Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
PNS
Bergabung sejak: 31 Okt 2022

Saat ini bekerja sebagai periset di Pusat Riset Bahasa, Sastra, dan Komunitas, BRIN

Candu Berburu Koin Jagat

Baca di App
Lihat Foto
Kompas.com/Faqih Rohman Syafei
Sejumlah warga dari muda hingga tua sedang mencari koin aplikasi Jagat yang konon bernilai ratusan ribu hingga jutaan rupiah di Taman Tegalega, Kota Bandung, Jawa Barat, Jumat (10/1/2025).
Editor: Sandro Gatra

PERMAINAN "Jagat Coin Hunt" makin viral di media sosial. Dengan menawarkan hadiah uang tunai kepada pemain yang berburu koin virtual di berbagai lokasi, permainan ini menarik perhatian masyarakat luas.

Sayangnya, banyak masyarakat yang belum sepenuhnya memahami risiko permainan tersebut.

Pemain diberitakan merusak Taman Tegalega, Bandung. Para pencari koin tersebut tak segan mengangkat paving blok hingga rumput sintetis yang ada di area Taman Tegalega (Kompas.com, 10/1/25).

Lokasi kedua, Surabaya. Tanaman yang baru ditanam oleh DLH di Taman Prestasi rusak akibat terinjak pencari koin (Surya.co.id, 10/1/25).

Baca juga: Demi Cari Koin Jagat, Warga Rusak Paving Blok di Tegalega Bandung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kedua berita teranyar tersebut secara tidak langsung mencerminkan tren “investasi” kekinian, bukan?

Bila boleh menggunakan istilah, fenomena tersebut mengacu pada penggunaan mekanisme permainan dalam aktivitas ekonomi. Orang rela mengeluarkan uang untuk peluang mendapatkan imbalan finansial lebih besar.

Ini menciptakan ilusi "investasi" yang sebenarnya berbasis spekulasi tanpa jaminan keuntungan pasti.

Fenomena tersebut juga berkaitan dengan prinsip intermiten reinforcement (penguatan intermiten), di mana hadiah tidak selalu pasti didapatkan.

Mekanisme ini sering digunakan dalam permainan berbasis keberuntungan, seperti loot boxe, yang membuat pengguna terus mencoba walaupun peluang menang rendah, bahkan ada yang kehilangan uang tabungan kuliah puluhan juta rupiah (Kompas.com, 16/7/20).

Istilah lain yang relevan adalah herd behavior atau perilaku kawanan, di mana orang cenderung mengikuti tren tanpa analisis rasional karena takut kehilangan peluang (FOMO: Fear of Missing Out).

Baca juga: Viral Main Cari Koin Jagat di Bandung, Warga Sampai Rogoh Kocek hingga Rp 80.000

Hal ini diperkuat dengan narasi kesuksesan instan yang menggoda, seperti mendapatkan hadiah besar dalam waktu singkat.

Sebelumnya, banyak orang membeli mata uang kripto dengan harapan harga akan melonjak, meskipun tidak ada fundamental ekonomi yang mendukung.

Contoh lainnya, permainan Overwatch, pemain menghabiskan uang nyata untuk membuka kotak hadiah dengan peluang mendapatkan item langka, seperti skin karakter (Kompas.com, 15/8/23). Mekanisme ini menyerupai perjudian.

Sistem berbasis hadiah instan ini memiliki daya tarik psikologis yang mendalam karena memanfaatkan prinsip-prinsip dasar dalam perilaku manusia. Mekanisme ini dirancang untuk menciptakan rasa kesenangan sesaat, ekspektasi, dan kecanduan.

Sistem hadiah instan mengandalkan operant conditioning, seperti yang dijelaskan oleh Burrhus F. Skinner dalam buku Science and Human Behaviour.

Teori pengkondisian operan (operant conditioning) yang dikembangkan oleh Skinner didasarkan pada dua prinsip utama, yaitu law of operant conditioning dan law of operant extinction.

Law of operant conditioning menyatakan bahwa perilaku akan makin kuat bila disertai stimulus penguat yang mendukung perubahan tersebut.

Sebaliknya, law of operant extinction menjelaskan bahwa perilaku yang telah diperkuat melalui proses pengkondisian, tetapi tidak lagi diikuti oleh stimulus penguat, cenderung melemah atau berkurang intensitasnya.

Nah, hadiah berupa uang tunai tentunya menjadi law of operant conditioning, bukan?

Ibarat skinner box, para pemain diarahkan untuk mengelilingi lokasi yang disinyalir tempat beradanya koin.

Baca juga: Taman Dirusak gara-gara Koin Jagat, Pj Wali Kota Bandung Minta Aplikasi Dihentikan

Saat mereka menemukan koin tersebut (apakah dengan membongkar paving blok atau merusak taman) mirip ketika tikus menemukan tombol pengungkit, mereka akan bergembira karena di dalam angan-angan telah mendapatkan hadiah uang yang lebih besar.

Tentu saja hal tersebut lama kelamaan akan menimbulkan candu. Hadiah instan memicu pelepasan dopamin, neurotransmitter yang berperan dalam pengalaman kesenangan dan motivasi.

Ketika seseorang menerima hadiah instan, otak mencatat pengalaman tersebut sebagai sesuatu yang menyenangkan dan ingin mengulanginya.

Sebaliknya, saat tidak mendapatkan hadiah, otak merasa "kehilangan," tetapi rasa penasaran mendorong seseorang untuk mencoba lagi.

Hadiah kecil diberikan secara rutin untuk mendorong partisipasi terus-menerus. Sistem ini sering menciptakan kesan bahwa pemain memiliki kontrol atas hasil, meskipun sebenarnya hadiah sebagian besar bergantung pada keberuntungan.

Pemain yang melihat pencapaian pemain lain, menciptakan tekanan sosial untuk "ikut serta" dan mendapatkan hadiah serupa.

Sistem ini dapat memicu gejala kecanduan, serupa dengan perjudian atau belanja kompulsif. Kecanduan tersebut memiliki dampak, bukan?

Pemain dapat menghabiskan waktu untuk mencoba mendapatkan hadiah, bahkan mengorbankan aktivitas lain seperti pekerjaan atau keluarga.

Pemain pun mungkin menghabiskan uang dalam jumlah besar untuk membeli koin. Pola hadiah variabel membuat pemain terus mencoba, bahkan ketika kerugian atau kelelahan mulai dirasakan.

Sudah sepatutnya insan per-game-an mengedukasi (calon) pengguna aplikasi permainan tersebut.

Media sosial dan forum online pun juga dapat digunakan untuk berbagi informasi tentang risiko dan cara menghindarinya, bukan?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi