KOMPAS.com - Lumba-lumba memiliki reputasi baik dalam hal kecerdasan. Hewan ini sering dianggap sebagai mamalia air yang ramah, penuh rasa ingin tahu, dan gemar bermain.
Lumba-lumba juga hewan yang mampu belajar cepat, memiliki bakat untuk meniru, serta menunjukkan kesadaran diri dan kemampuan pemecahan masalah yang kuat.
Tidak heran jika lumba-lumba digunakan oleh militer di seluruh dunia untuk berbagai tujuan, salah satunya untuk mempertahankan pangkalan kapal selam nuklir.
Militer Amerika Serikat (AS), contohnya, "memelihara" lumba-lumba di pangkalan militer Naval Submarine Base Kings Bay di Georgia dan pos militer Naval Base Kitsap dekat Seattle, Washington.
Mamalia laut ini dimanfaatkan untuk membantu melindungi seperempat persenjataan nuklir yang ada di AS.
Baca juga: Kisah Delle, Lumba-lumba Laut Baltik yang Terus Bicara Sendiri karena Kesepian
Program pelatihan lumba-lumba untuk militer
Dikutip dari IFL Science, Jumat (6/12/2024), Angkatan Laut AS mulai meneliti berbagai spesies lumba-lumba pada 1959.
Kala itu, lumba-lumba bersama singa laut dan spesies lain, seperti penyu, burung laut, serta berbagai hiu dan pari, diuji kemampuannya.
Pengujian meliputi kemampuan sensorik dan fisik serta kemampuan hewan-hewan ini untuk dilatih oleh manusia.
Namun, sesuai dugaan, tidak semua spesies dapat dilatih. Selain itu, tidak semua dari spesies yang diuji dapat berguna untuk tujuan militer.
Jadi, selama bertahun-tahun, penangkaran hewan-hewan potensial dikerucutkan, sebagian besar diisi lumba-lumba hidung botol dan singa laut California.
Dilansir dari laman Naval Information Warfare Center Pacific, upaya pelatihan militer bagi mamalia laut tersebut dilakukan melalui Program Mamalia Laut Angkatan Laut atau Navy’s Marine Mammal Program (NMMP).
Pada 1980-an, ada lebih dari 100 lumba-lumba yang tinggal di fasilitas angkatan laut di seluruh AS, yang beroperasi dengan anggaran militer lebih dari 8 juta dollar AS.
Di tempat ini, lumba-lumba dilatih untuk membawa kamera di mulutnya, menyampaikan pesan, dan bahkan menemukan penyelam musuh.
Singa laut diajari cara mengambil ranjau dari dasar laut, sedangkan mamalia air lainnya, paus beluga, dilatih untuk berpatroli di perairan dan mencari ancaman.
Selama Perang Vietnam (1955-1975), lumba-lumba turut dikerahkan ke Teluk Cam Ranh, di Vietnam tenggara.
Mereka melakukan pengawasan bawah air dan melindungi kapal-kapal militer dari para perenang musuh.
Hewan-hewan yang ditempatkan di sana diberi nama Garth, John, Slan, Tinker, dan Toad.
Antara 1986 dan 1988, enam lumba-lumba juga membantu mengawal kapal tanker minyak Kuwait melewati Teluk Persia.
Tidak hanya itu, pada 2003, lumba-lumba tercatat membantu pasukan koalisi membersihkan ranjau dari Pelabuhan Umm Qasr, Irak.
Baca juga: Dianggap sebagai Hewan Cerdas, Berikut 9 Fakta Menarik tentang Lumba-lumba
Mengapa lumba-lumba berharga untuk operasi militer?
Penerjunan pasukan lumba-lumba dan mamalia laut lain dalam berbagai operasi militer tak lepas dari faktor kecerdasan, kemampuan fisik, dan kemampuan bersosialisasinya.
Lumba-lumba telah berevolusi agar dapat memetakan lingkungan mereka melalui ekolokasi, sebuah kemampuan untuk "melihat" melalui gelombang suara.
Ekolokasi merupakan kemampuan lumba-lumba dan hewan lain dalam mengeluarkan bunyi dan menangkap kembali pantulan bunyi dari obyek di sekitarnya, sebagai alat navigasi.
Lumba-lumba dapat menciptakan suara yang kompleks dengan frekuensi dan bentuk gelombang berbeda.
Suara-suara ini dapat menghasilkan "gambar" yang sangat detail dari lingkungan sekitarnya, termasuk kondisi keruh atau sulit, yang tidak dapat dilakukan oleh teknologi buatan manusia.
Kemampuan tersebut membuat mereka sangat ahli dalam menemukan benda-benda seperti ranjau di perairan dangkal maupun di pelabuhan.
Selain itu, lumba-lumba juga dapat menyelam hingga ratusan meter di bawah permukaan air dan tidak memiliki keterbatasan fisik atau risiko seperti yang dimiliki manusia.
Terlepas dari nilai taktisnya, topik seputar lumba-lumba militer tetaplah kontroversial lantaran terdapat masalah etika serius terkait penggunaan dan eksploitasi hewan ini.
Para kritikus dan gerakan hak asasi hewan telah mengajukan pertanyaan tentang bagaimana mamalia ini dipelihara dan tidak memiliki otonomi.
Kritikan juga berkaitan dengan bagaimana lumba-lumba secara efektif dipaksa untuk melakukan tugas-tugas yang berpotensi berbahaya tanpa mereka pahami.
Adapun saat ini, AS memiliki sekitar 85 lumba-lumba hidung botol dan sejumlah kecil singa laut yang dilatih oleh NMMP.
Bukan hanya AS, negara lain seperti Rusia turut memiliki sejarah dalam melatih mamalia laut, termasuk lumba-lumba untuk tujuan militer.
Pada 2014, saat krisis Krimea, Rusia menyita lumba-lumba militer Ukraina, dan membeli lebih banyak lumba-lumba setahun kemudian.
Antara 2019 dan 2023, seekor paus beluga "mata-mata" yang dipasangi tali untuk kamera dan diduga dilatih oleh Rusia terlihat berenang di sekitar Norwegia.
Hewan ini sangat akrab dengan manusia, bahkan dilaporkan bermain lempar tangkap dengan penduduk lokal Norwegia.
Diberitakan IFL Science, Selasa (2/9/2024), jasad hewan dengan julukan "Hvaldimir" tersebut ditemukan di Teluk Risavika di Norwegia selatan pada Agustus lalu.
Namun demikian, hingga kini belum, ada penyebab yang jelas mengenai kematiannya.
Terlepas dari beragam pandangan mengenai penggunaannya dalam lingkungan militer, mamalia laut terutama lumba-lumba kemungkinan besar akan tetap menjadi bagian dari program militer di masa yang akan datang.
https://www.iflscience.com/goodbye-hvaldimir-russian-spy-whale-found-dead-in-norway-75786
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.