KOMPAS.com - Usai ditetapkan menjadi tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI-P Hasto Kristiyanto mengatakan, dirinya tengah mengikuti jejak Bung Karno sebagaimana tertulis dalam bab 9 buku biografi Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.
Buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia adalah otobiografi Soekarno yang ditulis oleh Cindy Adams.
Diberitakan Kompas.com (2023), Cindy Adams adalah jurnalis Amerika Serikat di tahun 1961. Dia datang ke Indonesia bersama dengan suaminya, Joey Adams yang merupakan seorang pelawak dan pemimpin Misi Kesenian Presiden Kennedy ke Asia Tenggara.
Cindy berkesempatan bertemu Presiden Pertama RI dan melakukan sesi wawancara sebelum menulis buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang diterbitkan pada 1966.
Buku itu kemudian dicetak berulang kali dan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Lantas, apa isi bab 9 buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia?
Baca juga: Jadi Tersangka KPK, Nama Hasto Trending di X Hingga Fotonya Hilang di Website DPP PDI-P
Isi bab 9 "Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia"
Buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia bercerita tentang kisah Bung Karno dari sejak dilahirkan sampai beberapa tahun sebelum lengser.
Buku itu terdiri dari 21 bab yang berisi cerita runut. Adapun bab 9 buku tersebut memiliki subjudul "Masuk Tahanan".
Menurut Hasto, bagian itu serupa dengan apa yang sedang terjadi dengan seluruh kader PDI-P saat ini.
"Sebagai murid Bung Karno, saya mengikuti apa yang tertulis di dalam buku Cindy Adams ini. Inilah kitab perjuangan saya. Dan seluruh kader-kader PDI Perjuangan sekarang memasuki tahap bab 9,” kata dia, dikutip dari Kompas.com, Kamis (26/12/2024).
Dilansir dari buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, bab 9 buku tersebut berisi dialog antara Soekarno dengan wakil dari Partai Nasional Indonesia (PNI), Gatot Mangkupraja di dalam kereta sampah menuju ke Solo pada 1929.
Dalam perbincangan itu, Bung Karno mengaku mendapat ancaman masuk penjara paling lama 7 tahun karena menentang penjajah Belanda dan memilih untuk mendirikan PNI.
Meski demikian, dia mengaku tidak takut akan ancaman tersebut. Menurut Soekarno, ancaman itu adalah bagian dari perjuangan yang dilakukannya.
"Setiap agitator dalam setiap revolusi tentu masuk penjara. Di mana saja, entah bagaimana caranya, entah kapan, di suatu tempat, tangan ganas dari hukum pasti akan menimpa pundakku," kata dia.
Bung Karno juga percaya bahwa pada saatnya nanti perjuangan akan menemui kemenangan. Sementara lawan akan terjerembap dalam kehancuran.
Di bagian akhir bab tersebut, diceritakan tentang detik-detik penangkapan Soekarno oleh Belanda di rumah seorang pengacara, Suyudi, pada pukul 5 dini hari.
Kala itu, rumah Suyudi telah dikepung oleh 50 polisi bersenjata. Beberapa kali, petugas menggedor rumah Suyudi untuk menemukan Soekarno yang sedang tertidur.
Mereka juga menodongkan senjata api saat menangkap Soekarno.
Menghadapi penangkapan itu, Soekarno mengaku tenang dan sudah mempersiapkan diri. Meski demikian, dia masih merasa campur aduk dan perutnya terasa mual.
Baca juga: Nama Soekarno, Soeharto, dan Gus Dur Dicabut dan Dihapus dari TAP MPR
Soekarno ditahan di Rumah Penjara Banceuy
Pada bab berikutnya, yakni bab 10 berjudul "Penjara Banceuy", mengisahkan penahanan Soekarno di Rumah Penjara Banceuy di Kota Bandung.
Penjara Banceuy adalah penjara kelas bawah yang dibangun pada abad ke-19.
Tempatnya kumuh dan usang. Narapidana yang ditahan di situ adalah tahanan politik dan tahanan "pepetek", sebuah julukan yang ditujukan untuk orang desa.
Dalam penjara itu, Bung Karno digunduli dan disuruh mengenakan seragam tahanan berwarna biru.
Ia ditahan di kamar blok F yang terdiri dari 36 sel, di mana 32 di antaranya masih kosong.
Kini tempat tersebut telah diubah menjadi Monumen Penjara Banceuy.
Baca juga: Di Mana Soekarno dan Soeharto Saat Peristiwa G30S Terjadi?
Sekilas tentang buku "Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia"
Buku Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia memuat tentang kisah Soekarno mulai dari lahir hingga jatuh dari tampuk kekuasaan.
Mulanya, Bung Karno mengaku enggan menulis otobiografinya meski sudah diminta berkali-kali melalui petugas pers Istana Presiden, Nyonya Siel Rohmulyati.
Dia mengatakan, banyak wartawan yang datang kepadanya untuk menulis memoar. Namun dia menolaknya.
"Berapa kali aku harus mengatakan padamu T-I-D-A-K!! Pertama, aku tidak mengenalnya, dan lagi kalau pada suatu hari aku menulis riwayat hidupku, aku akan melakukannya dengan seorang perempuan. Sekarang pergilah jauh-jauh!" kata Soekarno kepada Rohmulyati.
Hingga suatu hari Soekarno bertemu dengan Duta Besar Amerika di Indonesia, Howard Jones.
Dalam pertemuan itu, Howard menyampaikan gagasan pembuatan otobiografi Soekarno. Soekarno akhirnya sepakat untuk menulis sejarah hidupnya itu dengan satu syarat.
"Aku mengerjakannya dengan Cindy Adams." ucapnya.
Di dalam buku itu, Soekarno bercerita bahwa alasannya menulis biografi adalah karena usianya yang sudah tidak muda lagi.
"Dan begitulah waktu sudah datang. Kalau aku hendak menuliskan kisahku, aku harus melakukannya sekarang. Nanti mungkin aku tidak memiliki kesempatan. Aku tahu, orang ingin mengetahui selama Perang Dunia II apalah Sukarno seorang kolaborator Jepang atau bukan, Kukira hanya Soekarno yang dapat menerangkan periode dari kehidupannya itu dan karena itu dia bersedia menerangkannya."
Lalu, pada akhir bab, Soekarno mengatakan:
"Tetapi barangkali juga aku punya kewajiban menceritakan kisah ini kepada tanah airku, kepada bangsaku, kepada anak-anakku, dan kepada diriku sendiri. Karena kuminta padamu, pembaca, untuk mengingat bahwa lebih penting dari bahasa kata-kata yang tertulis dalam bahasa yang keluar dari lubuk hati."
Dia juga menyampaikan bahwa buku tersebut tidak ditulis untuk mendapat simpati masyarakat.
Soekarno berharap, buku otobiografinya bisa menambah pemahaman lebih baik tentang dirinya dan Indonesia tercinta.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.