Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dimarahi Bos di Kantor, Seorang Perempuan Alami Kondisi Kaku seperti Kayu, Apa yang Terjadi?

Baca di App
Lihat Foto
freepik.com
Ilustrasi depresi
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Seorang perempuan di China bernama Li mengalami kondisi yang membuatnya menjadi kaku seperti kayu setelah dimarahi atasannya di tempat kerja.

Diberitakan SCMP, Minggu (27/10/2024), Li yang berusia 20-an dan tinggal di Provinsi Henan, China mendadak tidak bisa merespons serta tidak makan, minum, bergerak, atau terlibat dalam percakapan.

Hasil pemeriksaan mengungkap, Li mendapat teguran dari atasannya di kantor pada September lalu. Tekanan pekerjaan itu membuatnya tidak merasa bahagia dalam waktu lama.

Namun, kondisinya memburuk hingga dokter menyebut dia mengalami gejala depresi mengkhawatirkan berupa pingsan katatonik.

Baca juga: Tak Hanya Perasaan, Depresi Juga Bikin Otak Manusia Berubah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Tubuh perempuan China jadi kaku

Dikutip dari Bastille Post, Minggu (20/10/2024), Li merasa depresi sepulang dari mendapat teguran dari atasannya di kantor.

Sebulan kemudian, sekitar 15 Oktober 2024, Li kehilangan kendali atas tubuhnya. Badan perempuan itu menjadi kaku dan lumpuh. Dia tampak menjadi "manusia kayu" dengan tubuh kaku.

Kekakuan tubuhnya terlihat saat Li awalnya tidur dengan bantal di leher. Namun setelah bantalnya dilepas, kepala Li bisa menggantung di udara tanpa penyangga apapun serta tidak terkulai jatuh.

Tak hanya itu, keluarganya lambat laun mengetahui Li tidak lagi makan dan minum. Dia bahkan harus diingatkan untuk buang air kecil dan besar. Menyadari situasinya tidak normal, keluarga segera membawa Li ke rumah sakit.

Dokternya, Jia Dehuan dari Rumah Sakit Rakyat Kedelapan Zhengzhou mengungkapkan Li mengalami gejala depresi berupa pingsan katatonik atau catatonic stupor. Kondisi itu membuat tubuh Li sekaku kayu.

Gejala utama kondisi tersebut adalah diam, tidak nafsu makan, dan bahkan tidak merespons panggilan dari dunia luar.

Anggota keluarga mengungkapkan, Li memiliki kepribadian yang tertutup dan sulit berbagi masalahnya dengan keluarga, teman, atau orang-orang di sekitarnya. Seiring waktu, stres yang menumpuk di pikirannya memicu timbulnya depresi.

Li sangat ketakutan mengetahui kondisi abnormal yang dia alami. Dia menyatakan keinginan untuk bekerja keras mengelola suasana hatinya dan menghilangkan stres secara lebih efektif mulai saat ini.

Baca juga: Manfaat Yoga untuk Kesehatan Mental, Bisa Kurangi Gejala Depresi

Katatonia penyebab tubuh kaku saat depresi

Pingsan katatonik, catatonic stupor, atau catatonia adalah gangguan psikomotorik yang terjadi antara fungsi mental dan gerakan tubuh. Gangguan ini memengaruhi kemampuan seseorang untuk bergerak secara normal.

Dikutip dari Healthline (28/2/2020), katatonia dapat berlangsung beberapa jam, minggu, bulan, atau tahun. Namun, katatonia bisa kambuh berkala selama berminggu-minggu hingga bertahun-tahun.

Terdapat beberapa kondisi yang menyebabkan seseorang mengalami katatonia, yakni:

  • Gangguan perkembangan sistem saraf
  • Gangguan psikotik
  • Gangguan bipolar
  • Gangguan depresi
  • kondisi medis seperti kekurangan folat serebral, gangguan autoimun langka, dan gangguan paraneoplastik langka
  • Obat-obatan tertentu
  • Kelainan otak.

Penderita katatonia akan mengalami banyak gejala seperti berbaring dalam waktu lama dan tidak memberikan respons.

Gejala katatonia di antaranya sebagai berikut:

  • Stupor atau kondisi saat seseorang tidak bisa bergerak dan berbicara, serta hanya tampak menatap kosong
  • Postur tubuh "fleksibilitas lilin" atau seseorang bisa tetap berada dalam posisi sama untuk waktu lama
  • Malnutrisi dan dehidrasi karena kurang makan atau minum
  • Echolalia atau seseorang menanggapi percakapan dengan hanya mengulang apa yang didengar
  • Katalepsi atau kekakuan otot
  • Negativisme atau kurangnya respons terhadap rangsangan eksternal
  • Ekopraksia atau meniru gerakan orang lain
  • Mutisme atau tidak bisa bicara
  • Meringis
  • Psikosis akut atau sulit membedakan kenyataan dan imajinasi
  • Ensefalitis atau peradangan jaringan otak
  • Sindrom neuroleptik maligna (NMS)
  • Status epileptikus nonkonvulsif atau kejang parah.

Orang harus menunjukkan setidaknya dua gejala katatonia selama 24 jam sebelum diperiksa dokter dan didiagnosis menderita katatonia.

Untuk mengatasi katatonia, dokter akan memberikan obat-obatan kepada pasien termasuk pelemas otot dan antidepresan.

Penderita katatonia juga akan menjalani terapi elektrokonvulsif (ECT) dengan mendapatkan aliran sengatan listrik ke otaknya di rumah sakit.

Terapi ini menyebabkan kejang di otak selama satu menit. Namun, kejang tersebut diyakini mengubah jumlah neurotransmiter otak sehingga dapat memperbaiki gejala katatonia.

Selain mengatasi katatonia, penderita akan menjalani pemeriksaan dan terapi lebih lanjut untuk mengatasi penyebab munculnya gangguan tersebut. Misalnya, penderita depresi yang mengalami katatonia perlu mengikuti perawatan untuk menyembuhkan gangguan mentalnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi