Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan Lajur atau Kondisi Jalan, KNKT Ungkap Penyebab Sering Kecelakaan di Tol Cipularang

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Jasa Marga
KNKT ungkap penyebab sering kecelakaan di Tol Cipularang. Pasca terjadinya kecelakaan beruntun di Ruas Tol Cipularang KM 92 arah Jakarta pada Senin (11/11/2024), pihak Kepolisian melanjutkan olah tempat kejadian perkara (TKP) pada Selasa (12/11/2024) pagi.
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Kecelakaan yang melibatkan sebuah truk bermuatan berat terjadi di ruas Tol Cipularang Km 92 arah Bandung menuju Jakarta, Senin (11/11/2024) sore.

Insiden yang menyebabkan satu orang meninggal dunia dan puluhan lainnya luka itu menambah daftar panjang kecelakaan beruntun yang terjadi di Tol Cipularang, Jawa Barat.

Berdasarkan catatan Kompas.com, Selasa (12/11/2024), setidaknya ada enam insiden kecelakaan di sekitar Km 91-104 yang memakan korban jiwa.

Terbaru, insiden pada Senin lalu diduga disebabkan truk yang mengalami rem blong di jalan menurun dan menabrak 19 unit kendaraan lain di tengah hujan deras.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kondisi jalanan yang sempit dengan hanya dua lajur disertai kontur yang naik turun dan berkelok panjang pun dinilai menjadi penyebab seringnya kecelakaan di Tol Cipularang.

"Ini tol Cipularang sering bgt terjadi kecelakaan. Byk penyebabnya: jalan tol yg sempit cuma punya 2 lajur, volume kendaraan padat jkt-bdg bgt, jalan yg naik turun & berkelok panjang, pengemudi yg langgar lalin kaya Lane hongger, ngambil jalur darurat, salib sembarangan," tulis akun X @saa***, Senin.

Lantas, benarkah kondisi jalanan di menjadi penyebab di balik tingginya kecelakaan di Tol Cipularang?

Baca juga: Penyebab Kecelakaan Beruntun di Tol Cipularang, Diduga Truk Rem Blong di Jalan Menurun


Penyebab marak kecelakaan di Tol Cipularang

Senior Investigator KNKT Ahmad Wildan mengatakan, bukan kondisi lajur dan kontur jalan yang menjadi penyebab maraknya kecelakaan di Tol Cipularang.

"Bukan itu. Elemen geometrik jalan tol di seluruh Indonesia sudah memenuhi regulasi tentang jalan baik yang ada di regulasi nasional maupun internasional," kata dia, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (12/11/2024).

Wildan menjelaskan, tiga elemen geometrik di jalan tol sudah melalui tahap audit dan dipastikan memenuhi ketentuan regulasi.

Ketiga elemen geometrik tersebut, meliputi penampang melintang jalan, alinyemen vertikal, dan alinyemen horisontal.

Alinyemen vertikal atau jalan menurun merupakan suatu kondisi yang tidak dapat dihindari, terutama pada jalan yang menghubungkan dua tempat dengan ketinggian berbeda.

"Namun, besaran parameternya dipastikan sesuai dengan regulasi," ujar Wildan.

Baca juga: Kecelakaan Beruntun di Tol Cipularang, Sopir Truk Dirawat dan Diawasi Polisi

Dia menyebutkan, kecelakaan-kecelakaan di Tol Cipularang dipacu oleh faktor manusia yang tidak memahami teknik mengemudi di jalan menurun ataupun saat hujan.

Dalam wawancara dengen Kompas.com pada 2022, Wildan mengungkapkan, kondisi jalan berupa turunan panjang hingga 4 kilometer kerap membuat pengendara lengah.

Ditambah, jalan yang lebar dan mulus membuat pengemudi memacu kecepatan dengan sangat tinggi menggunakan gigi tinggi.

Selain itu, tingginya angka kecelakaan di jalan tol juga disebabkan oleh faktor lelah dan aktivitas kendaraan barang berkecepatan lambat yang tidak taat aturan.

Aktivitas tersebut turut meningkatkan risiko tabrak depan maupun belakang saat berkendara di jalan tol.

Baca juga: Update Kecelakaan Tol Cipularang Km 92: Dugaan Penyebab, Data Korban, dan Nasib Sopir Truk

Cara berkendara di jalan menurun atau saat hujan

Menurut Wildan, pada jalan menurun seperti di Tol Cipularang Km 91-104, yang memutar roda bukanlah mesin, melainkan gaya gravitasi bumi.

Hal ini berbeda ketika kendaraan melintasi jalanan datar, yang memutar roda adalah mesinnya.

"Fungsi mesin di jalan menurun dibalik, kalau di jalan datar fungsinya mendorong, di jalan menurun menahan," papar Wildan.

Dia melanjutkan, kemampuan menahan mesin tertinggi berada pada gigi rendah.

Jika menggunakan gigi tinggi, pengemudi akan dipaksa melakukan pengereman panjang dan berulang.

Baca juga: Jasa Raharja Pastikan Korban Tabrakan Beruntun di Tol Cipularang Dapat Santunan

Kondisi pengereman panjang dan berulang berisiko menyebabkan kegagalan mengerem, sehingga meningkatkan risiko kecelakaan.

"Ketika besarnya gaya gravitasi bumi yang diwujudkan dalam bentuk kecepatan tinggi ditahan dengan rem pedal (rem berbasis gesekan), maka di sinilah awal mula meningkatnya risiko kegagalan pengereman," kata dia.

Sementara itu, teknik mengemudi saat hujan adalah dengan berkendara pada batas kecepatan aman, antara 60 kilometer per jam hingga 70 kilometer per jam.

Pengemudi juga perlu memastikan untuk selalu menjaga jarak dengan kendaraan di depannya guna menghindari aquaplaning dan tergelincir saat mengerem.

Aquaplaning sendiri merupakan kondisi saat kendaraan melewati genangan air tapi dalam keadaan mengambang atau tidak sepenuhnya menyentuh jalan.

Kondisi ini dapat memicu pengemudi kehilangan kendali kendaraan, sehingga berpotensi menyebabkan kecelakaan.

Baca juga: Tragedi Tol Cipularang, Ini Sederet Kecelakaan Beruntun yang Terjadi di Km 91-104

Di sisi lain, khusus truk bermuatan berat, menurutnya, tidak boleh menggunakan lajur kanan selama berkendara di jalan tol.

Sebab, truk memiliki dimensi dan muatan yang besar dan bergerak dengan kecepatan lebih lambat dibandingkan kendaraan lain yang berukuran lebih kecil.

"Tidak boleh. Mereka harus berada di lajur kiri (lajur lambat)," tuturnya.

Wildan pun menegaskan, KNKT memiliki bukti faktual yang cukup untuk menjelaskan penyebab seringnya kecelakaan di Tol Cipularang tersebut.

"Saat ini yang sedang kami dorong ke pemerintah adalah meningkatkan edukasi terkait hal ini agar bisa menjadi pengetahuan umum bagi setiap pengemudi tanpa kecuali," tandasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi