Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mulai Sore Ini Ada Fenomena Solstis Matahari, Apa Dampaknya?

Baca di App
Lihat Foto
Unsplash/David Mullins
Ilustrasi matahari
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika

KOMPAS.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap, fenomena Solstis Matahari terjadi hari ini, Sabtu (21/12/2024).

Profesor Riset Astronomi dan Astrofisikan BRIN, Thomas Djamaluddin menjelaskan, Solstis atau titik balik Matahari adala momen ketika pusat tata surya ini berada di posisi paling selatan atau paling utara langit Bumi.

"Itu mudah dilihat dari titik terbit atau terbenam berada paling selatan," kata Thomas, kepada Kompas.com, Sabtu (21/12/2024).

Solstis Matahari terjadi dua kali dalam satu tahun. Pada 2024, peristiwa ini berlangsung pada 21 Juni dan kedua pada 21 Desember.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantas, apa dampak Solstis Matahari?

Baca juga: Gravitasi Mars Tarik Bumi Makin Dekat ke Matahari, Apa Dampaknya?


Dampak Solstis Matahari

Thomas melanjutkan, fenomena Solstis Matahari berdampak terhadap perubahan musim.

Peristiwa ini merupakan penanda awal musim dingin di Bumi belahan utara, awal musim panas di selatan, dan awal musim hujan di wilayah selatan Indonesia.

Solstis juga memengaruhi pergantian durasi siang dan malam. Pada bulan Desember ini, siang hari lebih panjang di selatan dan lebih pendek di utara.

"Pada saat posisi Matahari di selatan juga pertanda siang lebih panjang dari malam. Itu sebabnya waktu maghrib lebih lambat dan waktu subuh lebih awal," papar Thomas.

Sementara, pada Juni lalu siang hari sedikit lebih pendek di selatan dan lebih panjang utara dan 

Terpisah, Periset Pusat Riset Antariksa BRIN, Johan Muhammad menambahkan, fenomena terjadi setiap tahun ini tiadak menyebabkan dampak langsung.

Jika ingin mengetahui dampak nyata terhadap perubahan musim, perlu dilakukan pengamatan jangka panjang.

"Dalam konteks perubahan musim, Solstis harus dipahami sebagai bagian dari gerak semu Matahari. Pengamatan terhadap semu Matahari harus dilakukan melalui pengamatan panjang," ucapnya, saat dihubungi Kompas.com, Sabtu.

Baca juga: Warganet Sebut Cuaca Panas Akhir-akhir Ini Dipicu Badai Matahari, Benarkah? Ini Penjelasan BMKG

Penyebab dan waktu terjadi Solstis Matahari

Johan mengungkapkan, fenomena ini terjadi karena sumbu rotasi Bumi tidak sejajar dengan revolusi Bumi mengelilingi Matahari.

Dijelaskan melalui Instagram BRIN, Jumat (20/12/2024), saat Solstis, sumbu Bumi miring 23 derajat, sehingga durasi penyinaran Matahari berbeda di setiap wilayah sepanjang tahun.

Di bulan Desember, Bumi bagian selatan lebih condong ke Matahari dan sebaliknya, pada Juni belahan utara justru mendapat lebih banyak sinar.

Peristiwa Solstis Matahari ini terjadi mulai pukul 16.20 WIB dan berlangsung sehari, tetapi efeknya akan terasa selama beberapa hari sebelum maupun setelahnya.

Titik balik Matahari dapat diamati dengan memerhatikan panjang bayangan Matahari terbit atau terbenam. Masyarakat juga bisa menggunakan aplikasi, seperti Stellarium atau SkySafari.

Baca juga: NASA Akan Kirim Bintang Palsu ke Orbit Bumi, untuk Menyaingi Matahari?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi