920-an, Sie Kong Lian menyewakan rumahnya untuk kos-kosan pelajar di Weltevreden (kini berada di daerah Jakarta Pusat).

Saat itu, pelajar yang tinggal di kos-kosan tersebut kebanyakan berasal dari sekolah kedokteran School tot Opleiding van Indiandsche Artsen (STOVIA) dan sekolah hukum Recht Hooge School (RHS).

Sie Kong Lian sebagai pemilik kos juga memberikan kebebasan bagi para pelajar untuk menggelar diskusi, termasuk dalam perumusan Sumpah Pemuda.

Baca juga: Sejarah Lahirnya Sumpah Pemuda 28 Oktober

Meskipun beberapa pemuda tinggal di tempat lain, tetapi mereka menjadikan kos-kosan milik Sie Kong Lian ini sebagai tempat berkumpul.

Dilansir dari Kompas.com (28/10/2023), beberapa tokoh pemuda yang tinggal di kos-kosan ini adalah Muhammad Yamin, Aboe Hanifah, Amir Sjarifuddin, A.K. Gani, Mohammad Tamzil, dan Assaat Datuk Mudo.

Kemudian Soerjadi, Abu Hanifah, Abas, Hidajat, Ferdinand Lumban Tobing, Soenarko, Koentjoro Poerbopranoto, dan Mohammad Amir.

Penghuni lainnya, ada Roesmali, Mohammad Tamzil, Soemanang, Samboedjo Arif, Mokoginta, Hassan, dan Katjasungkana.

Dulunya, mahasiswa atau pelajar yang tinggal di sana menamai kos-kosan itu sebagai Commensalen Huis.

Baca juga: Sejarah High Heels, Dulu Dipakai Laki-laki, Kini Jadi Simbol Kecantikan Wanita

Jadi lokasi ikrar Sumpah Pemuda

Lihat Foto
Kompas.com/Suci Wulandari Putri
Museum Sumpah Pemuda di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Rabu (25/10/2023).

Bahkan, kepopuleran kos-kosan ini menjadikannya sebagai tempat berbagai organisasi pergerakan pemuda untuk melakukan kegiatan.

Soekarno dan tokoh-tokoh Algemeene Studie Club Bandung sering hadir di lokasi tersebut untuk membicarakan format perjuangan dengan para pemuda penghuni kos itu.

Kos-kosan ini juga menjadi sekretariat Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) dan sekretariat majalah Indonesia Raja.

Tak hanya itu, kos-kosan tersebut pernah diberi nama Langen Siswo dan berganti menjadi Indonesische Clubhuis atau Clubgebouw (gedung pertemuan).

Hingga pada 15 Agustus 1928, diputuskan bahwa gedung ini menjadi salah satu lokasi diadakannya Kongres Pemuda II pada Oktober 1928.

Baca juga: Sejarah Tugu Triangulasi di Indonesia, Berjasa dalam Pemetaan Nusantara

Proses menjadi Museum Sumpah Pemuda

Lihat Foto
Kompas.com/ Suci Wulandari Putri
Podium Kongres Pemuda II di Museum Sumpah Pemuda, Jakarta Pusat, Rabu (25/10/2023).

Setelah Kongres Pemuda II, banyak penghuni perlahan-lahan meninggalkan kos karena sudah lulus.

Usai para pelajar tidak melanjutkan sewa kosnya pada 1934, rumah ini kemudian disewakan kepada Pang Tjem Jam hingga 1937 sebagai rumah tinggal.

Rumah ini kemudian disewakan ke Loh Jing Tjoe pada 1937-1971. Dari 1937 sampai 1948, rumah ini digunakan sebagai toko bunga, lalu menjadi Hotel Hersia pada 1948-1951.

Barulah, berubah menjadi instansi pemerintah pada 1951-1970 sebagai Kantor Inspektorat Bea dan cukai.

Pada 3 April 1973, rumah ini dipugar oleh Pemda DKI Jakarta dan selesai pada 20 Mei 1973. Setelah itu, Gedung Kramat 106 ini dijadikan museum dengan nama Gedung Sumpah Pemuda.

Sebab, gedung ini memiliki sederet perjalanan sejarah dan menjadi saksi dari proses panjang pembentukan semangat perjuangan bagi kemerdekaan Indonesia.

(Sumber: Kompas.com/Suci Wulandari Putri Chaniago, Sandra Desi Caesaria | Editor: Ni Nyoman Wira Widyanti, Albertus Adit)

Baca juga: Sejarah di Balik Pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi