KOMPAS.com - Indonesia menyatakan niat untuk bergabung dengan organisasi kerja sama ekonomi BRICS.
BRICS adalah blok ekonomi yang anggotanya negara-negara berkembang. Nama blok ini diambil dari negara yang menjadi inisiator, yakni Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan.
Indonesia hendak bergabung dengan BRICS di saat negara ini sudah menjadi anggota G20.
G20 adalah forum utama kerja sama ekonomi internasional yang beranggotakan negara-negara dengan perekonomian besar di dunia, seperti Amerika Serikat, China, Inggris, Korea Selatan, Perancis, termasuk Kanada.
Saat menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS di Kazan, Rusia, Kamis (24/10/2024), Menteri Luar Negeri Sugiono menegaskan, keputusan bergabung dengan BRICS tidak menandakan Indonesia berpihak kepada kubu tertentu.
Ia menyatakan, bergabungnya Indonesia ke BRICS justru selaras dengan program kerja Kabinet Merah Putih Presiden Prabowo Subianto.
Lantas, apa alasan Indonesia bergabung dengan BRICS padahal sudah menjadi anggota G20?
Baca juga: Mengenal KTT BRICS Afrika Selatan yang Akan Dihadiri Presiden Jokowi
Alasan Indonesia ingin bergabung dengan BRICS?
Menlu Sugiono menjelaskan, Indonesia ingin bergabung dengan BRICS sebagai bentuk pengejawantahan politik luar negeri yang bebas aktif.
Menurutnya, negara-negara berkembang memerlukan ruang untuk membentuk kebijakan dan negara-negara maju harus memenuhi komitmen mereka.
BRICS, kata Sugiono, sejalan dengan semangat pembangunan negara-negara berkembang.
Ia berharap, keberadaan BRICS bisa memperkuat kemitraan negara-negara selatan dunia agar menikmati pembangunan dan kesejahteraan.
“Semua dilakukan di tataran multilateral yang inklusif,” jelas Sugiono dikutip dari Kompas.id, Jumat.
Di sisi lain, Sugiono menuturkan, keinginan bergabung dengan BRICS menunjukkan bahwa Indonesia memandang blok ekonomi ini sebagai wahana yang tepat untuk membahas dan memajukan kepentingan bersama negara-negara Selatan Global (Global South).
Baca juga: Cara India Sembunyikan Kemiskinan Saat KTT G20, Kawasan Kumuh Ditutupi Kain
Menurutnya, ada tiga langkah konkret yang perlu dilakukan untuk memperkuat kerja sama antara BRICS dengan negara Selatan Global.
Pertama, diperlukan penegakkan hak atas pembangunan secara berkelanjutan supaya negara-negara maju harus memenuhi komitmen mereka kepada negara berkembang.
Langkah kedua yang diusulkan Sugiono adalah mendukung reformasi sistem multilateral supaya lebih inklusif, representatif, dan sesuai dengan realitas saat ini.
Sugiono menjelaskan, institusi internasional juga harus diperkuat dengan sumber daya yang memadai.
Kemudian, langkah terakhir yang perlu dilakukan adalah Indonesia mendorong BRICS supaya menjadi perekat untuk memperkuat solidaritas antara negara-negara berkembang.
Sugino menjelaskan, ada beberapa hal dari BRICS yang selaras dengan program pemerintahan Prabowo, yakni ketahanan pangan dan energi, pemberantasan kemiskinan, serta memajukan sumber daya manusia.
Baca juga: Jokowi Hadiri KTT BRICS, Apakah Indonesia Sudah Jadi Anggota?
Indonesia jadi negara mitra BRICS
Dalam KTT BRICS di Kazan, Indonesia juga dikukuhkan sebagai negara mitra bagi blok ekonomi ini.
Selain Indonesia, negara-negara lain seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam turut diakui sebagai mitra BRICS.
Meski Indonesia berniat bergabung dengan BRICS, Presiden Prabowo tetap dijadwalkan menghadiri KTT G20 yang digelar di Rio de Janeiro, Brasil pada 18-19 November 2024.
Sugiono juga dijadwalkan menghadiri pertemuan Tingkat Menlu kelompok negara maju G7 expanded session di Fiuggi, Italia.
Baca juga: Deklarasi Kebangkitan Alam Hutan Bakau dari G20 Bali
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.