Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Dosen
Bergabung sejak: 26 Apr 2023

Pengajar pada Program Studi Hukum Tata Negara UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Sepak Bola dan Energi Kolektif Bangsa

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/ADIL NURSALAM
Selebrasi pemain Timnas Indonesia menyambut gol pembuka Marselino Ferdinan dalam pertandingan Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia antara Indonesia vs Arab Saudi pada Selasa (19/11/2024) di Stadion Gelora Bung Karno Jakarta.
Editor: Sandro Gatra

KETIKA peluit panjang berbunyi di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, saat Timnas Garuda kalah dari Timnas Jepang 0-4, suasana kebangsaan terasa memudar.

Kekalahan dari negeri Sakura itu memicu gelombang kekecewaan, bukan hanya di kalangan para pemain di lapangan, tetapi di hati jutaan orang pendukung.

Di sudut-sudut tempat aktivitas masyarakat, pembicaraan tentang bangsa ini beraura muram, menggambarkan kekalahan itu sebagai simbol lemahnya persatuan dan semangat.

Tidak sedikit orang menilai sepak bola kita sebagai refleksi dari mentalitas bangsa yang tak lagi kokoh menghadapi tantangan.

Namun, ternyata sepak bola punya cara menyentuh nurani bangsa. Dalam laga melawan Arab Saudi semalam, lawan dengan sejarah panjang tanpa keunggulan di lapangan hijau, seluruh mata tertuju pada Timnas.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harapan tipis sebelumnya berubah menjadi api yang menyala di dada setiap pendukung. Dalam pertandingan yang cukup penuh drama, karena salah satu pemain Timnas diganjar kartu merah akibat akumulasi kartu kuning, terdapat metafora perjuangan bangsa yang tak kenal menyerah.

Ketika dua gol Marselino Ferdinan tercipta, stadion bergemuruh. Gemuruh itu lebih dari sekadar sorakan. Itu adalah teriakan jiwa bangsa yang kembali utuh. Mereka yang sebelumnya kecewa kini bangkit.

Bukan sekadar olahraga

Meski terlihat hanya olahraga, sepak bola menyentuh inti terdalam dari kebangsaan. Ia mengingatkan kita bahwa dalam setiap kekalahan, ada pelajaran untuk bangkit.

Dalam setiap kemenangan, ada kebanggaan yang harus dijaga. Dan di antara itu semua, ada semangat kolektif yang mengingatkan kita bahwa bangsa ini lebih besar dari sekadar skor di papan pertandingan.

Kemenangan Timnas tadi malam, melawan Arab Saudi, tidak hanya berarti poin tambahan di klasemen.

Ia adalah momen di mana semangat kebangsaan yang sempat pudar akibat kekalahan dari Timnas Jepang kembali menyala, menyatukan berjuta hati yang sebelumnya terpencar oleh luka dan keraguan.

Ketika Timnas kita mampu mengalahkan Arab Saudi 2-0 bukan hanya soal skor. Itu adalah pesan kepada kita dan juga dunia bahwa bangsa ini memiliki daya juang, keuletan, dan semangat untuk bangkit meski sebelumnya harus jatuh berkali-kali.

Kemenangan mengolah si kulit bundar, dalam konteks ini, menjadi simbol mulai bangkitnya harga diri internasional kita.

Banyak negara menggunakan sepak bola untuk membangun citra positif di dunia. Kita mengenal Brasil yang dikenal bukan karena prestasi ekonominya, tetapi karena kejayaan sepak bolanya yang memukau dunia.

Di belahan Eropa Barat, kita menyaksikan Spanyol yang berhasil mempromosikan nilai budaya kerja sama dan kreativitas dari taktik main bolanya yang dikenal dengan "tiki-taka".

Bangsa Indonesia memiliki peluang serupa. Melalui kemenangan di lapangan hijau dapat menjadi narasi besar yang menunjukkan bahwa kita adalah bangsa yang gigih dan memiliki keunggulan kompetitif.

Perlu disadari juga oleh kita bahwa sepak bola tidak bekerja dalam ruang hampa. Ia adalah refleksi dari kerja sistematis terpola, mulai dari infrastuktur, pembinaan pemain, ofisial yang solid, hingga dukungan masyarakat.

Keberhasilan dalam sepak bola menunjukkan bahwa bangsa ini mampu menyusun strategi jangka panjang yang tidak hanya berfokus pada hasil instan, tetapi juga pada pembangunan karakter.

Untuk meraih kemenangan kita membutuhkan visi yang jelas. Pemerintah, PSSI, dan masyarakat harus bersinergi dalam membangun sistem yang mendukung perkembangan sepak bola secara berkelanjutan.

Investasi pada sektor olah raga, pelatih berkualitas, dan infrastruktur modern adalah syarat mutlak yang tidak bisa ditolak.

Selain itu, kita juga harus memastikan bahwa sepak bola menjadi ruang inklusif, di mana setiap individu bertalenta, tanpa memandang latar belakang, memiliki peluang untuk berkontribusi.

Kemenangan melawan Arab Saudi harus menjadi titik awal, bukan puncak. Kita harus memanfaatkan momentum ini untuk membangun ekosistem yang mendukung kebangkitan sepak bola nasional.

Dengan mengintegrasikan aspek olahraga, budaya, dan diplomasi, kita dapat menjadikan sepak bola sebagai salah satu pilar kebangkitan bangsa di mata dunia.

Ketika kita menang melawan Arab Saudi dan membukakan peluang ke ajang Piala Dunia 2026, dunia menyaksikan kerja keras di balik kemenangan itu. Dunia mulai memandang kita, bukan hanya sebagai lawan di lapangan, tetapi juga sebagai bangsa yang layak diperhitungkan.

Kemenangan dalam sepak bola memiliki implikasi budaya yang luas. Ia menciptakan peluang untuk mengenalkan identitas bangsa kepada dunia.

Lagu kebangsaan yang dinyanyikan sebelum pertandingan dan pola permainan yang mencerminkan karakter lokal, semuanya menjadi elemen yang memperkuat diplomasi budaya.

Dunia tidak hanya melihat para pemain, tetapi juga budaya yang mereka bawa ke panggung internasional.

Secara internal, sepak bola memiliki kekuatan untuk menggerakkan emosi, menyatukan perbedaan, dan membangun kebanggaan.

Sementara itu, dalam jangka panjang, sepak bola dapat menjadi simbol harga diri bangsa. Jadi, sepak bola bukan hanya permainan, ia adalah cara kita menunjukkan kepada dunia siapa kita sebenarnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi