KOMPAS.com - Bek tim nasional (timnas) Indonesia, Justin Hubner mengungkapkan dirinya mengalami gegar otak.
Kabar itu disampaikannya melalui akun Instagram pribadinya, @justinhubner5 pada Rabu (18/12/2024).
“Untuk semua orang yang bertanya kapan saya kembali, saya mungkin akan absen selama empat minggu. Saya mengalami gegar otak sehingga perlu banyak istirahat. Saya segera kembali,” tulis Justin Hubner.
Justin Hubner mengalami cedera gegar otak saat timnya Wolves U21 meraih kemenangan 4-0 melawan Aston Villa U21 pada lanjutan Premier League 2, Sabtu (14/12/2024).
Dalam pertandingan itu, kepala Hubner terkena tendangan salto dari pemain Aston Villa, Luka Lynch pada menit ke-90+1. Dia mendapat perawatan lama di lapangan sebelum akhirnya ditarik keluar.
Lantas, apa itu gegar otak yang dialami Justin Hubner?
Baca juga: 7 Pemain Dicoret, Ini Daftar 24 Pemain Timnas Indonesia di Piala AFF 2024
Gegar otak yang dialami Justin Hubner
Dilansir dari situs Mayo Clinic, gegar otak adalah cedera otak traumatis ringan yang memengaruhi fungsi otak.
Sering kali, gegar otak memiliki efek jangka pendek dan dapat meliputi sakit kepala serta masalah konsentrasi, ingatan, keseimbangan, suasana hati, dan tidur.
Gegar otak biasanya disebabkan oleh benturan pada kepala atau tubuh yang dikaitkan dengan perubahan fungsi otak.
Namun, tidak semua orang yang mengalami benturan pada tubuh atau kepala mengalami gegar otak.
Beberapa gegar otak menyebabkan orang tersebut kehilangan kesadaran, tetapi sebagian besar tidak.
Penyebab gegar otak paling umum adalah jatuh. Kebanyakan orang pulih sepenuhnya setelah mengalami gegar otak.
Baca juga: Daftar 11 Pemain yang Debut di Timnas Senior pada Piala AFF 2024
Gejala gegar otak
Dikutip dari laman Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS), penderita gegar otak dapat mengalami sejumlah gejala yang muncul hingga 72 jam setelah mengalami cedera.
Orang yang mengalami gegar otak akan mengalami perubahan perilaku, tindakan, serta gejala sebagai berikut:
- Pingsan
- Pusing
- Sakit leher
- Merasa mual dan muntah
- Merasa tertegun atau linglung
- Masalah dengan penglihatan seperti penglihatan ganda atau kabur
- Peka terhadap cahaya atau bising
- Mendengar suara berdenging di telinga atau tinnitus.
Baca juga: Aneurisma Otak: Pengertian, Penyebab, Gejala, dan Faktor Risikonya
Selain gangguan fisik, gegar otak bisa menyebabkan masalah pada fungsi otak dan kegiatan sehari-hari sebagai berikut:
- Menjadi bingung
- Memiliki ekspresi kosong
- Membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menjawab pertanyaan
- Keseimbangan terganggu
- Bersikap emosional yang tidak biasa, seperti tertawa atau menangis tanpa alasan
- Bertindak tidak seperti biasa, seperti menjadi sangat mudah tersinggung
- Kesulitan mengingat kejadian sebelum atau setelah cedera
- Sulit berkonsentrasi atau fokus
- Mengantuk atau lelah
- Sulit tidur atau terlalu lama tidur
- Mudah marah dan suasana hati berubah
- Depresi dan kecemasan.
Orang yang mengalami cedera kepala perlu menjalani pemeriksaan fisik, neurologis, atau tes di rumah sakit untuk proses diagnosis.
Gegar otak dapat menyebabkan penderitanya mengambil keputusan buruk, mengalami cedera otot atau sendi saat olahraga, serta terkena sindrom benturan kedua (SIS) berupa pembengkakan otak.
Jika tidak ditangani dengan baik, gegar otak bisa menimbulkan demensia, ensefalopati traumatik kronis (CTE), pendarahan dalam tengkorak atau otak, fraktur tengkorak, pergeseran otak, atau hilang ingatan.
Baca juga: Kaleidoskop 2024: Rentetan Prestasi Timnas Indonesia Sepanjang Tahun 2024
Pemulihan dan larangan gegar otak
Penderita gegar otak perlu menjalani perawatan dari tenaga kesehatan untuk memulihkan kondisinya. Pasien dapat mengonsumsi obat untuk mengatasi gejala yang dialami.
Pasien gegar otak harus beristirahat selama 24-48 jam setelah cedera. Mereka perlu membatasi waktu menatap layar televisi, ponsel, atau komputer.
Perlahan, lakukan aktivitas fisik sehari-hari. Pastikan istirahat jika gejala gegar otak mulai timbul, serta batasi aktivitas yang memperburuk gejala.
Diberitakan Cleveland Clinic, penderita gegar otak perlu menghindari menggunakan telepon, menonton TV, main game, membaca, bekerja, berolahraga, bepergian, bergerak, minum alkohol, serta naik transportasi umum sampai kondisi tubuhnya pulih.
Penderita gegar otak tidak boleh mengonsumsi obat pereda nyeri yang dijual bebas. Sebab, obat ini dapat mengencerkan darah yang membahayakan jika terjadi pendarahan otak.
Gegar otak dapat berlangsung beberapa minggu hingga satu bulan. Namun, tubuh setiap orang bereaksi beda terhadap gegar otak.
Sebagian orang sembuh lebih cepat secara alami, sementara yang lain membutuhkan waktu lebih lama.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.