Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Cher Ami, Merpati Penyelamat Ratusan Tentara Saat Perang Dunia I

Baca di App
Lihat Foto
National Museum of American History & Smithsonian Institution Archives
Tubuh Cher Ami yang diawetkan di National Museum of American History, Washtington DC, Amerika Serikat
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Merpati dikenal sebagai hewan penyampai pesan jarak jauh karena memiliki kemampuan navigasi yang baik.

Kemampuan merpati untuk menyampaikan pesan hingga ke area yang sulit terdeteksi ini dimanfaatkan oleh para tentara selama Perang Dunia I.

Dari beberapa merpati kala itu, ada satu ekor yang kisahnya dikenang hingga kini. Merpati itu bernama Cher Ami, sang penyelamat nyawa 200 orang tentara.

Baca juga: Merpati di India Ditahan Selama 8 Bulan karena Dicurigai sebagai Mata-mata China

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Merpati pada Perang Dunia I

Dilansir dari Britannica, selama Perang Dunia I, merpati sangat membantu mengirimkan pesan ke daerah yang tidak memiliki radio atau infrastruktur penunjang sarana komunikasi, seperti kabel telegraf.

Burung-burung itu terbang dengan cepat, tetapi pekerjaan mereka penuh dengan risiko. Tentara Jerman sering menembak jatuh merpati pos milik sekutu karena dianggap membawa informasi penting.

Kondisi serupa juga dialami oleh Cher Ami, seekor merpati jantan berwarna hitam. Ia merupakan salah satu dari sekitar 600 ekor merpati pos yang disumbangkan British Home Forces Service kepada US Army Signal Corps Pigeon Service.

Pada 1 Juli 1918, 60 ekor merpati pos, termasuk Cher Ami dikirim ke Mobile Loft No. 11, yang memasok merpati ke American Expeditionary Force di Sektor Aisne-Marne di Front Barat.

Kandang tersebut dipindahkan ke Rampont, Perancis pada akhir September menjelang serangan Meuse-Argonne.

Baca juga: Seekor Merpati di Belgia Laku Terjual Rp 26 Miliar, Apa Istimewanya?

Pengirim pesan Mayor Whittlesey

Kisah Cher Ami berawal pada 13 Oktober 1918, ketika Batalion Mayor Charles White Whittlesey dari Amerika Serikat sedang mengalami situasi yang sulit.

Sang mayor bersama 194 anggotanya terjebak di belakang garis pertahanan Jerman saat melintasi Hutan Argonne. Mereka terkurung di lereng bukit akibat tembakan musuh yang mematikan dari segala arah dan tidak bisa meminta bantuan karena jangkauan radio saat itu terbatas.

Para prajurit berhasil menahan serangan pasukan Jerman hanya beberapa hari sebelum akhirnya mereka semakin terdesak.

Keadaan tersebut membuat beberapa dari tentara AS ini bahkan tanpa sadar mulai menghabisi sesama temannya karena mengira mereka adalah pasukan Jerman, dikutip dari All That Interesting.

Baca juga: Kisah Universe 25, Eksperimen Menciptakan Surga yang Berujung Neraka

Melihat prajuritnya tumbang satu per satu, Whittlesey kemudian berusaha mengirim pesan untuk meminta bantuan, tetapi pesan itu terus menerus gagal tersampaikan dan sering dihalangi oleh Jerman.

Akhirnya, dia pun memilih beralih ke cara kuno, yaitu menggunakan merpati.

Merpati pertama yang membawa pesan berbunyi "Banyak yang terluka. Kami tidak bisa mengungsi", ditembak jatuh oleh tentara Jerman.

Sama halnya dengan merpati kedua yang membawa pesan "Orang-orang menderita. Bisakan bantuan dikirim?", juga ditembak jatuh. Merpati ketiga mendapat koordinat yang salah, sehingga mengakibatkan rentetan tembakan nyasar.

Pantang menyerah, Whittlesey lalu mengirimkan merpati terakhir, yaitu Cher Ami. Di atas secarik kertas, dia menuliskan harapan yang mungkin menjadi pesan terakhirnya.

"Kami berada di sepanjang jalan paralel 276.4. Artileri menjatuhkan tembakan langsung ke arah kami. Demi Tuhan, hentikan itu," tulisnya.

Baca juga: Misteri Merpati Merah Muda yang Muncul di Inggris, Melahirkan Banyak Spekulasi

Merpati yang berjasa

Saat Cher Ami terbang di langit, pasukan Jerman yang melihatnya langsung melepaskan tembakan.

Satu peluru mengenai Cher Ami dan hampir membuatnya jatuh, meski akhirnya merpati itu dapat kembali terbang.

Ia pun melanjutkan perjalanannya di tengah rentetan tembakan tentara Jerman dengan kondisi dada dan satu matanya terluka, serta kakinya hampir patah.

Cher Ami dikatakan terbang selama 30 menit, menepuh jarak 40 kilometer (km) sebelum berhasil tiba di Mobile Loft No. 11 dengan pesan Whittlesey yang menempel di kaki kanannya.

Melihat kondisi tersebut, petugas medis Angkatan Darat segera merawat dan mengobati luka Cher Ami dan mengamputasi satu kakinya.

Baca juga: Kisah William Sidis, Pria dengan IQ Lebih Tinggi dari Einstein yang Memilih Hidup di Pengasingan

Petugas membuatkan kaki palsu dari kayu kecil agar membantu Cher Ami dapat berdiri.

Meski pertempuran di tempat Whittlesey berada telah berakhir pada saat Cher Ami tiba, tetapi pesan yang ia bawa memberikan lokasi persis di mana Batalion hilang dan memudahkan operasi penyelamatan mereka pada 7 Oktober.

Setelah kondisinya mulai membaik, Cher Ami dikirim ke Amerika Serikat.

Berkat jasanya, ia dinobatkan sebagai maskot Departemen Pelayanan dan dianugerahi medali Croix de Guerre, serta medali emas dari Badan Penyelenggara Penggemar Merpati Balap Amerika.

Cher Ami mati pada 13 Juni 1919 di Fort Monmouth, New Jersey, akibat luka perang. Tubuhnya diawetkan dan hingga kini dipajang di Smithsonian's National Museum of American History, Washington DC.

Baca juga: Alasan Burung Sering Hinggap di Kabel Listrik, Mengapa Tidak Tersetrum?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi