Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Inspektur Kelaikudaraan Ahli Muda Kemenhub
Bergabung sejak: 1 Okt 2024

Inspektur Kelaikudaraan Ahli Muda, Kantor Otoritas Bandar Udara Kelas Utama, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, Kementerian Perhubungan, Alumnus Teknik Penerbangan ITB

Antonov-225 Mriya: Pesawat Terbesar Sepanjang Sejarah

Baca di App
Lihat Foto
Pavlo Fedykovych
An-225 pernah membuat kagum dunia dengan ukurannya. Lebar rentang sayapnya saja bisa mencapai 81 meter.
Editor: Sandro Gatra

AKHIR bulan ini, kita akan memasuki ulang tahun ke-36 roll out pesawat jet kargo terbesar dalam sejarah umat manusia, Antonov-225 Mriya.

Pada 30 November 1988, pesawat bermesin enam tersebut resmi rolled out untuk kemudian melakukan penerbangan perdananya pada 21 Desember tahun yang sama.

Dengan berat maksimum saat lepas landas mencapai 640.000 kg, kapasitas muatan 250.000 kg, panjang 84 m dan rentang sayap 88,4 m, Antonov-225 adalah pesawat terbesar yang pernah diproduksi di seantero Bumi.

Pesawat yang awalnya dirancang untuk mengangkut pesawat ruang angkasa Uni Soviet (Buran) itu lebih besar dibandingkan pesawat jet Jumbo dua lantai Boeing 747 atau pesawat jet Superjumbo Airbus A380 sekalipun.

Bahkan, keseluruhan badan fuselage pesawat Boeing 737 dapat dimasukkan kedalam ruang kargo pesawat Antonov-225 Mriya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antonov-225 juga membukukan rekor angkut lima unit tank lapis baja. Lima unit tank itu terdiri dari tiga unit Tank T-72B dan dua unit Tank T-80UD dengan berat total mencapai 253 ton.

Antonov-225 diberi nama "Mriya" oleh perancang pesawat Uni Soviet kelahiran Ukraina, Petro Vasylovych Balabuyev.

Petro Balabuyev adalah Kepala Biro Perancangan Pesawat Antonov dari Tahun 1984 (era Uni Soviet) hingga 2005 (pascabubarnya Uni Soviet).

"Mriya" diambil oleh Balabuyev dari kata dalam Bahasa Ukraina yang berarti "mimpi" dan "inspirasi".

Memang layaknya mimpi dan amat inspiratif ketika kita melihat benda seberat 640.000 kg dapat terbang dengan jarak maksimum 15.400 km dan ketinggian maksimum 11.000 m (36.000 kaki).

Seperti mimpi juga, Antonov-225 lahir dalam situasi tidak lazim. Dipicu persaingan program ruang angkasa antara Uni Soviet dan Amerika Serikat, Antonov-225 Mriya lahir bukan sebagai pesawat kargo biasa.

Baca juga: Bangkitnya Airbus A380: Raksasa Pesawat Bakal Reinkarnasi Produksi?

Tahun 1950-an hingga 1980-an adalah masa-masa yang penuh dengan atmosfer kompetisi dan inovasi dalam program-program ruang angkasa Amerika Serikat dan Uni Soviet.

Sejak peluncuran satelit pengorbit Bumi, wahana ruang angkasa ke berbagai planet lain hingga pendaratan manusia di Bulan, Uni Soviet dan Amerika Serikat masing-masing berusaha untuk menjadi pencetak sejarah pertama dalam berbagai kategori program tersebut.

Kompetisi memasuki babak baru ketika pada akhir 1960-an, Badan Penerbangan dan Ruang Angkasa Amerika Serikat (NASA, National Aeronautics and Space Administration) mulai merancang pesawat ulang-alik (space shuttle).

Merupakan kombinasi antara pesawat dan roket, pesawat ulang-alik dirancang untuk dapat digunakan berulang kali (reusable) dalam penerbangan ruang angkasa, tidak seperti pada umumnya roket saat itu yang hanya dapat digunakan sekali saja.

Pesawat ulang-alik pertama, dinamai "Columbia", diluncurkan NASA pada 12 April 1981, dengan membawa dua awak dan berhasil mengelilingi Bumi sebanyak 37 kali pada ketinggian maksimum 274 km (sekitar 900.000 kaki).

Uni Soviet kemudian mengembangkan pesawat ulang-alik yang dinamai "Buran" dengan booster roket "Energia".

Namun, ada satu tantangan besar yang dihadapi Uni Soviet ketika itu. Pusat manufaktur Buran berada di Tushino, dekat Moskow. Sementara itu, tempat peluncuran Buran ke ruang angkasa berada di Baikonur, Kazakhstan (pada waktu itu masih berada di bawah kekuasaan Uni Soviet).

Jarak Tushino ke Baikonur hampir mencapai 2700 km. Pesawat ulang-alik Buran tidak memiliki mesin yang dapat digunakan untuk terbang sendiri dari Tushino ke Baikonur.

Pengiriman dengan menggunakan jalur darat terlalu lama dan berisiko untuk program strategis dan sensitif seperti pesawat ruang angkasa.

Adapun pesawat terbesar yang dimiliki Uni Soviet ketika itu, Antonov-124 "Ruslan", tidak memadai untuk mengangkut pesawat ulang-alik sebesar Buran.

Sementara pesawat Myasishchev VM-T "Atlant", yang secara khusus dirancang untuk mendukung program ruang angkasa Uni Soviet, hanya dapat mengangkut Buran bagian per bagian, tidak dapat mengangkut Buran dalam keadaan utuh.

Hal tersebut menimbulkan tambahan risiko perakitan di luar pusat manufaktur Buran di Tushino, dekat Moskow.

Dalam keadaan seperti itulah, pada 1984, Uni Soviet kemudian memerintahkan pembuatan pesawat yang dapat mengangkut pesawat ulang-alik Buran dalam keadaan utuh dari Tushino ke Baikonur.

Berbekal keberhasilan membangun pesawat angkut terbesar saat itu, Antonov-124 "Ruslan", biro perancang pesawat Soviet Antonov memulai perancangan pesawat angkut yang jauh lebih besar.

Kepala Biro Perancangan Pesawat Antonov saat itu, Petro Balabuyev, memberi nama pesawat angkut super raksasa tersebut sebagai Antonov-225 "Mriya".

Diburu target untuk menyelesaikan pembuatan Antonov-225 secara cepat sebelum tahun 1990, Biro Perancang Antonov di Kiev memutuskan untuk memakai sebanyak mungkin rancangan elemen yang terdapat pada pesawat terbesar sebelumnya, Antonov-124.

Kita pun akan melihat banyak persamaan antara Antonov-225 dengan Antonov-124, disertai sejumlah perbedaan.

Perbedaan pertama, Antonov-225 memiliki enam unit mesin turbofan Progress Lotarev D-18T, dibanding Antonov-124 yang hanya memiliki empat unit mesin yang sama.

Mesin yang diproduksi oleh Motor Sich di Zaporizhzhya Ukraina itu dapat menghasilkan gaya dorong (thrust) hingga 229.500 Newton.

Dengan demikian, enam unit mesin Progress Lotarev D-18T pada Antonov-225 Mriya menghasilkan total gaya dorong hampir sebesar 1,4 juta Newton.

Baca juga: Starship: Menuju Penerbangan Hypersonic Jakarta-Amsterdam di Bawah 1 Jam?

Perbedaan kedua terletak pada rancangan ekor vertikal pesawat-pesawat tersebut. Antonov-124 Ruslan memiliki bentuk konvensional dilengkapi dengan satu ekor vertikal.

Ekor vertikal pesawat memiliki "rudder" yang berfungsi sebagai alat kemudi "yaw" pesawat, yaitu untuk bergerak belok ke kanan atau ke kiri pada bidang lintasan horizontal yang ditempuh oleh pesawat tersebut.

Namun, Antonov-225 Mriya memiliki dua ekor vertikal. Mengapa?

Sesungguhnya Antonov-225 Mriya bukan hanya dirancang untuk mengangkut pesawat ruang angkasa Uni Soviet "Buran", tetapi juga untuk menjadi platform peluncuran Buran itu sendiri.

Ya, Petro Balabuyev dan para perancang Antonov-225 di Kiev bukan hanya membuat pesawat tersebut untuk dapat membawa pesawat ulang-alik Buran dari Tushino ke Baikonur.

Balabuyev dan kawan-kawannya juga merancang Antonov-225 Mriya agar dapat hantarkan Buran langsung meluncur ke ruang angkasa dari atas punggung fuselage Antonov-225 itu sendiri!

Ya, Antonov-225 "Mriya" memang betul-betul pesawat "Impian".

Pesawat ulang-alik Buran bahkan tidak perlu lagi dikirim ke Baikonur untuk dapat meluncur ke ruang angkasa.

Cukup dengan diangkut di atas punggung pesawat Antonov-225 Mriya, pesawat ulang-alik Buran dapat langsung meluncur ke ruang angkasa.

Ketika meluncur dari atas punggung Antonov-225, akan ada semburan gaya dorong roket pendorong Buran ke arah belakang fuselage.

Itulah sebabnya ekor vertikal Antonov-225 tidak dapat dirancang berada di ujung tengah bagian belakang fuselage seperti pada umumnya pesawat lain.

Ujung tengah bagian belakang fuselage akan menjadi lintasan semburan panas gaya dorong roket.

Jika ekor vertikal beserta rudder diletakkan di bagian fuselage tersebut, maka keduanya tidak akan efektif sebagai permukaan kemudi "yaw" dari Antonov-225 dan bahkan dapat mengalami kerusakan akibat semburan gas panas roket.

Oleh karena itu, ekor vertikal Antonov-225 Mriya berjumlah dua, terletak di ujung kiri dan kanan ekor horizontalnya.

Perbedaan ketiga terletak pada ukuran pesawat-pesawat tersebut.

Hingga sebelum kedatangan Antonov-225 Mriya, Antonov-124 Ruslan merupakan pesawat kargo terbesar dengan berat maksimum ketika lepas landas mencapai 402.000 kg, kapasitas muatan maksimum 150.000 kg, panjang 69,1 m dan rentang sayap 73,3 m.

Namun, kedatangan Antonov-225 dengan berat maksimum saat lepas landas mencapai 640.000 kg, kapasitas muatan 250.000 kg, panjang 84 m dan rentang sayap 88,4 m, membuat Antonov-124 harus puas berada di urutan kedua terbesar.

Baca juga: Nuklir untuk Propulsi Penerbangan: Potensi dan Permasalahannya

Perbedaan ukuran kedua pesawat tersebut juga mengakibatkan berbedanya jumlah roda pendarat yang diperlukan oleh masing-masing pesawat.

Antonov-124 memiliki 24 unit roda pendarat, sementara Antonov-225 memiliki 32 unit roda pendarat yang menopang keseluruhan beban pesawat.

Silakan bandingkan juga dengan Boeing 747-8 yang memiliki 18 unit roda pendarat atau Airbus A380 yang memiliki 22 roda pendarat.

Perbedaan keempat terletak pada bagian atas fuselage.

Antonov-124 memiliki bagian atas fuselage yang relatif rata seperti pada umumnya pesawat-pesawat lain.

Sementara Antonov-225 memiliki tonjolan-tonjolan besar pada bagian atas fuselage-nya.

Tentu saja tonjolan-tonjolan tersebut dirancang sebagai tempat untuk mendudukkan pesawat ulang-alik Buran saat diangkut oleh Antonov-225.

Dunia internasional pun terpana, bagaikan berada di alam "mimpi", ketika dalam Paris Air Show 1989 pesawat Antonov-225 terbang dan mendarat dengan membawa pesawat ruang angkasa Buran di punggungnya.

Pesawat terbesar di dunia, Antonov-225 Mriya, terbang dan mendarat dengan mengangkut pesawat ruang angkasa terbesar, Buran, di atas punggungnya.

Setelah sempat bertahun-tahun tidak digunakan pascabubarnya Uni Soviet dan berakhirnya program ruang angkasa Buran, Antonov-225 kembali mengangkasa setelah sukses menjalani sertifikasi IAC-AR (Interstate Aviation Committee Aviation Register) pada 2001.

Sejak saat itu, kedatangan Antonov-225 Mriya ke berbagai bandar udara dunia selalu menarik perhatian ribuan orang, dari mulai ahli penerbangan hingga masyarakat awam yang terkagum-kagum melihat Mriya, Sang Pesawat Raksasa Impian berbobot ratusan ribu kilogram, terbang dan mendarat.

Namun, berbagai rekor dunia yang telah ditorehkan Antonov-225 Mriya sejak 1988 berakhir pada Februari 2022.

Setelah selesai melakukan perawatan dan pergantian mesin sejak 5 Februari di Bandara Antonov Hostomel, pesawat tersebut dijadwalkan untuk melakukan penerbangan pada 24 Februari 2022 pagi.

Namun, penerbangan terakhir itu tidak pernah berhasil dilaksanakan. Sejak dini hari tanggal yang sama, desingan peluru serta ledakan bom silih berganti menghantam Bandara Antonov Hostomel.

Antonov-225 Mriya pun kembali beristirahat. Kali ini untuk selamanya, dengan badannya yang hancur, bersama seluruh kenangan mimpi-mimpi indahnya...

Baca juga: Rusia Hancurkan Antonov-225, Pesawat Terbesar di Dunia Milik Ukraina

Melalui artikel ini semoga kita semua dapat melihat betapa program penerbangan dan ruang angkasa yang terintegrasi bisa menghasilkan berbagai inovasi sekelas pesawat impian Antonov-225 Mriya.

Negeri kita Indonesia pun tentu dapat menjadi bagian dari inovasi-inovasi teknologi penerbangan dan ruang angkasa jika kita dapat memanfaatkan berbagai potensi yang telah Tuhan anugerahkan pada negeri tercinta ini.

Salah satu langkah penting untuk itu adalah pembangunan "Biak, Papua Aerospace Industrial Complex", seperti yang telah penulis sampaikan dalam artikel sebelumnya.

Selamat beristirahat Mriya, Antonov-225, mimpi-mimpi indahmu akan selalu terkenang dalam memori historis umat manusia...

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi