KOMPAS.com - Sejumlah pasien transplantasi jantung dilaporkan mengalami perubahan kepribadiannya.
Kepribadian pasien transplantasi ini berubah sedikit demi sedikit menjadi seperti pemilik asli atau donor (penyumbang) jantung tersebut.
Dikutip dari Science Alert (17/5/2024), laporan mengenai perubahan kepribadian ini sudah ada sejak transplantasi jantung pertama kali dilakukan pada 1967.
Setelah operasi, beberapa pasien mengatakan bahwa mereka merasa tidak lagi menjadi diri mereka sendiri dan lebih mirip dengan donornya.
Pasien transplantasi bahkan mengeklaim bahwa mereka juga memiliki “ingatan” baru yang seperti ditanamkan.
Tak hanya itu, perubahan juga terjadi pada preferensi terhadap makanan, keahlian dalam seni, serta orientasi seksual.
Pasien lainnya mengaku bahwa mereka mempunyai perasaan ketakutan baru yang tidak dapat dijelaskan olehnya sendiri.
Lantas, bagaimana pandangan ilmiah tentang transplantasi jantung yang bisa mengubah kepribadian?
Baca juga: Studi: Kebiasaan Sepele Ini Bisa Picu Stroke dan Serangan Jantung
Penyebab perubahan kepribadian usai transplantasi jantung
Hingga saat ini, belum ada studi yang benar-benar mengetahui mekanisme atau hubungan transplantasi jantung dapat menyebabkan perubahan kepribadian pasien.
Namun, sejumlah teori atau hipotesis telah disampaikan oleh beberapa ilmuwan seiring banyaknya laporan mengenai hal itu.
Dilansir dari IFL Science, Rabu (11/12/2024), salah satunya yakni gagasan mengenai adanya sel individu atau jaringan sel non-neuro yang mungkin membawa ingatan donor.
Sehingga, pasien transplantasi dapat merasakan cerita historis donor melalui jaringan tubuh mereka.
Teori lain mengungkapkan, kepribadian ini bisa berubah karena proses modifikasi epigenetik saat transplantasi jantung.
Proses tersebut terjadi ketika adanya perubahan ekspresi genetik tanpa mengubah urutan DNA di dalam inti sel.
Baca juga: Jarang Diketahui, Ini 9 Kebiasaan Sehari-hari yang Bisa Merusak Jantung
Hipotesis lainnya menyebutkan bahwa perubahan kepribadian tersebut berkaitan dengan proses interaksi energi.
Proses ini memungkinkan adanya pengaruh medan elektromagnetik jantung terhadap tubuh ketika ditransplantasikan.
Terakhir, ilmuwan berhipotesis adanya “otak kecil” jantung yang merupakan jaringan saraf kompleks tertanam di dalam organ tersebut.
Penelitian terhadap hubungan antara jantung-otak sendiri, secara historis lebih banyak melihat pengaruh otak terhadap jantung.
Namun, saat ini seiring berjalannya waktu, penelitian telah menemukan bahwa hubungan jantung-otak lebih bersifat dua arah.
Sehingga, jantung juga dapat mempengaruhi otak seperti terjadinya perubahan kepribadian pada pasien transplantasi tersebut.
Baca juga: Jangan Sepelekan, Ini Bahaya Cuaca Panas terhadap Kesehatan Jantung
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.