Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nestapa Perayaan Natal di Kota Kelahiran Yesus, Tak Ada Dekorasi, Serangan Israel Masih Mengintai...

Baca di App
Lihat Foto
AFP/HAZEM BADER
Foto udara ini menunjukkan para pengunjung yang membentangkan bendera Palestina raksasa saat mereka berkumpul di Alun-Alun Palungan di luar Gereja Kelahiran di kota alkitabiah Bethlehem di Tepi Barat yang diduduki pada Malam Natal (menurut tradisi Barat) pada 24 Desember 2023.
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Perayaan Natal 2024 di tempat kelahiran Yesus Kristus, Betlehem, Tepi Barat, Palestina, kembali digelar di bawah bayang-bayang serangan Israel ke rakyat Palestina di Gaza.

Ini merupakan kali kedua perayaan Natal di Betlehem bernuansa muram dan minim dekorasi, seiring peningkatan konflik di Jalur Gaza sejak 7 Oktober 2023.

Tidak akan ada pohon Natal raksasa di Manger Square di alun-alun pusat kota Betlehem, pun marching band yang riuh maupun lampu berkelap-kelip.

Dilansir dari Arab News, Senin (23/12/2024), Wali Kota Betlehem, Anton Salman mengatakan, hampir 500 keluarga telah meninggalkan kota dan pindah ke luar negeri dengan visa tinggal resmi sejak 2023.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak penduduk lainnya yang pindah ke luar negeri dengan visa turis sementara, tanpa diketahui kapan akan kembali.

Baca juga: Ragam Tradisi Selain Natal yang Digelar Setiap Desember di Berbagai Negara


Perayaan Natal di kota kelahiran Yesus sepi

Salman mengungkapkan, membatalkan perayaan Natal di kota kelahiran Yesus adalah salah satu cara untuk menarik perhatian pada situasi sulit di Betlehem dan di seluruh wilayah Palestina.

"Tahun ini, kami ingin menunjukkan kepada dunia bahwa orang-orang Palestina masih menderita dan mereka tidak memiliki kegembiraan yang dimiliki semua orang di dunia," kata Salman.

Kondisi tersebut menjadi pukulan lain bagi populasi Tanah Suci yang terus menyusut selama satu dekade karena emigrasi dan angka kelahiran rendah.

Sementara itu, pemilik Nativity Store di kawasan Manger Square mengaku tidak adanya turis membuatnya tidak yakin berapa lama lagi bisnis akan berjalan.

Padahal, tokonya telah menjual ukiran kayu zaitun buatan tangan dan barang-barang keagamaan sejak 1927.

Baca juga: Sistem Pertahanan Iron Dome Israel Berhasil Ditembus Rudal Yaman, Belasan Orang Terluka

"Tahun lalu sebelum Natal, kami memiliki lebih banyak harapan, tetapi sekarang lagi-lagi kami mendekati Natal dan kami tidak memiliki apa pun," kata pemilik Nativity Store generasi ketiga, Rony Tabash.

Terhitung Oktober tahun lalu, serangan Israel dengan dalih membalas Hamas telah berkecamuk selama hampir 15 bulan dan masih belum terlihat tanda-tanda akan berakhir.

Sejak itu, pariwisata ke Israel dan Tepi Barat yang diduduki Israel mulai anjlok. Israel juga melarang masuknya sebagian besar dari 150.000 warga Palestina di Tepi Barat yang memiliki pekerjaan di Israel.

Akibatnya, ekonomi Palestina mengalami penurunan atau kontraksi sebesar 25 persen dalam setahun terakhir.

Perayaan Natal tahunan di Betlehem biasanya merupakan berkah besar bagi kota itu, di mana pariwisata menyumbang 70 persen dari pendapatan tahunannya.

Kendati demikian, jalanan kosong dan suasana lengang tampak mendominasi pada tahun ini.

Baca juga: Paus Fransiskus Kecam Serangan Israel ke Gaza, Sebut Kekejaman dan Bukan Perang

Natal tanpa sukacita

Seminggu sebelum Natal, saat kota ini seharusnya dipadati pengunjung, suasana Manger Square sebagian besar kosong, kecuali beberapa penduduk setempat yang menjual kopi dan teh.

Tidak hanya itu, hanya dua dari delapan toko di jalan utama alun-alun yang masih beroperasi dan berharap turis datang untuk membeli dagangannya.

Tabash mengatakan, dia terus membuka toko setiap hari, tetapi sering kali seminggu penuh berlalu tanpa penjualan.

Dia bekerja bersama lebih dari 25 keluarga lokal untuk membuat barang-barang keagamaan yang diukir dengan tangan dari kayu zaitun.

Baca juga: Norwegia Tolak Tanding Lawan Israel di Kualifikasi Piala Dunia 2026, Buntut Konflik di Gaza

Namun, tanpa adanya pembeli, pundi-pundi uang pun tampaknya ikut mengering bagi keluarga-keluarga ini.

Tabash pun bertekad akan terus membuka toko karena telah menjadi bagian dari sejarah keluarga.

"Kami tidak merasakan Natal, tetapi pada akhirnya, Natal ada di dalam hati kami," ujarnya, seraya menambahkan bahwa seluruh kota berdoa untuk gencatan senjata dan perdamaian.

"Kami memiliki keyakinan yang besar, selalu, ketika kami melihat Natal, itu akan memberi kami cahaya di malam hari," sambungnya.

Baca juga: Masuk Kerja Saat Libur Natal dan Cuti Bersama, Menaker: Perusahaan Wajib Bayar Lembur

Dorong warga tetap tinggal meski menghadapi tantangan

Juru Bicara Kementerian Pariwisata Palestina, Jiries Qumsiyeh berujar, jumlah pengunjung di Betlehem anjlok dari jumlah tertinggi sebelum Covid-19.

Catatan kementerian, dari semula 2 juta pengunjung sepanjang 2019, turun drastis menjadi kurang dari 100.000 pengunjung pada 2024.

Bahkan, saat ini, hampir semua dari total 5.500 kamar hotel yang tersedia di Betlehem masih kosong.

Tingkat hunian hotel di kota itu anjlok dari sekitar 80 persen pada awal 2023 menjadi sekitar 3 persen saat ini.

"Kami telah menyaksikan tingkat emigrasi yang sangat tinggi sejak awal agresi, terutama di antara mereka yang bekerja di sektor pariwisata," kata Qumsiyeh, dikutip dari AP News, Senin.

Baca juga: AS Kembali Gagalkan Upaya Gencatan Senjata di Gaza

Di sisi lain, pastor paroki Gereja Ortodoks Yunani di Gereja Kelahiran, Betlehem, Pastor Issa Thaljieh mengatakan, banyak keluarga yang mengalami kesulitan keuangan.

Kebutuhan untuk membayar uang sewa rumah atau sekolah sulit, apalagi membeli hadiah Natal atau merayakan Hari Raya dengan cara lain.

Menurut dia, layanan sosial gereja telah mencoba untuk membantu, tetapi kebutuhannya terlampau besar.

Oleh karena itu, Thaljieh mengatakan, pesan Natal tahun ini adalah fokus pada dorongan kepada warga Palestina di Betlehem untuk tetap tinggal meskipun menghadapi tantangan.

"Gereja tanpa orang Kristen bukanlah gereja. Cahaya yang lahir ketika Yesus Kristus lahir di sini adalah cahaya yang bergerak melampaui kegelapan, jadi kita harus menunggu, kita harus bersabar, kita harus banyak berdoa, dan kita harus tetap dengan akar kita karena akar kita ada di Betlehem," katanya.

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi