Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sampah Menggunung di Pantai Kedonganan Bali, Walhi: Dampak Pergantian Musim dan Wisata

Baca di App
Lihat Foto
instagram.com/@sungaiwatch
Tangkapan layar video sampah menggunung di Pantai Kedonganan Bali.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Video tumpukan sampah di Pantai Kedonganan, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, viral di media sosial.

Video tersebut diunggah oleh akun Instagram Sungai Watch @sungaiwatch pada Jumat (3/1/2025).

Unggahan tersebut masuk dalam program Sungai Watch untuk membersihkan sampah-sampah di sana yang dibuka secara umum pada hari ini, Sabtu (4/1/2025) hingga Minggu (5/1/2025).

Dalam video di unggahan, tampak sampah-sampah sangat menumpuk di sepanjang Pantai Kedonganan.

Bahkan, air laut di dekat pantai tersebut juga tercemar oleh sampah-sampah yang didominasi oleh plastik itu.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sampah-sampah yang berada di Pantai Kedonganan juga terlihat terbawa atau terseret oleh ombak laut.

“Kedonganan Beach is drowning in trash, and the situation is urgent (Pantai Kedonganan tenggelam dalam sampah, dan situasinya mendesak),” bunyi keterangan dalam unggahan.

Sungai Watch pun mengajak seluruh masyarakat yang ada di Bali untuk turut serta dalam acara tersebut.

Menurut Sungai Watch, acara ini adalah aksi nyata dalam mengatasi masalah lingkungan berupa penumpukan sampah.

“Let’s show the Indonesian government the strength of our community and the need for immediate action against this issue (Mari tunjukkan kepada pemerintah Indonesia kekuatan komunitas kita dan perlunya tindakan segera untuk mengatasi masalah ini),” tulis mereka.

Baca juga: Eco Enzyme dan Perannya dalam Pengelolaan Sampah Organik

Tanggapan Walhi Bali

Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Bali turut buka suara mengenai sampah menumpuk di Pantai Kedonganan tersebut.

Direktur Eksekutif Walhi Bali, Made Krisna Dinata mengapresiasi acara pembersihan sampah di pantai tersebut.

“Banyak teman-teman, komunitas-komunitas yang turut serta dalam membersihkan sampah di tempat umum seperti Pantai Kedonganan, tentunya itu adalah langkah yang baik dan Walhi Bali apresiasi,” ucap dia kepada Kompas.com, Sabtu (4/1/2025).

Menurutnya, penumpukan sampah ini tidak hanya terjadi di Pantai Kedonganan. Walhi Bali mencatat, sampah juga menumpuk di Pantai Kuta.

Krisna mengungkapkan, penumpukan sampah tersebut kerap terjadi pada setiap pergantian musim.

“Fenomena ini sebenarnya umpamanya sudah terjadi setiap pergantian musim, itu pasti terjadi. Sampah-sampahnya dari kiriman, dari laut sekalipun yang ditengarai peningkatan cuaca, gelombangnya naik, anginnya tambah keras. Sehingga sampah-sampah tersebut terbawalah dan terdampar di pantai,” sambungnya.

Baca juga: Ramai soal Warga Buang Sampah ke Kereta Peti Kemas, KAI: Bisa Kena Denda atau Dipenjara

Berbagai dampak penumpukan sampah

Krisna menyampaikan bahwa terdapat berbagai dampak dari penumpukan sampah tersebut.

Sampah yang menumpuk dapat menyebabkan munculnya aroma tidak sedap dan potensi berbagai masalah kesehatan yang bisa dirasakan oleh masyarakat di sekitarnya.

“Air laut jadi tercemar, ikan-ikan di laut juga bakal terkontaminasi oleh sampah,” papar Krisna.

Kemudian, ia menekankan bahwa penumpukan sampah ini sebaiknya jangan terfokus pada satu titik seperti Pantai Kedonganan.

Pasalnya, penumpukan sampah ini juga terjadi di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) dan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) yang ada di Bali.

“Sampah-sampah overload (kelebihan kapasitas) dan bisa mudah terbakar jika sedang dalam kondisi kering,” ungkap Krisna.

Baca juga: Ilmuwan: Mikroplastik di Udara Berkaitan dengan Munculnya Kanker Usus Besar dan Paru

Pemerintah Bali harus tegas dan berani menegakkan aturan

Krisna menilai, penumpukan sampah tersebut adalah salah satu masalah besar yang harus diatasi  Pemerintah Bali.

Menurutnya, hal ini menjadi salah satu momentum bagi pemerintah setempat dalam mencari cara terbaik untuk mengatasi penumpukan sampah. Terlebih karena Bali menjadi salah satu destinasi wisata dunia. Sehingga, potensi penumpukan sampah pun menjadi semakin nyata.

“Kedonganan itu masuk Bali Selatan, itu masuk daerah atau kawasan wisata. Tindakan pemerintah dalam mengatasi sampah sangat urgent, levelnya ketika Bali Selatan di-branding sebagai destinasi wisata yang layak dikunjungi,” tutur dia.

Walhi Bali mencatat, jumlah akomodasi pariwisata di Bali semakin banyak seiring waktu.

Hal tersebut kemudian membuat sumber-sumber penghasil sampah semakin banyak dengan ditandai meningkatnya jumlah wisatawan ke Bali.

Ia menambahkan, sebenarnya Bali sudah mempunyai aturan dalam penanganan sampah tersebut, Peraturan Gubernur (Pergub) Bali Nomor 47 Tahun 2019 tentang Pengelolaan Sampah Berbasis Sumber.

Baca juga: Mikroplastik Ubah Struktur Awan yang Bisa Perburuk Perubahan Iklim

Aturan pengelolaan sampah juga termaktub di dalam Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Bali Nomor 5 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Sampah.

Namun, sejumlah peraturan tersebut belum bisa dijalankan dengan baik oleh Pemerintah Bali.

“Berbicara mengenai tata kelola sampah, utamanya di Bali, pemerintah harus berani mengambil sikap tegas dengan mengevaluasi besar-besaran terkait dengan tata kelola sampah,” tuturnya.

“Dan harus ada penegakan regulasi dan kebijakan yang memang mampu memitigasi dan menanggulangi terjadinya penumpukan sampah seperti itu,” sambungnya.

Krisna menambahkan, sampah sebaiknya bisa dipilah-pilah sesuai jenisnya dan pemerintah diharapkan bisa menegakkan aturan tersebut dengan baik.

Nantinya sampah plastik misalnya, bisa didaur ulang oleh produsen agar mengurangi jumlah sampah secara keseluruhan.

“Kalau dipilah-pilah sampahnya, saya pikir kita tidak akan melihat fenomena (TPA atau TPST) overloading (dan) fenomena TPA terbakar,” tuturnya.

Baca juga: Studi: Mikroplastik Masuk ke Otak dengan Cara Terhirup Lewat Hidung

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi