Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Pemasangan Baut Emas di IKN Disebut Tradisi "Munggah Molo", Apa Itu?

Baca di App
Komentar Lihat Foto
Youtube/Sekretariat Presiden
Presiden ke-7 RI, Jokowi pasang baut bilah pertama di Kantor Presiden IKN (22/9/2023)
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Momen ketika Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi) memasangkan baut emas pada konstruksi Kantor Presiden di Ibu Kota Nusantara (IKN), ramai dibahas di media sosial X.

Diketahui, baut yang dipasang oleh Jokowi saat meninjau pembangunan IKN pada 22 September 2023 itu berbahan emas 24 karat.

Topik ini lalu kembali dibahas oleh akun X @perlubak***, Sabtu (9/11/2024). Hingga Senin (11/11/2024), unggahan tersebut telah dilihat lebih 300.000 ribu kali.

Menurut pengunggah, pemasangan baut emas ini merupakan tradisi Jawa yang disebut "munggah molo".

"Di Jawa ada tradisi yg namanya Munggah Molo, yaitu memasang beberapa benda salah satunya paku emas di bagian kayu penyangga atap. Harapannya supaya bangunan yg dipaku emas jadi Jaya & utk tolak bala," tulis pengunggah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menanggapi pernyataan itu, seorang pengguna lain menyampaikan pendapat yang berbeda.

"Munggah molo yg aku tau adalah naikin kayu 'utama' yang dipake buat rangka atap," tulis salah seorang pengguna.

Lantas, apa itu tradisi munggah molo?

Baca juga: Sejarah Rebo Wekasan, Tradisi Tolak Bala di Rabu Terakhir Bulan Safar


Tradisi munggah molo

Kepala Pusat Unggulan Iptek Javanologi Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta Sahid Teguh Widodo menjelaskan, munggah molo merupakan tradisi orang Jawa yang dilakukan saat membangun rumah, khususnya ketika menaikkan bagian atap.

Munggah molo berasal dari kata "munggah" yang berarti menaikkan dan "molo" artinya atap. Maka, munggah molo memiliki arti menaikkan rangka atap rumah, di antaranya atap panitih dan atap paningrat. 

Sebagian masyarakat percaya, melakukan tradisi ini dapat memberikan keselamatan, kelancaran, dan keberhasilan pekerjaan, sekaligus sebagai bentuk doa kebaikan agar rumah bisa menjadi peneduh yang baik.

Upacara munggah molo umumnya dilakukan dengan pembacaan doa oleh pemuka agama dan beberapa ritual lainnya.

"Biasanya kami menyediakan banyak makanan, bermacam-macam, sebagaimana ada dalam tradisi Jawa lain," kata Sahid, saat dihubungi Kompas.com, Senin.

Menurut salah satu sumber dalam manuskrip Jawa, munggah molo awalnya dilakukan oleh orang-orang di lingkungan Keraton.

Namun karena masyarakat Jawa dulu menyebar di berbagai daerah, tradisi ini lalu dilakukan juga oleh suku lain, seperti China dan Arab.

Baca juga: Tradisi Menelan Ikan Hidup di India Diklaim Bisa Sembuhkan Asma

Makna tradisi munggah molo di IKN

Menurut Sahid, munggah molo berisi doa-doa kebaikan sehingga tidak ada salahnya tradisi ini dilakukan dalam pembangunan IKN.

"Agar ibu kota baru nanti dapat berguna dan dapat menjadi sesuatu sebagaimana diinginkan seluruh rakyat Indonesia," ujarnya.

Untuk melakukan munggah molo tidak harus menggunakan paku emas, bisa dengan barang lain yang dianggap paling berharga.

Sahid menuturkan, barang yang digunakan sebaiknya memiliki nilai yang paling baik, seperti halnya doa yang dipanjatkan dan agar selaras dengan cita-cita yang hendak diwujudkan.

"Bentuk simbolisasi itu kan juga menjadi cara dan sarana 'berkorban' yang menjadi abadi dalam setiap laku prihatin. Saya kira pada etnik dan atau bangsa lain juga ada ini," pungkasnya.

Baca juga: Tak Hanya di Indonesia, Bubur Asyura Juga Jadi Tradisi bagi Muslim di Thailand Selatan

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi