KOMPAS.com - Serial Netflix Squid Game yang tayang sejak 26 Desember lalu disebut terinspirasi dari kisah nyata tragedi Brothers Home di Korea Selatan.
Diberitakan Sport Keeda, Selasa (7/1/2025), Squid Game dan peristiwa Brothers Home sama-sama melibatkan tindakan eksploitasi mematikan. Korban diketahui memakai pakaian dan tinggal di tempat yang mirip, serta identitasnya digantik nomor.
Kendati demikian, sutradara Squid Game, Hwang Dong-hyuk memastikan serialnya tidak dibuat berdasarkan kisah nyata. Sebab, serial ini lebih banyak menggambarkan kondisi sosial daripada kejadian sejarah.
Hwang menyatakan, Squid Game yang musim pertamanya tayang pada 2021 terinspirasi dari pengalaman pribadinya, cerita manga Jepang, dan tema kapitalisme.
Lantas, bagaimana kisah tragedi Brohters Home?
Baca juga: Alasan Squid Game 2 Terancam Diboikot Vietnam
Brother Home diduga inspirasi Squid Game
Tragedi ini berawal dari kelompok militer Korea Selatan yang memasukkan 38.000 orang jalanan ke pusat kesejahteraan sosial bernama Brothers Home di Busan sekitar 1976-1987.
Tindakan itu dilakukan untuk "membersihkan gelandangan dari jalanan" dalam rangka persiapan sebagai negara tuan rumah Olimpiade Musim Panas 1988.
Brother Home dihuni tunawisma dan orang cacat, orang-orang mabuk, orang tanpa identitas, pengemis, dan lawan politik.
Hingga 1986, lebih dari 16.000 orang ditahan di 36 fasilitas sosial milik pemerintah, sedangkan Brothers Home menampung 4.355 orang meski hanya berkapasitas 500 orang.
Baca juga: Mengapa Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol Diperintahkan untuk Ditangkap?
Mantan sersan tentara bernama Park In Keun menjadi pengelola di balik program tersebut. Dia menerima medali karena dinilai menjalankan pusat sosial yang "baik" lewat Brohters Home.
Dia dikenal sebagai seorang Kristen taat dan bekerja keras membantu gelandangan. Namun, Park mengelola Brothers Home seperti kamp konsentrasi yang terkunci ketat.
Brothers Home menerima subsidi pemerintah berdasarkan jumlah penghuninya. Karena itu, petugas menyuap polisi dan pejabat kota agar mengirimkan lebih banyak orang.
Penghuni Brothers Home, termasuk anak-anak, seharusnya mendapatkan makanan dan pelatihan kerja. Kenyataannya, banyak orang dipukuli, diperkosa, dan dipaksa bekerja.
Penghuni Brothers Home yang dipanggil dengan nomor urut memakai seragam militer bekas atau baju olahraga biru untuk bekerja seharian di pabrik. Mereka hanya dapat setengah gaji atau tidak sama sekali.
Baca juga: Polisi Selidiki Komentar Warganet Korsel yang Hina Keluarga Korban Pesawat Jeju Air
Setiap Senin pagi, diadakan “pengadilan rakyat” untuk menghukum pelanggar aturan. Orang yang setia kepada Park menjadi "pemimpin" yang berhak meneror pelanggar.
Selain itu, pengelola Brothers Home mendapatkan uang jika mengirimkan 11 anak adopsi ke luar negeri. Park juga mengumpulkan uang dari para pendonor Kristen.
Lebih dari 657 orang diperkirakan meninggal saat ditahan dalam Brothers Home secara ilegal dan tanpa sepengetahuan keluarga mereka.
Brothers Home ditutup pada 1988. Dua tahun kemudian, pekerja konstruksi menemukan sekitar 100 tulang manusia di luar fasilitas tersebut.
Baca juga: Kapan Squid Game Season 3 Rilis? Ini Jawaban Sutradara
Baru diakui pelanggaran HAM pada 2022
Mahkamah Agung Korea Selatan membebaskan Park In Keun pada 1989 dari tuduhan terkait pelanggaran hak asasi manusia di Brothers Home.
Park membantah melakukan kesalahan dan menyatakan hanya mengikuti perintah pemerintah.
Saat Park ditangkap, Brothers Home masih beroperasi. Namun, penyelidikan kasus ini dihalangi Presiden Chun Doo Hwan, Walikota Busan Kim Joo Ho, dan kepala jaksa penuntut Busan Park Hee Tae.
Baca juga: Polisi Korsel Selidiki Email Klaim Dalang Kecelakaan Jeju Air, Apa Isi Pesannya?
Meski resmi tutup pada 1988, pemerintahan Korea Selatan belum mengakui tragedi Brothers Home sebagai pelanggaran hukum hingga 2016-2018.
Dikutip dari The New York Times (25/8/2022), Majelis Nasional membuka kembali Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi pada 2020.
Lembaga pemerintah ini bertugas menyelidiki pelanggaran hak asasi manusia di masa lalu. Brothers Home menjadi kasus pertama yang diselidiki komisi tersebut.
Baru pada 24 Agustus 2022, Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi resmi mengakui terjadi pelanggaran HAM di Brothers Home Busan.
Pemerintah Korea Selatan dinyatakan membantu pengiriman warga ke tahanan paksa Brothers Home secara ilegal, serta membuat mereka mengalami pemukulan, pemerkosaan, dan penganiayaan lain yang berujung kematian.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.