Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Karyawan Swasta
Bergabung sejak: 11 Jan 2024

Copywriter dengan latar belakang Public Affairs, Public Relations, dan Customer Experience (CX)

Polah Miftah Maulana dan Problematika di Tengah Masyarakat

Baca di App
Lihat Foto
PIXABAY.COM/ CHENSPEC
Ilustrasi.
Editor: Sandro Gatra

MASIH jauh untuk kita bisa terkesan oleh performa Indonesia jika melihat hasil dari laporan "Programme for International Student Assessment (PISA) 2022 Results (Volume III): Creative Minds, Creative Schools" yang diterbitkan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

Laporan tersebut menyatakan bahwa skor korelasi pemikiran kreatif antara kompetensi matematika dan kemampuan membaca siswa Indonesia berada di bawah skor rata-rata, yaitu masing-masing 0,57 dan 0,55. Sementara skor korelasi rata-rata negara-negara OECD adalah 0,80.

Proses kognitif dalam kreativitas dan berpikir kritis punya banyak kesamaan, lanjut laporan tersebut.

Para ilmuwan dari OECD Centre for Educational Research and Innovation (CERI) sepakat bahwa kedua kompetensi tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat atribut, yaitu membayangkan, menyelidiki, melakukan, dan merefleksikan.

Kreativitas menekankan pada atribut 'membayangkan', seperti berdiskusi, menghasilkan ide serta alternatifnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berpikir kritis lebih menekankan pada atribut 'menyelidiki', yang mencakup dimensi analisis dan sistematis dalam memahami serta memecahkan masalah.

Berpikir kritis juga mencakup atribut 'membayangkan', terutama saat mencari alternatif teori, alasan, dan membuat keputusan.

Sementara kreativitas pada akhirnya harus menggunakan atribut 'melakukan' saat menilai dan memutuskan alternatif gagasan dalam proses imajinasi.

Miftah Maulana dan kawan-kawannya tampak bertekad untuk membuktikan bahwa hasil PISA 2022 Indonesia yang mengecewakan itu pantas untuk dirayakan.

Memperbaiki kualitas moral Miftah Maulana serta kroninya bukanlah tugas kita — tentu tidak ada harapan. Tidak perlu berharap untuk melihat perbaikan dalam aspek itu.

Ejekkan yang memuakkan Miftah Maulana terhadap seorang penjual es teh yang berjualan di tengah ceramahnya, lebih menimbulkan pertanyaan bagi publik itu sendiri: mengapa kita masih memberi panggung kepada orang-orang ini untuk tampil?

Mengapa harus mendengarkan para 'Key Opinion Leaders' (KOL) maupun akun 'Buzzers' favorit Anda? Mengapa kita harus peduli? Mengapa kita harus mengikuti? Mengapa kita harus memberi mereka otoritas atas diri kita?

Ini adalah masalah pola pikir masyarakat, masalah pemikiran kreatif-kritis, yang laporan PISA 2022 tekankan.

Di Oxford Union, filsuf Marxis asal Slovenia Slavoj Žižek berkata, "Ketika saya masih muda, kami adalah kaum Sayap Kiri gaya lama yang berpikir bahwa mereka yang berkuasa memiliki martabat, tetapi kami, Anda tahu — gerakan vulgar, menggunakan kata-kata kotor. Dan kami mendapat jawaban, yaitu mereka yang berkuasa lebih vulgar daripada yang kita bayangkan."

Itulah jawabnya: "...mereka yang berkuasa (Miftah Maulana dan kroninya) lebih vulgar (mengejek seorang penjual es teh) daripada yang kita bayangkan."

Sejarah terus-menerus memperkuat validitas akan gagasan Žižek tersebut.

Jefri Bolkiah, kakak dari Sultan Hassanal Bolkiah, menteri keuangan Brunei dari 1986 hingga 1997, menggelapkan uang 14,8 juta dollar, kolektor karya-karya seni besar yang mewah, menikah enam kali, bercerai empat kali, dan memiliki sembilan belas anak.

Putra sulung Saddam Hussein, Uday Hussein, seorang flamboyan yang membiayai gaya hidup mewahnya sebagian besar dari hasil penyelundupan dan pemerasan.

Ia jebloskan ke penjara dan siksa para atlet yang gagal penuhi harapannya di Olimpiade 90-an saat menjabat sebagai Menteri Pemuda Irak. Bahkan, Uday memukuli salah satu ajudan Saddam Hussein hingga meninggal di depan umum.

Putra mahkota Nepal Dipendra menembak dan membunuh ayahnya Raja Birendra, ibunya Ratu Aishwarya, adik laki-lakinya, adik perempuannya, dan anggota keluarga kerajaan lainnya sebelum menembak dirinya sendiri di kepala. Motif pembunuhan tersebut tidak diketahui.

Para anggota parlemen Indonesia tingkat daerah dan nasional bermain judi online (judol) hingga menonton video porno di tengah jam kerja, dan daftarnya terus berlanjut.

Chaedar Alwasilah, profesor di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, dalam artikelnya “Pendidikan: Penabur Benih Kreativitas” (2004:2) menyatakan bahwa ada empat syarat munculnya pola pikir kreatif-kritis pada seseorang.

Pertama, pengetahuan luas di bidang keahlian dan keinginan terus-menerus untuk mencari studi kasus baru.

Kedua, memiliki sejumlah kualitas yang memungkinkan munculnya respons seperti; rasa percaya diri, ceria, mandiri, memiliki pendirian yang kuat, konsisten rasa ingin tahu yang tinggi, dan siap mengambil risiko.

Ketiga, memiliki kemampuan untuk membagi tugas dan tanggung jawab dalam mencari, menemukan, dan merumuskan informasi baru.

Keempat, memiliki keinginan kuat untuk menemukan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah.

Žižek menyarankan untuk membebaskan diri dari keburukan kekuasaan yang melekat, tidak cukup hanya melawan realitas yang ada — sangat penting untuk mengubah mimpi dan keinginan yang sering kali secara tidak sadar menghipnotis kita dengan struktur kekuasaan tersebut.

"Langkah pertama menuju kebebasan bukan hanya mengubah realitas agar sesuai dengan impian Anda, tetapi mengubah cara Anda bermimpi," katanya.

Dari sudut pandang filosofis dan pedagogis, kita didorong untuk menghargai proses eksplorasi dan penemuan diri dalam pembelajaran hidup, berdiri di atas pemikiran kita sendiri, bernalar secara mandiri, dan memiliki otonomi atas diri kita sendiri.

Sederhananya, jangan pernah menempatkan para "KOL" atau otoritas itu di atas segalanya.

Dengan begitu, orang Indonesia bisa memiliki kemampuan untuk memilih, bermimpi, dan membuat keputusan yang lebih berkualitas.

Kita akan memiliki kendali yang lebih baik ketika "tokoh masyarakat", politisi, otoritas, atau mereka yang menyebut dirinya 'influencer' mencoba memanipulasi tubuh, pikiran, dan jiwa kita.

Sehingga, para anggota kepolisian mungkin akan berpikir dua kali saat seenaknya hendak menembak warga sipil di jalanan.

Atau para pemuka agama mungkin tidak akan pernah mengejek pedagang kaki lima di depan umum lagi, apalagi mencabuli para muridnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi