Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Masyarakat Kecil Sebaiknya Tidak Main Saham? Ini Kata Pakar Keuangan

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/JIRAPONG MANUSTRONG
Ilustrasi saham, pasar saham, transaksi saham.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Presiden Prabowo menyebut banyak masyarakat kecil yang bermain saham dan mengalami kerugian.

Hal itu disampaikannya dalam pembukaan Sidang Tanwir dan Resepsi Milad ke-112 Muhammadiyah di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Rabu (4/12/2024).

Presiden menyinggung, akibat hal itu masyarakat desa kerap mengaitkan investasi saham dengan perjudian.

Adapun topik mengenai saham ini muncul ketika membahas gagasan program makan bergizi gratis.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Saya kasih tahu ya, main-main saham itu kalau orang kecil ya pasti kalah, itu untuk orang kecil itu biasanya sama dengan judi," ujar Prabowo, dilansir Kompas.com, Rabu (4/12/2024).

Lantas, benarkah masyarakat kelas bawah sebaiknya tidak berinvestasi ke saham?

Baca juga: Cara Investasi Reksa Dana secara Online Melalui myBCA


Bolehkah masyarakat kelas bawah investasi saham?

Perencana keuangan dan Co-Founder Purwantara, Aidil Akbar Madjid menjelaskan, masyarakat kelas bawah bisa bermain saham jika memahami konsep dan cara investasinya.

Sebab, saham memiliki risiko yang sangat tinggi karena uang yang diinvestasikan rentan hilang dan tidak kembali modal. Hal itulah yang membuat saham memberikan kesan seperti judi.

"Apakah memang tidak cocok buat masyarakat kecil? Lebih kepada apakah mereka ini ngerti tentang saham yang mereka mau beli itu seperti apa sih, mereka mengerti nggak sih yang disebut dengan investasi di saham," ucapnya, saat dihubungi Kompas.com, Jumat.

Selain itu, masyarakat kelas bawah juga harus memastikan kebutuhan dasar mereka terpenuhi sebelum berinvestasi ke saham.

Sebab, investasi saham harus dilakukan dengan "uang dingin" atau uang yang dialokasikan untuk jangka panjang dan bukan untuk kebutuhan sehari-hari yang mendesak.

"Lebih baik menggunakan uang yang memang kita tidak pakai dan kita siap kalau uang itu sampai turun atau lost (hilang) sama sekali," kata Aidil.

Senada, perencana keuangan dari Zelts Consulting Ahmad Gozali mengungkapkan, sejatinya pasar modal bisa diakses oleh mayoritas masyarakat Indonesia karena minimal uang yang perlu diinvestasikan adalah Rp 1 juta.

Namun tak hanya perlu menyiapkan modal, masyarakat juga harus menggunakan "uang dingin" untuk melakukan investasi saham.

"Okelah dengan uang Rp 1 juta bisa investasi saham beli dua sampai tiga emiten, misalnya, tapi kalau harga turun atau istilahnya nyangkut karena harga sahamnya belum naik juga, apakah siap investasi lebih banyak lagi untuk avereging down?," ungkapnya kepada Kompas.com secara terpisah, Jumat.

Avereging down adalah strategi untuk mengurangi kerugian dengan membeli saham secara bertahap saat harga turun.

Baca juga: Cara Beli Saham GoTo Waktu Penawaran Awal dan Analisanya

Investasi yang tepat bagi masyarakat kelas bawah

Aidil menyarakan, sebaiknya masyarakat kelas bawah berinvestasi ke produk yang mudah dimengerti dengan risiko yang kecil, seperti tanah atau emas yang bisa disimpan.

"Iya, sederhana, seperti tanah, kebun buat bertani misalnya, atau sawah. Sesuatu yang memang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari," kata Aidil.

Lebih jauh lagi, masyarakat juga bisa berinvestasi ke properti atau rumah tinggal dan tidak langsung ke saham, kecuali jika sudah paham dasarnya.

"Saham ini kan produk yang sangat advance, butuh pengetahuan apa sih saham, kenapa orang beli saham, butuh pengetahuan kapan waktu yang tepat untuk beli, butuh mengerti apa itu fundamental analysis, technical analysis," ujarnya.

Sementara, menurut Ahmad, bagi investor pemula, termasuk masyarakat kelas bawah, sebaiknya mengumpulkan dana cadangan terlebih dulu.

Dana cadangan yang dimaksud adalah uang yang mengendap di bank dalam bentuk tabungan atau deposito untuk berjaga-jaga jika ada kebutuhan darurat.

Setelah itu, baru bisa berinvestasi ke produk lain, seperti emas dan obligasi atau sukuk pemerintah.

"Investor awam akan merasa nyaman pada kedua instrumen ini karena emas dipegang sendiri, dan obligasi atau sukuk pemerintah pasti dibayar kembali karena pemerintah tidak mungkin merugi," jelasnya.

Modal awal yang dibutuhkan untuk berinvestasi ke emas maupun obligasi juga tidak begitu besar, yaitu mulai dari Rp 5 juta.

Baca juga: Ekonom UGM Jelaskan Penyebab IHSG Anjlok, Berikan Kiat Beli Saham

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi