Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rendahnya Partisipasi Pemilih di Pilkada 2024 Jadi "Hukuman" bagi Partai Politik

Baca di App
Lihat Foto
ACHMAD NASRUDIN YAHYA/KOMPAS.com
Seorang warga Kelurahan Duren Jaya, Bekasi Timur, Kota Bekasi tengah memasukan surat surat ke kotak suara pada hari pemungutan suara.
|
Editor: Muhammad Zaenuddin

KOMPAS.com - Menurut data sementara dari Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) Komisi Pemilihan Umum (KPU) partisipasi publik pada Pilkada 2024 cenderung menurun.

Dari data yang masuk sebesar 98,5 persen, rata-rata tingkat partisipasi pemilih di 545 daerah yang menyelenggarakan pilkada terbatas 68,1 persen.

Angka tersebut menurun jika dibandingkan dengan tiga edisi Pilkada serentak sebelumnya dan Pemilu 2024.

Baca juga: Daftar 22 Daerah yang Bakal Gelar Pemungutan Suara Ulang Pilkada 2024

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Bagaimana perbandingan Pilkada 2024 dengan edisi sebelumnya?

Dilansir dari Kompas.id (1/12/2024), rata-rata tingkat partisipasi pemilih pada Pilkada 2017, 2018, dan 2020 bisa mencapai 73-74 persen.

Sementara jika dibandingkan dengan Pemilu 2024, pada Februari lalu, sebanyak 81,78 persen dari total pemilih datang ke tempat pemungutan suara (TPS).

Bahkan, jika dilihat per daerah, angka partisipasi pemilih di Pilkada 2024 ini pun masih berada di bawah 60 persen.

Di Pilkada Jakarta, misalnya, hanya 57,6 persen pemilih yang menggunakan hak suara. Begitu juga di Pilkada Sumatera Utara, 55,6 persen.

Merujuk hasil hitung cepat Litbang Kompas, angka partisipasi pemilih pada Pilkada 2024 di beberapa daerah juga menurun dibandingkan dengan potensi partisipasi yang terekam dalam survei.

Baca juga: Partisipasi Pemilih pada Pilkada 2024 Lebih Rendah dari Pilpres dan Pileg, Apa Penyebabnya?

Apa dampaknya bagi partai politik?

Rendahnya tingkat partisipasi publik di Pilkada 2024 seakan menjadi “hukuman” dari masyarakat kepada partai politik (parpol).

Direktur Eksekutif Algoritma Research and Consulting Aditya Perdana mengatakan, kondisi tersebut tidak bisa dilepaskan dari sikap politik warga yang kecewa terhadap pilihan kandidat yang diusung oleh parpol dan koalisi partai.

Sebab, pasangan calon yang diusung partai tidak sejalan dengan aspirasi masyarakat. Proses penentuan calon kepala daerah masih berkutat pada kepentingan elite.

”Kekecewaan masyarakat itu akhirnya bisa jadi cara untuk menghukum parpol karena mereka merasa pilihan yang ada tidak ideal,” kata Aditya sebagaimana dikutip dari pemberitaan Kompas.id.

Kondisi ini menjadi catatan bagi partai untuk berbenah untuk bisa lebih mempertimbangkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat dalam menentukan calon kepala daerah.

Baca juga: Respons Jokowi dan Gerindra soal Tudingan Partai Coklat Terlibat Pilkada 2024

Mengapa angka golput di Pilkada 2024 tinggi?

Ada banyak faktor yang memengaruhi seorang pemilih untuk golput dalam pelaksanaan Pemilu atau Pilkada.

Dikutip dari Kompas.com (28/11/2024), faktor tersebut bisa dari persoalan teknis yang membuat mereka enggan mengunjungi TPS, hingga alasan ideologis seperti menilai tak ada kandidat yang cocok untuk dipilih.

Padahal, sejumlah tokoh berpengaruh dengan terang-terangan mendukung salah satu pasangan calon yang berkontestasi.

Pada Pilkada Jakarta 2024, misalnya, Prabowo Subianto dan Joko Widodo (Jokowi) secara terbuka memberi dukungan terhadap pasangan nomor urut 1, Ridwan Kamil-Suswono.

Sementara dua mantan Gubernur Jakarta, Anies Baswedan dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) mendukung pasangan calon nomor urut 3, Pramono Anung-Rano Karno.

Namun, Jakarta justru mempunyai angka golput yang cukup tinggi. Ini kembali lagi pada kekecewaan masyarakat terhadap pilihan kandidat yang diusung oleh parpol.

Baca juga: Mengapa Perolehan Suara Dharma-Kun di Pilkada Jakarta 2024 Bisa Dua Kali Lipat Prediksi?

Mana saja wilayah dengan angka golput tertinggi?

Dilansir dari Kompas Megapolitan (28/11/2024), menurut data quick count Litbang Kompas, Jakarta mencatat angka golput tertinggi di Pulau Jawa dengan 42,07 persen.

Suara tidak sah dalam Pilkada Jakarta 2024 mencapai 4,6 persen, sementara suara sah hanya 53,33 persen.

Kemudian disusul oleh Jawa Barat dengan angka golput sebesar 33,66 persen. Jumlah suara tidak sahnya 2,75 persen dan suara sah 63,59 persen.

Di Provinsi Jawa Timur, golputnya berada di angka 30,15 persen dengan suara tidak sah 3,84 persen dan suara sah 66,01 persen.

Sementara Jawa Tengah memiliki angka golput sebesar 26,44 persen dengan suara tidak sah 5,21 persen dan suara sah 68,35 persen.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi