KOMPAS.com - Mantan Presiden Bolivia Evo Morales mengalami upaya pembunuhan saat mobil yang ditumpanginya ditembak pada Minggu (27/10/2024).
Diberitakan BBC, Senin (28/10/2024), hal itu diketahui dari video yang Evo Morales unggah melalui akun Facebook miliknya.
Video itu memperlihatkan terdapat tiga lubang peluru menembus kaca mobil depan kursi tempat Morales duduk.
Atas kejadian tersebut, Evo Morales menuduh upaya pembunuhan terhadapnya didalangi pemerintah Bolivia saat ini di bawah perintah Presiden Luis Arce.
"Agen-agen elit Negara Bolivia berusaha mengambil nyawa saya hari ini," tulis Morales lewat akunnya.
Baca juga: Wali Kota Meksiko Alejandro Arcos Dibunuh, Jasad Ditemukan di Dalam Mobil
Kronologi penembakan Evo Morales
Evo Morales tengah berkendara bersama sopirnya dalam sebuah konvoi pada Minggu (27/10/2024) dini hari waktu setempat saat terjadi upaya penembakan tersebut.
Serangan itu terjadi di dekat pangkalan militer Divisi Kesembilan Angkatan Darat Bolivia, dekat Villa Tunari, di pusat Cochabamba, Bolivia.
Dikutip dari Reuters, Senin, Morales mengatakan dua kendaraan mencegatnya di jalan dan menembaki mobilnya. Menurut dia, sebuah peluru melesat "beberapa sentimeter" dari kepalanya.
Partai Gerakan Sosialisme (MAS) yang menaungi Morales menyebut, terlihat pria berpakaian hitam dengan senjata lengkap yang menembaki mobil presiden Bolivia periode 2006-2019 itu.
MAS juga menuturkan, sebuah peluru mengenai lengan pengemudi kendaraan kedua dan peluru lain menyerempet kepalanya.
Kejadian ini menyebabkan sempat terjadi aksi pengejaran. Di tengah pengejaran, Morales lalu berganti mobil. Namun, sopirnya terluka.
Mobil yang Morales kendarai juga mengalami kerusakan. Tiga lubang peluru menembus kaca depan mobil, tepat ke arah kursi penumpang bagian depan yang diduduki Morales saat kejadian berlangsung.
Morales menduga serangan itu merupakan "operasi gabungan antara militer dan kepolisian". Dia juga menuduh Presiden Luis Arce bertanggung jawab atas penembakan tersebut.
Pendukung Morales dari Partai MAS juga mengeklaim orang-orang di balik serangan itu memasuki barak militer dekat lokasi penembakan dan dievakuasi dengan helikopter militer.
Baca juga: 4 Fakta Upaya Penembakan terhadap Donald Trump
Tuduh Presiden Bolivia pelaku penembakan
Namun, Morales menuduh mantan rekan dekatnya yang juga anggota Partai MAS itu sebagai dalang dalam upaya pembunuhan terhadapnya.
“Jika Luis Arce tidak memberikan perintah atas percobaan pembunuhan ini, ia harus segera memberhentikan dan mengadili Eduardo del Castillo dan Edmundo Novillo, menteri pemerintahan dan pertahanan, beserta semua petugas polisi yang terlibat,” kata Morales.
Wakil Menteri Keamanan Bolivia Roberto Ríos mengatakan, polisi saat ini tidak melakukan pemeriksaan apapun terhadap Morales.
Sementara itu, upaya penembakan Morales terjadi saat dia tengah bersitegang dengan Presiden Luis Arce yang memimpin usai Morales mengundurkan diri pada 2019.
Dilansir dari Sky News (11/11/2019), Morales menang pemilu untuk kepemimpinan periode ketiga, Namun, dia mengundurkan diri dari jabatannya setelah terjadi kerusuhan di Bolivia.
Kerusuhan itu disebabkan karena banyak pihak menuduhnya melakukan kecurangan pemilu.
Morales lalu digantikan Luis Arce yang juga berasal dari Partai MAS yang menguasai Bolivia sekaligus mantan menteri ekonomi dalam pemerintahannya.
Arce diperkirakan mencalonkan diri sebagai presiden pada pemilu 2025. Morales juga ingin menjadi kandidat tahun depan. Keinginan itu memecah Partai MAS menjadi dua kubu berseberangan yang mendukung Arce atau Morales.
Di sisi lain, Morales tengah menghadapi masalah hukum penyelidikan dugaan pemerkosaan anak di bawah umur dan perdagangan manusia. Dia membantah tuduhan itu dan tak pernah hadir untuk bersaksi dalam kasus sehingga terancam akan ditangkap.
Meski begitu, para pendukungnya memblokir jalan-jalan utama di seluruh negeri dan terlibat bentrok dengan polisi selama dua minggu akibat kasus Morales. Akibatnya, pengiriman makanan dan bahan bakar ke seluruh Bolivia terhambat.
Pemerintah Arce pun menuduh Morales "mendestabilisasi" negara dan mencoba "mengganggu tatanan demokrasi" lewat aksi para pendukungnya itu.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.