Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Efek Donald Trump Menang Bikin Dollar AS Menguat, Tembus Rp 15.844

Baca di App
Lihat Foto
AFP/JIM WATSON
Calon presiden Amerika Serikat Donald Trump saat berpidato pada malam pemilihan presiden atau pilpres AS di West Palm Beach Convention Center, Florida, Rabu (6/11/2024).
|
Editor: Yefta Christopherus Asia Sanjaya

KOMPAS.com - Mata uang dollar Amerika Serikat (AS) menguat setelah Donald Trump memenangi Pemilihan Presiden (Pilpres) yang digelar pada Selasa (5/11/2024) waktu setempat.

Calon presiden (capres) yang didukung Partai Republik tersebut mengantongi 296 electoral college, sementara kompetitornya dari Partai Demokrat, Kamala Harris, hanya memperoleh 226 electoral college.

Lewat sistem electoral college, rakyat AS tidak memilih presiden secara langsung, tetapi melalui suara mayoritas elektor atau sekelompok orang yang menjadi wakil pemilih di setiap negara bagian.

Elektor pada umumnya adalah pejabat, pemimpin partai politik, atau orang-orang di negara bagian yang memiliki afiliasi pribadi maupun politik dengan calon presiden dari partai mereka.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berdasarkan pantauan Kompas.com di laman kurs Bank Indonesia (BI), nilai tukar Rupiah terhadap dollar AS berada di angka Rp 15.844,83 terhitung sejak Rabu (6/11/2024).

Angka tersebut lebih tinggi ketimbang nilai tukar Rupiah ke dollar AS satu hari sebelum Pilpres digelar, tepatnya pada Selasa (5/11/2024), dengan besaran Rp 15.829,75.

Baca juga: Update Sementara Pilpres Amerika 2024: Trump 267 Suara Elektoral, Kamala Harris 224

Kenapa Pilpres AS bikin dollar AS menguat?

Melemahnya dollar AS dalam dua hari terakhir, baik sebelum maupun setelah Trump memenangi Pilpres AS, sudah diprediksi analis Bank Woori Saudara, Rully Nova.

Ia mengatakan, dollar AS melambung seiring semakin menguatnya kebijakan Trump yang dinilai perfeksionis.

“Perkiraan hasil Pilpres AS akan dimenangkan oleh Donald Trump, kemungkinan akan berdampak negatif bagi emerging market, termasuk Indonesia,” ujar Rully dikutip dari Antara, Rabu.

Hal yang berbeda akan terjadi jika Pilpres AS dimenangi oleh Harris yang saat ini berstatus sebagai wakil presiden Amerika sekarang.

Menurut Rully, ada beberapa risiko jika Harris mengalahkan Trump, seperti pemerintah AS akan terus menyerap dollar AS lewat penerbitan obligasi negara karena belanja sosial yang diperkirakan semakin tinggi.

Baca juga: Donald Trump Menang, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

Di sisi lain, Reny Eka Putri selaku ekonom senior Bank Mandiri menuturkan, dollar AS menguat terhadap Rupiah karena faktor respons awal pasar terhadap Pilpres AS.

Faktor lainnya yang membuat Rupiah keok dua hari terakhir adalah selera risiko tetap rendah yang dipengaruhi prospek pemangkasan suku bunga Reserve yang tidak terlalu negatif.

Reny menambahkan, indeks dollar AS naik ke level 104,7 dalam perdagangan pada Rabu atau naik ke level tertinggi sejak 24 Juli 2024.

Hal tersebut menunjukkan penguatan dollar AS terhadap mata uang utama lainnya.

“Investor global bereaksi terhadap hasil awal pemilihan Presiden AS, di mana Trump menang atas Harris," jelas Reny.

"Perlombaan sebagian besar berlangsung sesuai perkiraan, dengan hasil sekarang bergantung pada tujuh negara bagian utama,” tambahnya.

Baca juga: Donald Trump Menang Pilpres AS, Bagaimana Nasib Kasus Hukum yang Menjeratnya?

Ia menambahkan, investor juga menaruh fokus pada kendali Kongres AS karena hasil pemilihan umum membawa implikasi signifikan terhadap pengeluaran dan kebijakan pajak di masa depan.

Menurut Reny, Trump akan menjalankan kebijakan dengan mengontrol ketat masalah tarif, perdagangan, dan imigrasi.

Ia menambahkan, indeks dollar AS dalam beberapa pekan terakhir didukung oleh faktor “perdagangan Trump” karena kebijakan ekonomi capres asal partai republik ini yang dinilai inflasioner.

Baca juga: Donald Trump Menang, Ini Perolehan Suaranya dalam Tiga Pemilu AS Terakhir

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi