KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan, sejumlah wilayah Indonesia berpotensi mengalami hujan es saat peralihan musim kemarau ke hujan.
Hujan es adalah fenomena cuaca yang ditandai dengan jatuhnya butiran es serta hujan deras, kilat, dan angin kencang.
Fenomena cuaca ekstrem ini baru saja terjadi di beberapa wilayah di Sidoarjo, Jawa Timur, pada Senin (4/11/2024). Akibatnya, beberapa pohon yang tersebar di 10 titik tumbang dan listrik padam karena tiang listrik roboh.
Lantas, mana saja wilayah Indonesia yang berpotensi mengalami hujan es?
Baca juga: Ini Penyebab Fenomena Hujan Es seperti yang Terjadi di Sidoarjo
Wilayah Indonesia yang berpotensi dilanda hujan es
Ketua Tim Kerja Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Ida Pramuwardani mengatakan, fenomena hujan es sulit diprediksi secara spesifik dari waktu dan lokasi kejadiannya,
"Hujan es sulit diprediksi karena skalanya sangat lokal, yang biasanya terjadi pada lokasi yang tidak luas dan durasi yang singkat," kata dia saat dihubungi Kompas.com, Rabu (5/11/2024).
Namun, hujan es umumnya berpotensi terjadi di masa peralihan musim.
Ida menyampaikan, beberapa wilayah yang masih dalam masa peralihan dan diprediksi baru akan memasuki musim hujan pada November hingga Desember 2024 adalah sebagai berikut:
- Provinsi Lampung
- Sebagian kecil wilayah Banten bagian utara
- Sebagian kecil wilayah Jabar bagian utara
- Sebagian Jawa Timur
- Sebagian kecil wilayah Bali
- Nusa Tenggara Barat (NTB)
- Nusa Tenggara Timur (NTT)
- Sulawesi Selatan bagian selatan
- Sulawesi uTara bagian selatan
- Papua Selatan.
Meskipun fenomena hujan es masih berpeluang terjadi pada awal, akhir, dan selama periode musim hujan, peluang kejadiannya tidak sebesar pada masa peralihan.
Baca juga: Wilayah di Jawa Barat yang Berpotensi Dilanda Hujan Es hingga 7 Agustus 2024
Penyebab terjadinya hujan es
Hujan es disebabkan kondisi atmosfer yang mendukung pembentukan awan Cumulonimbus. Awan Cumulonimbus adalah jenis awan cumulus yang membawa hujan deras dan angin kencang.
Ida menjelaskan, hujan es awalnya terjadi ketika udara lembap dan panas di permukaan Bumi naik dengan cepat sehingga membentuk awan Cumulonimbus.
Di ketinggian, uap air akan mengalami pendinginan ekstrem dengan suhu di bawah -60 derajat Celsius sehingga membentuk butiran es.
"Jika arus udara naik (updraft) cukup kuat, butiran es tersebut dapat bertahan dan membesar sebelum akhirnya jatuh ke permukaan bumi sebagai hujan es," kata Ida.
Butiran es tersebut menjadi hujan es ketika udara sudah tidak lagi mampu menahan berat butiran es.
Jika suhu di permukaan Bumi cukup dingin, butiran es tersebut tidak akan mencair dan jatuh sebagai hujan es.
Dilansir dari akun Instagram resmi @infobmkg, Selasa (5/11/2024), berikut tanda-tanda akan terjadi hujan es:
- Udara pada malam hingga pagi hari sebelumnya terasa panas dan gerah karena radiasi matahari yang cukup kuat
- Muncul awan cumulus pada pukul 10.00 pagi
- Awan cumulus berubah warna menjadi abu-abu atau hitam yang dikenal dengan awan Cumulonimbus dengan cepat
- Udara di sekitar terasa dingin Dahan dan ranting pohon bergoyang dengan cepat
- Terjadi hujan deras secara tiba-tiba yang disertai dengan angin kencang.
Baca juga: Ramai soal Fenomena Hujan Es di Depok, BMKG Ungkap Penyebabnya
Imbauan BMKG
BMKG mengimbau kepada masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem, termasuk hujan es.
Berikut beberapa hal yang harus dilakukan ketika terjadi hujan es:
- Segera berlindung di dalam bangunan yang kokoh
- Hindari pula aktivitas di luar ruangan
- Jauhkan kendaraan dari tempat terbuka, seperti di bawah pohon atau area tanpa atap
- Jika sedang berkendara, segera menepi dan mencari tempat yang aman untuk berlindung
- Jangan gunakan butiran hujan es untuk minum.
Masyarakat bisa mengakses informasi terkini dan peringatan dini cuaca ekstrem melalui situs resmi atau aplikasi InfoBMKG.
Nah, itulah sejumlah wilayah Indonesia yang berpotensi mengalami hujan es di masa pancaroba atau peralihan musim.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.