KOMPAS.com - Perusahaan Meta menghentikan program fact checking atau cek fakta di Facebook, Instagram, dan Threads mulai 2025.
Program ini akan digantikan fitur Community Notes atau Catatan Komunitas, seperti yang ada di X (Twitter).
"Kami telah melihat pendekatan ini berhasil di X. Mereka memberdayakan komunitas untuk memutuskan kiriman berpotensi menyesatkan dan memerlukan lebih banyak konteks," kata Chief Global Affair Officer Meta Joel Kaplan, dikutip dari laman resmi Meta pada Selasa (7/1/2025).
Selain menghentikan program cek fakta, Meta juga membolehkan penggunanya untuk berekspresi secara bebas.
Baca juga: Cara Membatasi Komentar di Facebook, Berikut Langkah-langkahnya
Cek fakta Meta dihapus
Sebelum ada Meta, Facebook meluncurkan program cek fakta yang dilakukan para ahli independen pada 2016.
Program ini berguna untuk mengecek konten-konten yang dibagikan lewat Facebook. Tim independen akan memeriksa kebenaran informasi tersebut.
Seiring waktu, Meta menganggap terlalu banyak konten yang diperiksa. Program itu pun menjadi alat sensor yang dinilai mengganggu dan mengurangi distribusi konten media sosial.
"Kami kini mengubah pendekatan ini. Kami akan mengakhiri program periksa fakta pihak ketiga dan mulai beralih ke program Catatan Komunitas," jelas dia.
Catatan Komunitas membuat pengguna Meta dapat memeriksa konten dari warganet lain dan menambahkan konteks yang diketahuinya terkait isi konten tersebut.
Baca juga: Cara Gunakan Meta AI di Grup WhatsApp, Tidak Perlu Aplikasi Tambahan
Meta menganggap, layanan ini lebih baik dalam menyediakan informasi tentang apa yang dilihat pengguna dan tidak rentan bias dari tim independen cek fakta.
Comunity Notes Meta nantinya akan ditulis dan dinilai oleh pengguna yang berkontribusi. Meta mengaku tidak akan menulis dan memutuskan isi catatan yang ditampilkan.
Saat ini, Meta akan menerapkan Catatan Komunitas secara bertahap di AS terlebih dahulu selama beberapa bulan sambil menyempurnakannya sepanjang tahun.
Dalam proses transisi ini, Meta akan menghapus kontrol pemeriksaan fakta, menghentikan penurunan konten yang telah diperiksa faktanya, dan memasang label tak mencolok untuk memberikan informasi tambahan di suatu konten.
"Kami ingin bersikap transparan tentang sudut pandang berbeda dalam memberikan catatan yang ditampilkan pada aplikasi. Kami berupaya menemukan cara tepat untuk membagikan informasi ini," imbuh Kaplan.
Baca juga: Gugat Meta, Eks Karyawan Tuding Induk Perusahaan Facebook Itu Sensor Konten Pro Palestina
Isi konten Meta bakal lebih "liar"
Facebook, Instagram, dan Threads juga akan menampilkan lebih banyak konten politik pada beranda pengguna sesuai kewarganegaraan dan ketertarikannya.
"Kami akan mengizinkan lebih banyak kebebasan berbicara dengan mencabut pembatasan pada beberapa topik yang menjadi bagian dari wacana umum," tutur Kaplan.
Perubahan ini terjadi karena Meta menganggap mereka sebelumnya telah menerapkan aturan, pembatasan, dan sensor yang dinilai berlebihan. Padahal, konten yang dilarang bisa saja tidak melanggar.
Akibatnya, tindakan itu dianggap menghalangi kebebasan berekspresi dan membuat banyak pengguna menghadapi masalah hukum.
Baca juga: Mengapa Fitur Meta AI Tidak Muncul di WhatsApp? Ini Penyebabnya
"Kami menyingkirkan sejumlah pembatasan pada topik seperti imigrasi, identitas gender, dan gender yang sering menjadi pokok bahasan wacana dan perdebatan politik," tegas Kaplan.
Meta juga akan mengubah sistem penyensoran otomatif yang dulu dipakai untuk memindai konten yang dinilai melanggar kebijakan. Sistem itu disebut membuat terlalu banyak konten yang seharusnya tidak disensor, dinyatakan salah dan terkena sensor.
Perusahaan itu pun tidak akan menindak konten yang dinilai tidak terlalu parah. Sistem yang otomatis menghapus konten bermasalah pun akan diganti menjadi lebih lemah.
Meta juga akan mempercepat proses peninjauan konten bermasalah dari pengguna dan memudahkan proses pemulihan akun.
Teknologi kecerdasan buatan akan dipakai sebagai pertimbangan, sebelum Meta mengambil tindakan penegakan hukum terhadap pengguna yang membuat konten bermasalah.
Baca juga: Ini Cara Reset Algoritma Instagram, Bisa Ubah Rekomendasi Konten
Upaya "menenangkan" Trump
Para analis melihat, perubahan kebijakan Meta ini merupakan upaya untuk menenangkan presiden terpilih AS, Donald Trump.
"Ini adalah langkah mundur yang besar bagi moderasi konten di saat disinformasi dan konten berbahaya berkembang lebih cepat dari sebelumnya," kata salah satu pendiri lembaga nirlaba Centre for Information Resilience, Ross Burley, dikutip dari AFP, Selasa (7/1/2025).
Cek fakta dan pemeriksaan disinformasi telah lama menjadi isu hangat dalam iklim politik di AS.
Para pendukung konservatif AS mengatakan, keduanya adalah alat untuk membatasi kebebasan berbicara dan menyensor konten sayap kanan.
Baca juga: Cara Menghapus Semua Postingan Facebook, Mudah Bisa lewat HP
Partai Republik dan pemilik X, Elon Trump telah menyuarakan keluhan serupa.
"Meskipun upaya untuk melindungi kebebasan berekspresi sangat penting, menghilangkan cek fakta tanpa alternatif yang kredibel berisiko membuka pintu gerbang bagi narasi yang lebih berbahaya," ujar Burley.
Sementara itu, Michael Wagner dari School of Journalism and Mass Communication at the University of Wisconsin-Madison menuturkan, meminta orang untuk mengawasi klaim palsu di media sosial yang bernilai miliaran dollar AS merupakan bentuk pengabaian tanggung jawab.
"Anda tidak akan bergantung pada siapa pun untuk menghentikan toilet Anda bocor, tetapi Meta sekarang berupaya bergantung pada siapa pun untuk menghentikan misinformasi menyebar di platform mereka," jelas Wagner.
Baca juga: Meta Luncurkan Threads, Aplikasi Mirip Twitter, Sudah Bisa Diunduh di Android dan iPhone
Rugikan pengguna
Senada, Direktur Jaringan Pemeriksa Fakta Internasional (IFCN), Angie Holan menyebutkan, penghapusan cek fakta akan merugikan pengguna media sosial yang mencari informasi akurat.
"Sangat disayangkan bahwa keputusan ini muncul di tengah tekanan politik eksternal dari pemerintahan baru dan para pendukungnya," kata dia.
Direktur Eksekutif PolitiFact, organisasi pemeriksa fakta AS, Aaron Sharockman pun menolak anggapan bahwa cek fakta adalah alat untuk menekan kebebasan berbicara.
Menurutnya, peran pemeriksa fakta adalah memberikan pernyataan dan konteks tambahan pada unggahan yang menurut jurnalis mengandung misinformasi.
Baca juga: Cara Cegah Akun TikTok Kita Direkomendasikan ke Kenalan di Kontak atau Facebook
"Hal yang hebat tentang kebebasan berbicara adalah bahwa orang-orang dapat tidak setuju dengan setiap karya jurnalisme yang kita posting," ujarnya.
"Jika Meta marah karena telah menciptakan alat untuk menyensor, mereka harus bercermin," sambungnya.
PolitiFact adalah salah satu mitra awal yang bekerja sama dengan Facebook untuk meluncurkan program cek fakta di AS pada 2016.
Dalam program cek fakta, konten yang dinilai "palsu" diturunkan peringkatnya pada umpan berita, sehingga lebih sedikit orang yang akan melihatnya.
Jika seseorang mencoba membagikan kiriman tersebut, mereka akan disajikan dengan artikel yang menjelaskan mengapa kiriman tersebut menyesatkan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.