Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil RM Margono, Kakek Prabowo yang Dinilai Pantas Jadi Pahlawan Nasional

Baca di App
Lihat Foto
Perpustakaan Nasional Indonesia via esi.kemendikbud.go.id
Margono Djojohadikoesoemo
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf atau kerap disapa Gus Ipul menilai, kakek Presiden Prabowo Subianto, Raden Mas (RM) Margono Djojohadikoesoemo pantas diberi gelar pahlawan.

Gus Ipul berpendapat, ada banyak nilai kepahlawanan yang dapat diteladani dari RM Margono.

"Tadi ada yang nanya, 'apakah kakeknya Pak Prabowo (Margono Djojohadikoesoemo) apa tadi katanya (layak diberi gelar pahlawan)?' Iya, sangat layak beliau," jelas Gus Ipul, Minggu (10/11/2024).

Lantas, siapa RM Margono yang dianggap pantas jadi pahlawan nasional?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Kata PDI-P dan Gerindra soal Video Prabowo Ajak Warga Pilih Ahmad Luthfi-Taj Yasin

Profil RM Margono Djojohadikoesoemo 

Raden Mas Margono Djojohadikoesoemo merupakan pendiri dari Bank Negara Indonesia (BNI). 

RM Margono lahir di Purwokerto, 16 Mei 1894 dan meninggal di Jakarta, 25 Juli 1978 ketika berusia 84 tahun.

Tokoh kelahiran Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah ini merupakan cucu buyut dari Raden Tumenggung Banyak Wide atau lebih dikenal dengan nama Panglima Banyakwide, pengikut setia dari Pangeran Diponegoro.

Ia pernah mengenyam pendidikan di Europeesche Lagere School (ELS) Banyumas dari 1900 hingga 1907.

Dikutip dari ESI Kemendikbud, setelah lulus dari ELS, Margono melanjutkan pendidikannya di sekolah calon pegawai negeri atau Opleiding School voor Inlandsche Ambtenaren (OSVIA) di Magelang.

Baca juga: Indonesia-China Sepakat Kerja Sama Maritim, Kemenlu: Bukan Pengakuan Nine-Dash Line

Di OSVIA, RM Margono memiliki minat di bidang ekonomi, khususnya pengkreditan dan koperasi. 

Setelah menuntaskan pendidikannya di OSVIA selama empat tahun, Margono bekerja sebagai juru tulis di Banyumas pada 1911.

Beberapa bulan kemudian, ia diangkat menjadi juru tulis Asisten Wedana Banyumas di Pejawaran.

Kariernya pun kembali naik usai ditugaskan menjadi juru tulis di kantor Kejaksaan Cilacap dan mengikuti pelatihan sebagai pejabat Volkscredietwezen.

Saat pindah ke Purworejo pada 1915, ia menikahi Siti Katoemi Wirodihardjo dan memiliki lima orang anak, yaitu Soemitro Djojohadikoesoemo, Soekartini Djojohadokoesoemo, Miniati Djojohadokoesoemo, Subianto Djojohadokoesoemo, dan Sujono Djojohadokoesoemo.

Baca juga: Gibran Jadi Plt Presiden Selama Prabowo di Luar Negeri, Apa Tugasnya?

Margono dan BNI

Pada masa kemerdekaan, RM Margono ditunjuk sebagai Ketua Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS) setelah Soekarno-Hatta dilantik.

Sebagai Ketua DPAS, Margono mengusulkan agar dibentuk sebuah bank sentral atau bank sirkulasi, sesuai dengan yang dimaksud dalam UUD 1945.

Soekarno-Hatta kemudian memberikan tugas kepada Margono untuk membuat dan mengerjakan persiapan pembentukan bank sentral negara Indonesia pada 16 September 1945.

Pada 19 September 1945, Dewan Menteri Republik Indonesia memutuskan membentuk bank milik negara yang berfungsi sebagai bank sirkulas.

Tepat pada 15 Juli 1946, terbit Perpu Nomor 2 Tahun 1946 tentang Pendirian Bank Negara Indonesia (BNI), dengan RM Margono sebagai direktur utamanya.

Dalam upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia, Margono pernah menyelamatkan aset BNI, berupa emas seberat tujuh ton saat Belanda melancarkan Agresi Militer II pada 1948.

Saat itu, ia berhasil menjual emas ke Macau dan hasil penjualannya diperuntukkan bagi perjuangan Indonesia, yakni penyediaan bahan pangan, biaya diplomasi, serta persediaan perang melawan Belanda.

Baca juga: Sorotan Media Asing Saat Presiden Prabowo Temui Xi Jinping di China

RM Margono pencetus hak angket

Tak hanya berperan dalam pembentukan BNI, RM Margono juga pernah menjabat sebagai Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).

Pada 1950-an, namanya tercatat sebagai anggota DPR yang mencetuskan adanya hak angket oleh DPR.

RM Margono pernah mengusulkan agar DPR mengadakan hak angket atas usaha memperoleh devisa dan menggunakan devisa.

Panitia angket kemudian dibentuk dan beranggotakan 13 orang yang diketuai oleh RM Margono sendiri.

Panitia tersebut bertugas untuk memeriksa kebijakan pemerintah dalam penggunaan devisa yang berperan penting dalam pengelolaan ekonomi negara.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi