KOMPAS.com - Unggahan di media sosial menyebut, penyedap rasa seperti kaldu ayam atau sapi lebih berbahaya dibandingkan micin atau monosodium glutamat (MSG).
Unggahan yang disertai video itu dimuat oleh akun X (sebelumnya Twitter) @shi***** pada Kamis (9/1/2025).
Dalam video, dijelaskan bahwa sebaiknya menggunakan micin dan menghindari penyedap rasa.
Pasalnya, penyedap rasa tersebut diberi zat sintetis atau buatan untuk menambahkan cita rasa ayam atau sapi.
Sedangkan, micin atau MSG melalui proses yang lebih alami dengan melibatkan tetes tebu, bakteri, dan garam.
Dengan demikian, disimpulkan bahwa micin lebih bagus dan aman dibandingkan dengan penyedap rasa seperti kaldu.
“Jangan kebalik ya guys, dekati MSG (micin), jauhi penyedap rasa rasa (kaldu sapi ayam dan sebagainya),” bunyi keterangan dalam unggahan.
Lantas, antara micin dan penyedap rasa, mana yang lebih berbahaya?
Baca juga: Ramai soal Menu Makan Bergizi Gratis Tanpa Susu, Bagaimana Pendapat Ahli Gizi?
Plus minus micin vs penyedap rasa
Dokter dan ahli gizi Tan Shot Yen menyampaikan, micin dan penyedap rasa sama-sama bumbu yang menyedapkan masakan.
“Iya, micin dan kaldu hanya menyedapkan rasa namun tidak memberikan manfaat,” ucap Tan kepada Kompas.com, Sabtu.
Menurut Tan, kedua bumbu tersebut merupakan produk ultra proses, sehingga sama-sama “berisiko” atau memberikan dampak negatif pada tubuh.
Produk ultra proses sendiri adalah produk yang diproduksi melalui berbagai proses serta diberi zat tambahan seperti gula, garam, dan sebagainya.
"Produk ultra proses apa sih manfaatnya hehehe," kata Tan.
Ia menyarankan bahwa seseorang sebaiknya menggunakan kaldu alami yang bisa dibuat sendiri di rumah.
Misalnya untuk membuat kaldu ayam rumahan, cukup merebus tulang atau daging ayam di air mendidih. Air tersebut yang kemudian jadi kaldu.
Baca juga: Apa Bahaya Kebanyakan Makan Cokelat? Kenali Risiko Fatalnya
Terpisah, ahli gizi Universitas Gadjah Mada (UGM) Toto Sudargo juga menyampaikan hal senada, bahwa micin dan kaldu sama-sama adalah penyedap.
“Micin atau kaldu adalah penyedap atau bahan yang bisa membuat sedap suatu masakan,” ujar dia kepada Kompas.com, Sabtu.
Namun begitu, ia memastikan bahwa micin dan kaldu tidak akan berbahaya bagi tubuh apabila dikonsumsi dalam batas wajar.
“Kalau penyedap, pasti hanya sedikit. Micin, kaldu, itu enggak apa-apa, enggak ada masalah. Ketika kebanyakan, maka (masakan jadi) tidak enak,” tutur Toto.
Justru, dia menyarankan lebih memperhatikan dalam penggunaan minyak untuk menggoreng suatu masakan, dibandingkan fokus terhadap micin atau penyedap.
Pasalnya, minyak yang digunakan berkali-kali atau dikenal sebagai minyak jelantah dapat memicu masalah kesehatan bernama dislipidemia.
“Konsumsi minyak jelantah sudah dapat dipastikan dapat berbahaya karena memicu dislipidemia, lipid tidak stabil. LDL (kolesterol jahat) jadi tinggi, sedangkan HDL (kolesterol baik) jadi rendah,” ungkap Toto.
Baca juga: Natto Khas Jepang Punya Banyak Manfaat Kesehatan, Apa Saja?
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.