Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Potensi Kerugian bagi Indonesia Setelah Jadi Anggota Tetap BRICS

Baca di App
Lihat Foto
RIA NOVOSTI/ALEXEI DANICHEV via BRICS RUSSIA 2024
Presiden China Xi Jinping (kiri), Presiden Rusia Vladimir Putin (tengah), dan Perdana Menteri India Narenda Modi (kanan) saat Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-16 BRICS di Kota Kazan, Rusia, Rabu (23/10/2024).
|
Editor: Muhammad Zaenuddin

KOMPAS.com - Indonesia secara resmi bergabung sebagai anggota penuh BRICS pada Senin (6/1/2025) waktu Brasil.

BRICS adalah kelompok ekonomi yang dibentuk Brasil, Rusia, India, dan China pada 2006, untuk menyatukan negara-negara berkembang paling penting di dunia.

Hal tersebut dilakukan untuk “menantang” kekuatan politik dan ekonomi negara di Amerika Utara dan Eropa Barat.

Baca juga: Trump Ancam Tarif 100 Persen Negara BRICS, Apa Dampak bagi Indonesia?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Dikutip dari laman Dewan Hubungan Luar Negeri (CFR), BRICS merupakan kelompok informal negara-negara ekonomi berkembang yang bertujuan meningkatkan pengaruh mereka dalam tatanan global.

Koalisi BRICS bukanlah organisasi formal, melainkan blok ekonomi non-Barat yang mengoordinasikan upaya ekonomi dan diplomatik untuk mencapai tujuan bersama.

Bergabungnya Indonesia dengan BRICS memberikan banyak manfaat di bidang ekonomi, perdagangan, stabilitas mata uang, hingga pertahanan keamanan.

Meski demikian, ada juga beberapa risiko dan konsekuensi yang perlu menjadi perhatian Indonesia.

Baca juga: Indonesia Resmi Masuk BRICS, Berikut 6 Manfaatnya bagi Tanah Air

Berikut adalah sejumlah potensi kerugian maupun risiko bagi Indonesia yang resmi bergabung menjadi anggota BRICS:

1. Dianggap pro China dan Rusia

Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana menyebut, bergabung dengan aliansi ekonomi BRICS berisiko memicu asumsi keberpihakan Indonesia terhadap China dan Rusia sebagai inisiator.

Dikutip dari Kompas.com (28/10/2024), kondisi tersebut dapat berdampak pada hubungan Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) dan negara-negara di kawasan Eropa Barat.

Meski demikian, hal tersebut tidak akan sampai pada pemberlakuan embargo dari AS kepada Indonesia.

Baca juga: Beda Peran Negara Anggota dan Mitra BRICS, Apa Saja?

2. Belum tentu mendapat hak eksklusif

Mengutip laman Kompas.id (29/8/2023), risiko bergabungnya Indonesia ke BRICS adalah adanya kondisi tidak semua hak eksklusif negara pendiri akan dinikmati oleh negara anggota yang baru.

Hak eksklusif negara pendiri biasanya terjadi pada aspek pengambilan keputusan seperti hak khusus pada perubahan anggaran dasar dan rumah tangga dari instrumen kelembagaan yang dimiliki BRICS.

Namun, Indonesia tetap perlu memenuhi sejumlah kewajiban, baik berupa kewajiban keuangan maupun kewajiban non-keuangan.

Baca juga: Sudah Gabung G20, Kenapa Indonesia Ingin Daftar BRICS? Berikut Penjelasan Menlu Sugiono

3. Pengambilan sikap yang berseberangan

Adanya risiko sikap berseberangan yang diambil oleh BRICS yang mungkin berseberangan dengan politik luar negeri Indonesia.

Kebijakan BRICS diperkirakan tidak terlepas dari kepentingan negara-negara pendirinya. Selain itu, negara-negara berkembang di Pasifik dan Afrika yang bergantung pada pendiri BRICS berpeluang besar menjadi anggota baru.

Negara-negara tersebut dapat saja memiliki kepentingan berbeda dengan kebijakan Indonesia dan menggunakan forum BRICS untuk menyuarakan kepentingannya.

Baca juga: Mengenal KTT BRICS Afrika Selatan yang Akan Dihadiri Presiden Jokowi

4. Ketergantungan ke China

Dalam BRICS, China mendominasi secara ekonomi, sehingga kerja sama ini berpotensi memperbesar ketergantungan Indonesia pada China.

Dilansir dari laman Kontan, ketergantungan tersebut terutama pada sektor perdagangan dan investasi.

Bergabungnya Indonesia menjadi anggota BRICS berpotensi menghadirkan tantangan dalam bentuk risiko geopolitik dan ketergantungan yang lebih besar pada China.

Baca juga: Melihat Potensi Dampak Ekonomi Indonesia Gabung BRICS...

5. Membatasi efektivitas kolaborasi

Perbedaan kepentingan ekonomi di antara negara anggota BRICS seperti China dan India, dinilai bisa membatasi efektivitas kolaborasi.

Selain itu, ekonomi negara seperti Rusia, Brasil, dan Afrika Selatan saat ini menghadapi tantangan yang signifikan, yang dapat memengaruhi stabilitas blok.

Manfaat ekonomi nyata bagi Indonesia dari keanggotaan BRICS diperkirakan tidak akan langsung terlihat dalam jangka pendek, terutama karena perdagangan intra-BRICS masih rendah dan sebagian besar berpusat pada China.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi