Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Derita PATM, Seorang Wanita di Inggris Bisa Bikin Orang Sekitarnya Mendadak Alergi

Baca di App
Lihat Foto
Freepik/@user18526052
Ilustrasi menggosok mata
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Seorang wanita di Inggris bernama Medinah (23), mengidap kondisi langka yang bisa membuat orang-orang di sekitarnya mendadak alergi kepada dirinya.

Ia mengaku, ketika orang-orang bertemu dengannya, mereka akan batuk, bersin, dan menggosok-gosok mata.

“Saya adalah alergen,” kata Medinah, dikutip dari Sky News, Minggu (25/12/2024).

Medinah adalah salah satu dari sekelompok kecil orang dengan kondisi sangat langka yang dikenal sebagai People Allergic To Me (PATM).

Baca juga: Kisah Seorang Wanita yang Alergi terhadap Semua Jenis Makanan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sempat merasa gila karena kondisinya

Awalnya, Medinah tidak menyadari bahwa ia mengidap PATM dan sempat bertanya-tanya mengapa orang-orang di sekitarnya mengalami gejala alergi.

“Saya pikir, ya, saya sudah gila. Namun, setelah satu tahun dan reaksi yang terus menerus dari orang-orang, saya baru menyadari bahwa ini tidak mungkin hanya ada di kepala saya, saya tidak mungkin gila, saya melihat ini secara nyata,” katanya.

Ia mengaku telah menderita PATM sejak 2020. Kondisi ini membuat banyak pengidapnya memilih untuk mengisolasi diri.

Beberapa pengidap PATM bahkan memiliki kecenderungan bunuh diri, kehilangan teman berbicara, dan berhenti dari kerja.

Kebanyakan dari pengidap PATM menghabiskan banyak uang untuk mengobati kondisinya itu.

Baca juga: Kisah Wanita AS yang Punya Alergi Sperma dan Kondom, Keluhkan Sulitnya Punya Anak

Mengapa penderita PATM bisa picu orang lain alergi?

Tahun lalu, tim ilmuwan di Jepang yang dipimpin Yoshika Sekine melakukan penelitian terhadap PATM.

Hasilnya, ditemukan bahwa pengidap PATM memiliki karakteristik gas kulit yang sangat spesifik dan jumlahnya berkali-kali lipat dari orang normal.

Kadar gas kimia dalam jumlah tinggi ini kemudian menyebabkan orang-orang sekitarnya terpapar dan memicu gejala alergi pada pernapasan.

Dilansir dari SCMP (1/9/2023), setidaknya ada empat gas kimia spesifik pada penderita PATM yang memicu orang sekitarnya mengalami gejala alergi.

Diketahui, pengidap PATM mengeluarkan lima kali lebih banyak merkaptan, sebuah komponen organik hidrokarbon dengan sulfur yang menyerupai kubis atau bawang putih busuk.

Mereka juga mengeluarkan 50 kali lebih banyak aseton, senyawa organik yang ditemukan dalam penghilang cat dan pernis, serta enam kali lebih banyak kandungan heksanal atau molekul yang ditemukan di kenari hitam dan teh.

Baca juga: Kisah Joanne Fan, Wanita Korsel yang Memiliki Alergi 37 Makanan

Pengidap PATM juga mengeluarkan 40 kali lebih banyak bahan kimia toluena, hidrokarbon yang ditemukan dalam minyak mentah.

Meski begitu, mekanisme pelepasan gas kimia hingga dapat menyebabkan efek kesehatan yang merugikan, masih belum dipahami.

Yoshika percaya, sejumlah faktor dapat memicu orang untuk mengembangkan gejala PATM, termasuk cedera fisik, penyakit mental, dan gangguan psikologis.

Faktor risiko munculnya PATM juga termasuk paparan bahan kimia berbahaya dan rasa trauma karena diberitahu bahwa tubuhnya bau.

Dia menambahkan, perubahan profil gas kulit manusia ini akan memberikan dampak yang berbeda pada orang-orang di sekitarnya.

Baca juga: Kisah Tessa Hansen-Smith yang Alergi Air: Tetes Hujan, Minuman, dan Air Mata Membuatnya Tersiksa

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi