Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bakteri Pemakan Daging Menyebabkan Ratusan Warga Australia Terjangkit Borok

Baca di App
Lihat Foto
KATERYNA KON/SCIENCE PHOTO LIBRARY
Ilustrasi borok Buruli ulcer akibat bakteri Mycobacterium ulcerans
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Pemerintah Australia mengeluarkan peringatan tentang penyebaran bakteri pemakan daging yang telah menginfeksi ratusan orang di negara bagian Victoria.

Kepala petugas kesehatan Victoria, Profesor Ben Cowie, pada Jumat (20/12/2024) mengatakan, sejak awal tahun hingga 17 Desember 2024, sebanyak 344 orang terjangkit penyakit borok Buruli yang disebabkan oleh bakteri pemakan daging.

Bakteri ini menyebar melalui pinggiran Kota Melbourne, Ascot Vale. Karenanya, Cowie memperingatkan kemungkinan penyebaran bakteri yang meluas, mengingat jumlah kasus di seluruh negara bagian masih tinggi.

"Penyakit ini menyebar secara geografis di seluruh Victoria dan tidak lagi terbatas pada lokasi pesisir tertentu," ujarnya, dikutip dari The Guardian, Sabtu (21/12/2024).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Terjadi di Jepang, Bisakah Bakteri Pemakan Daging Merebak di Indonesia?


Kasus bakteri pemakan daging di Victoria

Bakteri pemakan daging pertama kali ditemukan di Australia pada tahun 1940-an dan paling banyak menginfeksi wilayah Victoria.

Berdasarkan catatan Departemen Kesehatan Victoria, terdapat 344 kasus yang dilaporkan pada tahun 2024 dan kemungkinan bisa bertambah.

Dalam beberapa tahun terakhir, kasus borok Buruli semakin meningkat. Pada tahun 2023 dilaporkan terdapat 362 kasus, 2022 ada 338 kasus, 2021 sebanyak 286 kasus, dan 2020 ada 217 kasus.

Dilansir dari ABC, Sabtu, daerah wabah ini menyebar di sejumlah wilayah Victoria, antara lain:

Kasus borok Buruli pertama kali dilaporkan di Eden, kota pesisir di pantai selatan New South Wales, satu dekade yang lalu.

Selang beberapa tahun, dua kasus dilaporkan terjadi di bagian utara News South Wales, Batemans Bay.

Sejak saat itu, para peneliti memutuskan untuk melakukan analisis sampel possum (binatang yang menjadi inang bakteri), yang berperan dalam pengembangan benjolan menjadi borok.

Peneliti lalu menyimpulkan bahwa wilayah pesisir merupakan titik perkembangan bakteri yang potensial. Bahkan, kini penyakit borok Buruli telah menjadi endemik di Batemans Bay.

Baca juga: Jepang Diserang Infeksi Bakteri Pemakan Daging, Apa Itu?

Gejala dan pengobatan borok Buruli

Borok Buruli adalah penyakit yang disebabkan karena infeksi Mycobacterium ulcerans, salah satu jenis bakteri pemakan daging. Bakteri ini tidak menular antar-manusia, tetapi melalui nyamuk. 

Mycobacterium ulcerans yang dibawa oleh nyamuk dan ditinggalkan di bawah kulit manusia akan melepaskan racun. Kemudian, racun akan menyebar dan menginfeksi kulit serta jaringan lunak progresif.

Benjolan yang mirip gigitan serangga dan tidak menimbulkan rasa sakit akan muncul di kulit lalu berkembang menjadi borok.

"Masa inkubasi bervariasi dari empat minggu hingga sembilan bulan. Borok dapat terjadi di mana saja, tetapi paling sering di area tungkai terbuka," jelas Cowie.

Wabah ini bisa menyerang siapa saja, termasuk anak-anak, tetapi lebih sering terjadi pada orang yang berusia di atas 60 tahun.

Dikutip dari Web MD, gejala yang akan dialami oleh mereka yang terinfeksi, di antaranya:

  • Pembengkakan kulit
  • Kulit rusak
  • Muncul luka terbuka atau borok
  • Benjolan pada kulit
  • Area kulit menebal
  • Demam.

Meski terkesan serius karena bisa menimbulkan cacat kulit, tetapi borok Buruli mudah diobati.

Ketika terinfeksi, bekas gigitan nyamuk harus segera dicuci. Jika kulit sudah mulai luka, segera tutupi dengan kain dan hubungi dokter.

Selanjutnya, dokter akan memberikan antibiotik yang akan bekerja mengobati kulit hingga tiga atau empat bulan.

Baca juga: Influencer AS Terkena Bakteri Pemakan Daging Setelah Suntik Vitamin Peluruh Lemak, Begini Kisahnya

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi