Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Posisi Kutub Utara Magnet Bumi Berubah, Apa Dampaknya?

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Shutterstock/ManuMata
Ilustrasi peta Kutub Utara dan Samudra Arktik.
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Pusat Informasi Lingkungan Nasional (NCEI) dan Survei Geologi Inggris (BGS) merilis versi terbaru dari Model Magnetik Bumi atau World Magnetic Model (WMM) pada Selasa (17/12/2024).

Di dalamnya, memuat prediksi tentang bagaimana medan magnet Bumi akan bergeser dan berubah selama lima tahun ke depan.

Model tersebut menggabungkan data dari satelit seperti misi Swarm milik Badan Antariksa Eropa (NOAA) dan magnetometer presisi tinggi di observatorium berbasis darat.

Versi baru dari Model Magnetik Bumi dirilis setiap lima tahun untuk mempertimbangkan perubahan posisi medan magnet akibat gerakan inti Bumi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nantinya, pembaruan ini akan berpengaruh pada teknologi yang mengandalkan medan magnet Bumi, seperti global positioning system (GPS).

Baca juga: Kisah Beruang Coklat Albino yang Paling Sial, Berkali-kali Dipindah ke Kutub Utara karena Dikira Beruang Es

Posisi kutub utara magnet Bumi yang terus berubah

Dilansir dari Live Science, Rabu (18/12/2024), kutub utara pada magnet Bumi berbeda dengan wilayah Kutub Utara secara geografis.

Kutub Utara yang merujuk pada wilayah geografis, merupakan titik pertemuan sumbu rotasi Bumi dengan permukaan planet dan tempat semua garis bujur bertemu.

Sementara, kutub utara magnet adalah titik pada Belahan Bumi Utara, tempat garis medan magnet Bumi mengarah langsung ke planet.

Kutub yang ada pada magnet Bumi terbentuk dari besi cair dan nikel yang mengalir di sekitar inti luarnya.

Logam cair ini bersifat konduktif dan terus bergerak karena rotasi planet dan konveksi yang disebabkan oleh panas.

Baca juga: Gravitasi Mars Tarik Bumi Makin Dekat ke Matahari, Apa Dampaknya?

Selaras dengan prinsip elektromagnetisme, gerakan ini menciptakan arus listrik yang menghasilkan medan magnet. 

Karena terus bergeser dan bergerak, berdasarkan studi pada 2020, posisi kutub utara dari magnet Bumi saat ini menuju ke arah Siberia.

Sejak 1830-an, kutub magnet Bumi bagian utara telah berpindah sekitar 2.250 kilometer melintasi wilayah atas Belahan Bumi Utara dari Kanada menuju Siberia.

Fenomena ini terjadi kemungkinan disebabkan oleh perubahan pola aliran di bagian dalam Bumi yang terjadi antara tahun 1970 dan 1999.

Pergerakan pada magnet Bumi diprediksi akan meningkat sekitar 50 hingga 60 kilometer per tahun.

Dengan kecepatan tersebut, posisi kutub utara magnet Bumi akan bergerak hingga 600 kilometer ke arah Siberia selama dekade berikutnya.

Baca juga: 100 Pasien Anak Diterbangkan ke Kutub Utara untuk Rayakan Natal di Rumah Sinterklas

Dampak pergeseran kutub magnet Bumi

Dikutip dari IFL Science, ilmuwan di BGS, Ciaran Beggan mengatakan, perubahan posisi kutub magnet Bumi akan memberikan dampak alat navigasi, terutama kompas.

Menurutnya, pada 2040, semua kompas mungkin akan menunjuk ke arah timur dari utara sebenarnya.

Perubahan ini mungkin tampak ekstrem, karena rata-rata setiap 300.000 tahun atau lebih, kutub magnet Bumi bertukar seluruhnya.

Posisi kutub magnet bagian utara akan berubah menjadi kutub selatan dan kutub selatan menjadi kutub utara.

Meskipun terdengar menyeramkan, tetapi pergeseran posisi kutub pada magnet Bumi berdampak minimal pada kehidupan sehari-hari.

Baca juga: Sepertiga Spesies di Bumi Diperkirakan Punah pada Tahun 2100, Apa Penyebabnya?

Beggan menuturkan, kompas dan GPS akan berfungsi seperti, biasa meskipun ada perbedaan posisi antara WMM dan pergerakan pada kutub magnet.

Ia menambahkan, hanya perusahaan pengeboran terarah dan Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS) yang membutuhkan model kutub magnet yang lebih mutakhir dan akurat.

Hal tersebut diperlukan karena perusahaan pengeboran menggunakan kompas dan medan magnet untuk memandu mata bor.

Sementara itu, Departemen Pertahanan AS menginginkan presisi setinggi mungkin untuk sistem navigasi pada pesawat, kapal selam, dan parasutnya.

Namun, para ilmuwan harus mengawasi pergerakannya karena GPS dan sistem navigasi radio berbasis satelit lainnya perlu dikalibrasi ulang dengan mempertimbangkan pergeseran tersebut.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi