Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Guru Besar UIN Sunan Kalijaga
Bergabung sejak: 10 Jun 2023

Al Makin adalah Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tulisan-tulisannya dalam bentuk artikel dan buku dalam bahasa Indonesia dan Inggris, antara lain: Momong Kampus (2020); Membela yang lemah (2020), Challenging Islamic Orthodoxy (2016), Nabi-Nabi Nusantara (2016); Antara Barat dan Timur (2014) Keragaman dan Perbedaan (2015). Perhatian risetnya pada bidang agama, sosial, politik, sejarah, dan seni, dengan tema Pancasila, keragaman, hubungan antaragama, minoritas, gerakan agama baru, dan lain-lain. Menjabat sebagai rektor UIN Sunan Kalijaga 2020-2024, anggota ALMI (Asosiasi Ilmuwan Muda Indonesia), editor jurnal internasional Al-Jamiah. Al Makin menjadi dosen dan peneliti tamu di berbagai negara: Jerman, Singapura, Australia, dan Kanada. Sebagai pelukis, Al Makin sering partisipasi dalam berbagai pameran dan mengadakan pameran tunggal. Silakan cek di website: https://id.wikipedia.org/wiki/Al_Makin; https://scholar.google.co.id/citations?user=npbUTjwAAAAJ&hl=en

Jualan Es Teh atau Jualan Agama?

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS/HERYUNANTO
Ilustrasi
Editor: Sandro Gatra

VIRALNYA potongan video insiden es teh luar biasa dan di luar dugaan sebelumnya. Tidak hanya video potongan itu sendiri, tetapi kreativitas para netizen yang memparodikannya.

Berbagi produksi ulang dengan orang memanggul es teh diperankan oleh banyak netizen. Entah dalam konteks masih berkaitan dengan majelis pengajian atau dalam konteks lain.

Tentu makna dan tafsir sudah jauh melebihi konteks awalnya. Dari humor, sindiran, sampai protes, es telah menjadi viral.

Peran agama di kampung kita kembali menjadi perhatian. Banyak sitasi yang viral juga, misalnya: “Lebih mulia jualan es teh daripada jualan agama”. Ini begitu dalam dari segi makna.

Memang tidak bisa dipungkiri agama sudah sedemikian kokoh telah mengakar pengaruhnya dalam masyarakat kampung kita dalam ranah sosial, politik, dan ekonomi. Agama telah begitu memengaruhi struktur sosial, gawe politik, dan hajatan ekonomi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agama sedemikian menancap dalam kehidupan masyarakat kampung-kampung di kepulauan ini. Agama begitu vital dalam urusan dapur, bisnis, kekuasaan, kehormatan, jati diri dan pergaulan.

Tidak lagi relevan rasanya kembali ke doktrin kuno Marxisme, bahwa agama adalah candu bagi masyarakat, sehingga agama tak lebih dari penghalang kemajuan. Tidak begitu sekarang.

Namun, lebih dari itu. Agama sudah jauh akar dan cabang-cabangnya menjangkau dan menaungi kehidupan kampung kita.

Menurut beberapa penelitian dan banyak survei berbagai lembaga internasional dan ala kampung kita, masyarakat kita dikenal paling agamis, religius, dan nomor wahid serius dalam soal agama.

Peringkatnya nomor pertama di dunia, rasa dan sikap reliji kampung kita melebihi para tetangga, seperti Malaysia, Filipina, Thailand, bahkan Saudi Arabia dalam soal agama.

Kampung kita lebih dari kampung-kampung di Afrika dan Timur Tengah dalam hal agama.

Beberapa tahun terakhir, kita sempat berwacana bahwa agama sebagai identitas berbahaya dalam eskalasi politik, radikalisme, fundamentalisme dan konservatisme. Tidak berhenti di situ ternyata, agama sebagai identitas jauh lebih mendasar untuk menjawab yang terjadi.

Agama tidak hanya berhenti sebagai identitas, tetapi telah menjelma menjadi kapital atau modal dalam struktur sosial. Agama telah mengokohkan struktur masyarakat feodal dan komunal di kampung ini.

Agama, pemuka agama, jualan agama, dakwah agama, dan hal-hal berbau agama begitu laku dan viral.

Apa yang tidak dikaitkan dengan agama? Semua terkait, berbagai bidang dalam kehidupan kampung. Ambil contoh sederhana dan aktual, Pemilu Pileg, Pilpres dan Pilkada.

Kita tahu struktur keagamaan ikut memainkan peranan dalam kampanye dan pemenenangan calon-calon. Endorse dan pilihan dipengaruhi oleh gereja-gereja.

Tentu yang dimaksud adalah gereja mayoritas, yaitu organisasi keagamaan yang sudah menjadi gereja seperti abad pertengahan Eropa.

Gereja-gereja itu mempunyai sistem tersendiri, lengkap dengan perangkap lembaga, struktur ekonomi, dan kekuatan politik. Itulah gereja yang sudah mengakar di kampung kita.

Tentu gereja di sini tidak merujuk pada gereja agama tertentu yang identik dengan gereja yang sesungguhnya. Namun, sistem gereja sudah dirasakan dan diadaptasi oleh agama kita di kampung kita.

Kaitan antara gereja dan negara layak untuk diperbincangkan dalam dunia politik kampung kita dengan konteks lain.

Struktur-struktur itu sudah bertransformasi menjadi gereja. Telah terjadi kerja sama yang baik dan rapi antara gereja dan negara.

Dalam hal popularitas, agama juga bermanfaat dan dimanfaatkan banyak pihak. Berbagai studi dan penelitian menunjukkan terjadinya kompetisi otoritas atau wewenang agama karena berimplikasi pada popularitas.

Atas nama otoritas, imam kelompok asli kampung bersaing dengan imam keturunan seberang atas nama legitimasi darah suci dan trah biru Sang Nabi.

Legitimasi agama memang murah, mudah, dan berpengaruh. Di samping itu, banyaknya bermunculan ustaz, penceramah, kiai, habib, dan youtuber cukup trendi.

Dalam bidang ekonomi, bisnis dengan berkait kepentingan ritual juga cukup menguntungkan: haji, umrah, ziarah, majelis, ceramah, dan kumpul-kumpul, atau pengajian-pengajian.

Berapa kali ritual dan ibadah juga disalahgunakan oleh pihak-pihak swasta dan pemerintah dengan terjadinya skandal penyalahgunaan wewenang dalam pengorganisasian, menejemen, dan keuangan.

Potongan video viral es teh adalah puncak dari gunung es, betapa kokohnya akar pohon keagamaan dalam struktrur sosial, politik, dan ekonomi di kampung kita.

Di gunung kampung kita itu tumbuh subur pepohonan dengan nuansa agama, keagamaan, dan berbagai tampilan agama.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi