KOMPAS.com - Sebuah video yang menunjukkan fenomena astronomi seperti meteor jatuh, ramai di media sosial TikTok.
Video tersebut diunggah oleh akun @koc******al1, Selasa (17/12/2024). Dalam video tampak cahaya berwarna oranye terang melintas di langit pada malam hari. Disebutkan peristiwa itu terjadi di Jalan Malioboro, Yogyakarta.
"..fenomena apa ini.. lewat.. atas malioboro," tulis keterangan pada video.
Hingga Rabu (18/12/2024), unggahan tersebut telah dilihat lebih dari 20 juta kali dan menuai ribuan komentar dari warganet.
Sejumlah warganet menyebut, benda itu merupakan lintang kemukus atau komet, sedangkan sebagian lainnya mengatakan sebagai lintang alihan atau meteor yang sedang berpindah tempat.
Lantas, fenomena apakah ini?
Baca juga: Daftar Fenomena Astronomi Sepanjang 2025, Ada Gerhana Bulan Total yang Bisa Dilihat di Indonesia
Fenomena mirip meteor jatuh di langit Malioboro
Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika Badan Riset Inovasi Nasional Indonesia (BRIN), Thomas Djamaluddin, mengatakan fenomena itu bukan meteor maupun komet, melainkan sampah antariksa yang jatuh.
"Itu gambar sampah antariksa yang jatuh," ujarnya, kepada Kompas.com, Rabu.
Senada, Direktur Griya Antariksa, Mutoha Arkanuddin, mengungkapkan peristiwa itu adalah sampah antariksa yang jatuh.
Menurutnya, peristiwa tersebut bukan terjadi Indonesia, melainkan di Filipina.
"Aslinya kejadian di Filipina, 4 Desember 2024 lalu. Bisa dicek di Google dengan kata kunci 'debris reentry in the Philippines'," kata Mutoha, saat dikonfirmasi Kompas.com secara terpisah, Rabu.
Dalam video yang beredar di TikTok tersebut, memang sekilas terlihat adanya SPBU Caltex. SPBU dari perusahaan itu diketahui tak tersedia di kawasan Malioboro, melainkan jamak ditemukan di Filipina.
Laman berita Filipina, Cebu Daily News, pun sempat melaporkan pada Rabu (4/12/2024) bahwa fenomena mirip meteor jatuh itu terjadi di Mindanao Utara dan Visayas Timur sekitar pukul 01.30 dini hari waktu setempat.
Menurut Badan Antariksa Nasional Filipina (PhilSA), obyek tersebut menyerupai puing-puing roket.
Kemungkinan berasal dari roket Long March 3B milik China yang pada malam sebelumnya dilaporkan akan melintasi langit Filipina.
Puing-puing roket tersebut juga telah diprediksi jatuh di sekitar 112 mil laut dari Rozul Reef dan 151 mil laut dari Busuanga, Palawan.
"Penampakan visual obyek-obyek tersebut mirip dengan peristiwa masuknya kembali puing-puing ruang angkasa yang telah direkam sebelumnya dan melibatkan roket atau satelit yang sudah tidak berfungsi," kata PhilSA dalam sebuah unggahan di akun Facebook resminya.
Baca juga: Arkeolog Temukan Observatorium Astronomi Mesir Kuno dari Abad 6 SM
Sampah antariksa
Thomas dari BRIN menjelaskan, sampah antariksa merupakan pecahan bekas roket atau satelit yang tidak berfungsi lagi. Puing-puing itu bisa jatuh ke Bumi karena efek pengereman oleh atmosfer.
"Saat Matahari aktif seperti saat ini, efek pengereman meningkat, sehingga sampah yang jatuh relatif banyak," paparnya.
Terpisah, Mutoha juga mengamini bahwa sampah antariksa berasal dari satelit atau stasiun luar angkasa yang tidak terkendali atau dari kegagalan peluncuran roket.
"Setiap kali meluncurkan roket, selongsong booster atau pendorong (mesin) selalu jatuh kembali," ucapnya.
Biasanya jatuhnya booster roket ini telah diprediksi sebelumnya agar mendarat di tempat yang aman, seperti lautan atau lokasi tidak berpenghuni.
Dikutip dari Live Science (29/6/2024), menurut Badan Antariksa Eropa (ESA), jumlah sampah antariksa yang telah ditemukan oleh para ilmuwan saat ini mencapai lebih dari 29.000 dan berukuran besar, melebihi ukuran bola softball.
Sebanyak 3.000 di antaranya merupakan satelit yang sudah tidak berfungsi dan dibiarkan begitu saja terurai di orbit.
Namun, sebagian besar puing-puing sampah tersebut terlalu kecil untuk dilacak, sehingga para peneliti memperkirakan ada lebih dari 100 triliun sampah antariksa yang tidak terlacak di orbit Bumi. Menurut penelitian Science, puing-puing tersebut kemungkinan besar berukurang kurang dari 1 cm.
Sampah-sampah antariksa yang berukuran kecil dapat membuat masalah hingga kerusakan di luar angkasa. Itu karena benda-benda di orbit bergerak sangat cepat, mencapai lebih dari 25.200 km/jam atau 10 kali lipat kecepatan rata-rata peluru yang ditembakkan di Bumi.
Jika dua objek yang bergerak berlawanan arah bertabrakan satu sama lain di luar angkasa, dampaknya akan besar.
Baca juga: Apa Itu Virga, Fenomena Hujan yang Tidak Menyentuh Tanah?
Sampah antariksa yang pernah jatuh ke Bumi
Meski umumnya jatuh di lautan atau lokasi tertentu, tetapi sampah antariksa pernah beberapa kali dilaporkan mendarat di daerah pemukiman.
Pada Agustus 2022, sebuah puing pesawat ruang angkasa SpaceX Crew Dragon jatuh menembus atmosfer dan mendarat di peternakan domba di Australia.
Sementara pada tahun ini, Senin (4/3/2024), sebuah benda misterius menabrak rumah berlantai dua milik keluarga yang tinggal di Florida, Amerika Serikat (AS).
Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) kemudian mengonfirmasi, objek tersebut merupakan bagian dari palet kargo yang berisi 2.630 kg baterai bekas. Baterai itu sebelumnya dibuang dari satelit ISS pada Maret 2021.
Jatuhnya sampah antariksa kembali terjadi pada Meri 2024. Bagian kapsul SpaceX Dragon jatuh ke sebuah perkemahan mewah di pegunungan North Carolina dan di properti milik seorang petani di Kanada.
Baca juga: Ini Penyebab Fenomena Hujan Es seperti yang Terjadi di Sidoarjo
https://www.livescience.com/what-is-space-junk
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.