KOMPAS.com - Presiden Bashar al-Assad yang memimpin Suriah sejak 2000 dikabarkan terbang meninggalkan ibu kota Damaskus pada Minggu (8/12/2024) pagi waktu setempat.
Diberitakan Reuters, Minggu, kelompok pemberontak Suriah merayakan kaburnya Presiden Suriah dengan meneriakkan, "Assad pergi" dan "Hidup Suriah dan hancurkan Bashar al-Assad".
Pemberontak Suriah pun mendeklarasikan Damaskus "sekarang bebas dari Assad". Kejadian ini terjadi menyusul serangan cepat pemberontak ke Suriah.
Dikutip dari BBC, Minggu, Kantor Presiden Bashar al-Assad membantah laporan tersebut. Assad disebut masih bekerja di Damaskus. Namun, tidak ada tanda-tanda keberadaannya.
Lalu, siapa itu Presiden Bashar al-Assad?
Baca juga: Pemberontak Masuk Damaskus, Presiden Assad Diduga Kabur dan Tidak Diketahui Keberadaannya
Profil Presiden Suriah Bashar al-Assad
Dikutip dari Britannica, Bashar al-Assad lahir pada 11 September 1965 di Damaskus, Suriah. Kini, usianya 59 tahun.
Dia menjabat menjadi presiden Suriah sejak 17 Juli 2000 saat berusia 35 tahun hingga sekarang.
Assad menempuh studi di Damascus University sebagai dokter mata pada 1988. Dia lalu menjadi dokter tentara di rumah sakit militer Damaskus. Pada 1992, dia pindah ke London, Inggris, untuk melanjutkan studi
Dia menikah dengan mantan bankir investasi kelahiran Inggris Asma Akhras dan memiliki tiga anak.
Dilansir dari Reuters, Sabtu (7/12/2024), Assad merupakan putra presiden Suriah ke-18 Hafez al-Assad yang menjabat sejak 1971 hingga meninggal pada 10 Juni 2000. Namun, dia bukan penerus ayahnya sejak awal.
Hafez mempersiapkan putra lainnya, Bassel, untuk menggantikan pekerjaannya. Namun, Bassel meninggal dalam kecelakaan mobil 1994. Bashar yang dulu dokter mata di London menjadi pewaris pemerintahan ayahnya.
Untuk memperkuat kedudukannya dengan badan militer dan intelijen negara lain, dia berlatih di akademi militer dan memperoleh pangkat kolonel di Garda Republik.
Saat awal memimpin, Assad dianggap membawa Suriah ke jalur lebih reformis. Dia juga menjalin hubungan dengan para pemimpin negara Barat. Namun, yang terjadi sebaliknya.
Namun sejak 2011, muncul pemberontakan dari warga Suriah. Mereka menuntut demokrasi dan berdemo. Assad lalu membalas dengan kekuatan mematikan. Akhirnya, terjadilah perang saudara di Suriah.
Baca juga: Mengenal Hayat Tahrir al-Sham, Kelompok yang Kini Kuasai Aleppo Suriah
Pemberontakan ke Bashar al-Assad
Selain itu, sekelompok milisi Suriah yang secara kolektif dikenal sebagai Tentara Nasional Suriah dan mendapat dukungan dari Turkiye juga terlibat dalam pemberontakan.
Pemberontakan dilakukan dengan tujuan menggulingkan Bashar al-Assad yang dianggap sebagai diktator. Sebab, dia menjadi presiden dan memiliki kekuasaan absolut tanpa persetujuan rakyat Suriah.
Pemimpin HTS Abu Mohammed al-Golani mengatakan, pihaknya melakukan serangan untuk menggulingkan pemerintahan Bashar al-Assad .
Selain itu, pasukan pemberontak menguasai 12 ibu kota provinsi, termasuk Damaskus. Hanya ada dua ibu kota provinsi yang masih berada di tangan pemerintah, yakni Latakia dan Tartus.
"Setelah 50 tahun penindasan... dan 13 tahun kejahatan dan tirani dan pemindahan paksa ... kami umumkan hari ini, 12-8-2024, berakhirnya periode gelap ini dan dimulainya era baru bagi Suriah," kata perakilan pemberontak, dikutip dari The Guardian, Minggu.
Komandan pemberontak Suriah Hassan Abdul-Ghani pun mengatakan pasukan pemberontak telah "membebaskan" Kota Homs di Suriah. Ini menjadi pukulan telak bagi Assad.
Kota Homs berada di persimpangan antara Damaskus, ibu kota, serta provinsi Latakia dan Tartus. Jalur ini menghubungkan pemimpin Suriah dan rumah bagi pangkalan angkatan laut strategis Rusia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.