Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Abu Mohammad al-Julani, Pemimpin Pasukan Pemberontak yang Gulingkan Bashar Al Assad

Baca di App
Lihat Foto
Youtube/Al-Jazeera English
Abu Mohammed Al-Julani saat memberikan keterangan usai HTS berhasil menguasai Damaskus
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Abu Mohammad al-Julani menjadi sosok penting di balik penggulingan Presiden Suriah Bashar Al Assad.

Diketahui, pasukan pemberontak yang dipimpin oleh al-Julani berhasil menggulingkan Presiden Bashar Al Assad pada Minggu (8/12/2024), setelah 24 tahun memerintah di Suriah.

Hal ini sekaligus menandai berakhirnya rezim keluarga Assad yang telah berkuasa di Suriah lebih dari 50 tahun. Kini, dia dan keluarganya kabur meninggalkan Damaskus.

Pasukan pemberontah menyatakan, penggulingan rezim Assad ini merupakan kemenangan bagi warga Suriah.

Lantas, siapakah sosok Abu Mohammed al-Julani?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Profil Presiden Suriah Bashar al-Assad yang Diduga Kabur, Pemberontak Kuasai Damaskus


Profil Abu Mohammed al-Julani

Dilansir dari al-Jazeera, Rabu (4/12/2024), pria kelahiran Riyadh, Arab Saudi ini memiliki nama asli Ahmed Hussein al-Sharaa. 

Ayahnya, merupakan seorang insinyur yang bekerja di perusahaan minyak di Arab Saudi. Keluarganya kembali ke Suriah pada 1989 dan menetap dekat ibu kota Damaskus.

Pada 2003, al-Julani pindah ke Irak dan bergabung dengan Al Qaeda, organisasi militan Islam yang didirikan sebagai bentuk perlawanan terhadap invasi Amerika Serikat (AS).

Dia sempat ditangkap oleh pasukan AS di Irak pada 2006 dan dipenjara selama lima tahun.

Pada saat bersamaan, Al Qaeda mengambil alih kelompok-kelompok beraliran sama dan membentuk Negara Islam Irak, yang dipimpin oleh Abu Bakar al-Baghdadi.

Ketika al-Julani bebas, al-Baghdadi mengirimnya ke Suriah pada 2011 saat terjadi pemberontakan melawan Presiden al-Assad.

Saat itu, dia ditugaskan untuk membangun basis baru Al Qaeda, yaitu Front al-Nusra.

Melalui kelompok milisi tersebut, al-Julani mengembangkan pengaruhnya di wilayah-wilayah yang dikuasai oleh oposisi, terutama di Idlib.

Baca juga: Mengenal Hayat Tahrir al-Sham, Kelompok yang Kini Kuasai aleppo Suriah

Konflik dengan al-Baghdadi

Perang saudara di Suriah makin memanas pada 2013, begitu pula dengan ambisi al-Julani.

Dia menentang perintah al-Baghdadi untuk membubarkan Front al-Nusra dan menggabungkannya dengan operasi Al Qaeda di Irak untuk membentuk ISIS, dikutip dari CBS News, Minggu.

Al-Julani menolak peleburan tersebut dan tetap mempertahankan kesetiannya kepada Al Qaeda.

Dalam sebuah wawancara pada 2014, dia mengaku menolak pembicaraan politik di Jenewa untuk mengakhiri konflik Suriah.

Dia mengatakan, tujuannya adalah melihat Suriah di bawah hukum Islam dan menegaskan tidak ada tempat bagi minoritas di negara itu.

 Baca juga: Begini Reaksi Dunia Usai Presiden Suriah Digulingkan

Membentuk Hayat Tahrir al-Syam (HTS)

Beberapa tahun setelahnya, al-Julani menjauhkan diri dari Al Qaeda demi membagun "kekhalifahan global" di semua negara mayoritas Muslim dan fokus membangun kelompoknya sendiri di perbatasan Suriah.

Pada 2016, al-Julani muncul ke publik dan mengumumkan dalam sebuah video bahwa dia telah memutus hubungan dengan Al Qaeda dan mengganti nama kelompoknya menjadi Jabhat Fateh al-Sham.

Melalui perubahan tersebut, al-Julani berhasil memegang kendali penuh atas kelompok-kelompok militan yang terpecah belah.

Setahun kemudian, aliansinya berganti nama menjadi Hayat Tahrir al-Syam (HTS) yang memiliki tujuan untuk memebaskan Suriah dari rezim Assad, megusir milisi Iran, dan mendirikan negara sesuai dengan interpretasi mereka sendiri tentang hukum Islam.

Baca juga: Suriah Kembali Memanas, Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Dikenal sebagai organisasi teroris

Ketika HTS merebut Aleppo pada Rabu, (27/11/2024), al-Julani dilaporkan telah mengambil sikap yang lebih akomodatif terhadap minoritas di Suriah.

Kelompok itu memberikan jaminan bahwa agama dan etnis minoritas akan dilindungi.

Menurut seorang pakar Suriah, Hassan, al-Julani ingin membangun citra HTS sebagai entitas pemerintah yang kredibel dan menjadi mitra dalam upaya antiteorisme global.

Di Idlib, al-Julani berusaha untuk bekerja sama dengan kelompok oposisi bersenjata lainnya, seperti Harakat Nour al-Din al-Zinki, Liwa al-Haw, dan Jaysh al-Sunna.

Kini, HTS dicap sebagai organisasi teroris oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Turki, AS, dan Uni Eropa.

Menurut al-Julani, pemberian label teroris itu tidak adil karena kelompoknya telah meninggalkan masa lalu mereka dan fokus berjuang serta setia untuk Suriah.

Baca juga: Presiden Suriah Bashar al-Assad Kabur ke Moskwa Usai Tinggalkan Damaskus

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi