KOMPAS.com - Donald Trump menang atas Kamala Harris dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) 2024 setelah memperoleh lebih dari 270 suara elektoral, Rabu (6/11/2024).
Kembalinya Trump ke Gedung Putih mengubah kebijakan luar negeri AS yang berdampak bagi sejumlah negara, termasuk Rusia, Ukraina, China, dan negara di kawasan Timur Tengah.
Selama kampanye, Trump menjanjikan kebijakan yang luas tetapi tetap berdasar pada prinsip non-intervensionisme dan proteksionisme perdagangan dengan mengatakan "America First".
Lantas, apa arti kemenangan Donald Trump bagi sejumlah negara yang tengah berperang?
Baca juga: Donald Trump Menang Pilpres AS 2024, Apa Dampaknya bagi Geopolitik Dunia?
Dampak kemenangan Donald Trump bagi sejumlah negara
Kemenangan Donald Trump dalam Pilpres AS 2024 akan mempengaruhi hubungan dan geopolitik dunia, khususnya bagi negara-negara yang berkonflik. Berikut penjelasannya.
1. Israel-PalestinaDikutip dari Time Magazine, kemenangan Trump diyakini bakal memperbaiki konflik Israel-Palestina. Hal itu terlihat dari janji Trump selama masa kampanye yang mengatakan akan membawa "perdamaian" ke Timur Tengah.
Janji itu seolah menyiratkan bahwa ia akan mengakhiri perang Israel-Hamas di Gaza dan Israel-Hizbullah di Lebanon. Namun, Trump belum mengatakan bagaimana caranya.
Para pengamat mengatakan, saat menjadi Presiden AS di jabatan pertamanya, Trump dengan jelas menunjukkan bahwa dirinya tidak mendukung Israel.
Ia berkali-kali mengatakan bahwa jika dirinya yang berkuasa dan bukan Joe Biden, Hamas tidak akan menyerang Israel karena kebijakan “tekanan maksimum”-nya terhadap Iran, yang mendanai kelompok tersebut.
Secara umum, kemungkinan besar Trump akan mencoba kembali kebijakan yang menyebabkan pemerintahannya menarik AS keluar dari kesepakatan nuklir Iran dan menerapkan sanksi yang lebih kuat ke Iran.
Di sisi lain, kebijakan Trump pada masa jabatan sebelumnya yang mengagetkan dunia adalah ketika merelokasi kedutaan besar AS dari Tel Aviv ke Yerusalem dan mengakui Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel sebagai bagian dari Israel.
Akibat kebijakan yang sangat pro-Israel itu, Palestina memboikot pemerintahan Trump dan kawasan tersebut menjadi tidak stabil.
Baca juga: Donald Trump Menang, Ini Perolehan Suaranya dalam Tiga Pemilu AS Terakhir
2. Rusia-UkrainaSelain konflik di Timur Tengah, kemenangan Trump juga akan berpengaruh pada peperangan antara Rusia-Ukraina.
Dikutip dari BBC, selama masa kampanye, Trump berulang-ulang mengatakan mampu mengakhiri perang antara Rusia-Ukraina "dalam sehari".
Saat ditanya bagaimana caranya, ia menyarankan untuk mengawasi kesepakatan tetapi menolak menjelaskan caranya lebih rinci.
Makalah penelitian yang ditulis oleh dua mantan kepala keamanan nasional Trump pada Mei 2024 menyatakan, AS harus melanjutkan pasokan senjatanya ke Ukraina. Tapi di sisi lain, AS juga membuat dukungan bersyarat pada Kyiv dalam diskusi damai dengan Rusia.
Untuk menarik Rusia, AS berjanji bakal menunda masuknya Ukraina ke NATO.
Para mantan penasihat itu mengatakan, Ukraina tidak boleh menyerah untuk mendapatkan kembali seluruh wilayahnya dari pendudukan Rusia, tetapi harus bernegosiasi berdasarkan garis depan saat ini.
Baca juga: Bitcoin dan Dollar AS Melejit Selepas Kemenangan Donald Trump
Pendekatan Amerika terhadap China merupakan bidang kebijakan luar negeri yang paling strategis dan berimplikasi sangat besar bagi keamanan dan perdagangan global.
Saat menjabat sebagai presiden, Trump melabeli China sebagai "pesaing strategis" dan mengenakan tarif pada beberapa impor China ke AS. Hal ini memicu tarif balasan oleh Beijing pada impornya ke Amerika.
Trump juga memuji Presiden China Xi Jinping sebagai sosok yang "cemerlang" tapi "berbahaya".
Presiden XI Jinping dinilai sebagai pemimpin yang sangat efektif mengendalikan 1,4 miliar orang dengan "tangan besi"-nya.
Kendati demikian, pendekatan AS ke China tampaknya akan berubah dari masa pemerintahan sebelumnya di mana Biden membangun kemitraan keamanan AS yang lebih kuat dengan negara-negara regional lain sebagai upaya membendung China.
AS telah mempertahankan bantuan militer untuk Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri dan dianggap China sebagai provinsi yang memisahkan diri.
Di sisi lain, pada Oktober 2024, Trump berkelakar, jika dirinya kembali ke Gedung Putih, ia tidak perlu menggunakan kekuatan militer untuk mencegah blokade China ke Taiwan.
Trump justru akan mengenakan tarif yang melumpuhkan impor China jika hal itu terjadi.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.