Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tren Puasa Gula, Tepung, dan Gorengan, Apa Efeknya bagi Tubuh?

Baca di App
Lihat Foto
beats1
Ilustrasi makanan tidak sehat. Efek puasa gula, tepung, dan gorengan.
|
Editor: Mahardini Nur Afifah

KOMPAS.com - Tren mengurangi konsumsi gula, tepung, dan gorengan dari pola makan sehari-hari dinilai dapat berdampak baik pada tubuh.

Puasa gula, tepung, dan gorengan artinya menahan diri dari memakan gula tambahan dari makanan atau minuman manis, tepung putih, atau makanan berminyak.

Topik ini pun ramai menjadi perbincangan di media sosial setelah diunggah dalam salah satu komunitas media sosial X oleh akun @pacar***, Kamis (21/11/2024).

"Yang puasa gula, terigu atau gorengan apa aja perubahan di badan dan wajah kalian?" tulis pengunggah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, bagaimana efek mengurangi gula, tepung, dan gorengan?

Baca juga: Apa Saja Efek Samping Stevia, Pemanis Rendah Kalori Pengganti Gula?


Dampak puasa gula, tepung, dan gorengan

Ahli Gizi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Toto Sudargo mengatakan, mengurangi konsumsi gula, tepung, dan gorengan membawa beberapa efek baik bagi tubuh.

"Mengurangi gula, tepung, dan gorengan adalah pilihan yang sangat tepat bagi masyarakat sekarang," ujarnya, saat dihubungi Kompas.com, Jumat (22/11/2024).

Toto menjelaskan, produk metabolisme dari gula, tepung, maupun gorengan yang penuh dengan minyak bersifat asam.

Zat bersifat asam tersebut akan menyebabkan kulit tidak sehat karena tampak kusam, berjerawat, dan berminyak.

Hal itu berbeda dengan makanan sehat seperti buah dan sayuran yang memiliki produk metabolisme bersifat basa.

"Kita dianjurkan untuk mengonsumsi buah dan sayuran, mereka kan kandungannya basa, sehingga menjernihkan kulit menjadi bening dan bagus," ungkapnya.

Dilansir dari Healthline, penelitian menunjukkan, konsumsi makanan tinggi gula dan lemak secara rutin dikaitkan dengan 54 persen lebih tinggi untuk mengalami jerawat.

Peningkatan risiko ini kemungkinan dikarenakan efek karbohidrat makanan terhadap gula darah dan kadar insulin.

Konsumsi gula berlebihan juga memicu proses bernama glikasi, yakni saat gula bereaksi dengan protein kulit, yang menyebabkan terbentuknya Advanced Glycation End Products (AGE).

AGE dapat berkontribusi terhadap tanda-tanda penuaan yang terlihat, menyebabkan kerutan, garis-garis halus, dan hilangnya elastisitas kulit, seperti dilansir dari laman Eating Well.

Baca juga: Apa yang Terjadi pada Tubuh Ketika Berhenti Makan Gorengan?

Cegah diabetes dan penyakit jantung

Toto melanjutkan, mengonsumsi gula tambahan yang berlebihan akan memperberat kinerja organ pankreas.

Kondisi tersebut tidak hanya berdampak pada peningkatan risiko obesitas atau kelebihan berat badan, melainkan juga risiko diabetes melitus.

"Demikian juga dengan gorengan berlebihan, biasanya kan yang banyak dipakai minyak jelantah, sehingga kolesterolnya (dan) trigliseridanya menjadi tinggi," kata Toto.

Kolesterol dan trigliserida yang tinggi dapat membahayakan kesehatan karena meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis, termasuk penyakit jantung, stroke, pankreatitis, dan diabetes.

Toto mengungkapkan, dirinya mendukung penuh upaya untuk mengurangi konsumsi gula, tepung, maupun gorengan.

Namun, agar tubuh tidak lemas, masyarakat dapat mengurangi asupan ketiga bahan itu secara bertahap.

"Misalnya, biasa ketemu (makan) gula enam kali, sekarang dikurangi dulu satu jadi lima. Demikian juga terigu dan gorengan," paparnya.

Sebagai ganti camilan tinggi gula, tepung, dan lemak tambahan, Toto menyarankan untuk mengonsumsi buah-buahan segar.

Dengan meningkatkan konsumsi buah atau makanan utuh lain seperti kacang-kacangan, hasrat mencamil makanan tidak sehat seperti gorengan pun akan berkurang.

"Semua (gorengan) itu kan produk translipid, jangan langsung dihilangkan tapi dibatasi. Kalau makan buahnya banyak kan makan goreng-gorengnya berkurang," tuturnya.

Baca juga: MSG, Tepung, dan Gula Disebut sebagai Musuh Rahim, Benarkah?

Kembali ke pola makan gizi seimbang

Senada, dokter dan ahli nutrisi, Tan Shot Yen mengatakan, baik gula tambahan, tepung, atau gorengan tidak dibutuhkan oleh tubuh.

Kendati demikian, orang yang mulai mengurangi konsumsi ketiga bahan tersebut tetap perlu menerapkan pola makan bergizi seimbang agar tubuh tidak lemas dan tetap berenergi.

"(Tubuh lemas) karena kurang kalori tidak di-cover oleh makan sehatnya," jelasnya, saat dihubungi terpisah, Jumat.

Menurut Tan, selain bergizi seimbang, masyarakat juga perlu mengolah makanannya agar memiliki rasa enak.

Makanan dengan rasa yang enak akan membuat lidah lebih terpuaskan, sehingga mencegah craving atau keinginan untuk kembali makan makanan tidak sehat.

"Kembali ke konsep Isi Piringku tiap kali makan," kata Tan.

Dihimpun dari laman Kementerian Kesehatan, konsep Isi Piringku adalah panduan gizi yang mengimbau agar dalam satu piring terdiri dari 50 persen buah dan sayur, sedangkan 50 persen lainnya terdiri dari karbohidrat dan protein.

Setiap kali makan, dua pertiga (2/3) bagian dari setengah piring masing-masing untuk makanan pokok dan untuk sayuran.

Sementara, sepertiga (1/3) bagian dari setengah piring sisanya masing-masing untuk lauk-pauk dan buah-buahan.

Misalnya, untuk orang dewasa, piring bundar diimbau untuk diisi dengan nasi, lauk, sayur, dan buah-buahan.

Pada sisi kiri, diisi dengan nasi (dua pertiga) dan lauk (sepertiga), sedangkan sisi kanan ada sayur (dua pertiga) dan buah (sepertiga).

Isi Piringku juga memuat ajakan untuk mengonsumsi delapan gelas air setiap hari, melakukan aktivitas fisik 30 menit setiap hari, serta mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum dan setelah makan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi