Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Profil Hasjim Djalal, Diplomat Senior Indonesia yang Meninggal Dunia

Baca di App
Lihat Foto
(HENDRA A SETYAWAN).
Pakar Hukum Laut Internasional, Hasjim Djalal. Profil Hasjim Djalal.
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Kabar duka datang dari keluarga mantan Wakil Menteri Luar Negeri Dino Patti Djalal.

Ayahnya, Hasjim Djalal meninggal dunia di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta, Minggu (12/1/2025) pukul 16.40 WIB.

Hasjim Djalal adalah mantan diplomat Indonesia untuk Jerman dan Kanada.

"Betul, (Hasjim Djalal meninggal)," kata Chief of Staff Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Mohamad Irfan, Minggu. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jenazah rencananya disemayamkan di rumah duka di Jalan Taman Cilandak III Nomor 2, Cilandak Barat, Jakarta Selatan pada Minggu malam hingga Senin (13/1/2025) siang.

Belum diketahui di mana lokasi mantan diplomat Indonesia itu akan dimakamkan.

Baca juga: Diplomat Senior Hasjim Djalal, Ayah Dino Patti Djalal Meninggal Dunia

Profil Hasjim Djalal

Hasjim Djalal lahir di Sumatera Barat pada 25 Februari 1934. Ayahnya merupakan seorang petani di Ampe Angke, Bukittinggi, Sumatera Barat.

Hasjim tumbuh di sebuah desa dan tidak pernah keluar dari Sumatera Barat hingga tamat Sekolah Menengah Atas (SMA).

Meski tinggal di desa, Hasjim kecil sudah bercita-cita menjadi diplomat.

Oleh karena itu, setelah lulus dari SMA pada 1956, dia memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di Akademi Luar Negeri untuk meraih gelar BA.

Setahun kemudian, Hasjim Djalal mulai bekerja di Departemen Luar Negeri (Deplu) pada 1 Januari 1957.

"Baru enam bulan bekerja, saya mendapat beasiswa untuk sekolah ke University of Virginia," kata dia, dikutip dari pemberitaan Harian Kompas, 27 Februari 1997.

Baca juga: Profil Bambang Hero Saharjo, Guru Besar IPB yang Dipolisikan di Kasus Harvey Moeis

Selama 4 tahun, Hasjim menyelesaikan S2 dan S3. Topik untuk tesis adalah The Eisenhower Doctrine in Middle East (1959), sedangkan topik disertasi doktornya adalah The Limit of Territorial Sea in International Laws (1961).

Dia mengaku tertarik dengan masalah kelautan ketika belajar di Amerika.

"Waktu itu, saya melihat apa yang salah dengan negara ini, mengapa kita saling berkelahi karena masalah etnis atau propinsial," ungkapnya.

Setelah PBB mengadakan konferensi pertama tentang hukum laut pada 1958, Hasjim mulai memikirkan tentang Wawasan Nusantara sebagai konsep untuk membina persatuan dan kesatuan nasional.

Tujuannya adalah menghindari perpecahan seperti pemberontakan PRRI/Permesta itu.

"Saya merasa Wawasan Nusantara sebagai jawaban untuk menghindari pemberontakan," imbuhnya.

Baca juga: Kelakar Menlu Sugiono ke Dino Patti Djalal: Kenapa FPCI Tidak Dijadikan Parpol?

Rekam jejak Hasjim Djalal

Setelah menamatkan pendidikan di Amerika Serikat, Hasjim kembali ke Tanah Air pada 1961.

Dia langsung terlibat aktif di bidang kelautan dengan mendirikan Panitia Hukum Laut Indonesia, di bawah koordinasi Dewan Maritim dan menghasilkan sejumlah keputusan penting dalam pengelolaan kelautan.

"Apalagi di Deplu saya ditempatkan di Direktorat Hukum, jadi memiliki kesempatan lebih luas lagi untuk mempelajari masalah-masalah hukum kelautan," kata dia.

Pada 1964, Hasjim kemudian ditempatkan di Beograd (Yugoslavia) sebagai Sekretaris II Bidang Politik, selama dua tahun.

Dia langsung ditugaskan ke Guinea, di bagian barat Benua Afrika sebagai orang kedua.

Baca juga: Profil Nurul Qomar, Pelawak yang Meninggal Dunia akibat Kanker

Hasjim mengaku tidak tahu mengapa ditempatkan di negara itu. Namun, Hasjim sempat dianggap sebagai ahli Afrika, sehingga sering kali mendapat tugas ke sana.

Pada 1969 sampai dengan 1972, dia diangkat menjadi Kepala Dinas Hukum Internasional dan menghabiskan sebagian besar waktunya untuk urusan hukum laut.

Pada 1976, dia menjabat sebagai Direktur Perjanjian dan Hukum Departemen Luar Negeri Indonesia selama tiga tahun.

Lalu pada 1985, dia dipercaya menjadi Direktur Jenderal Perencanaan Kebijakan selama 5 tahun.

Hasjim juga pernah ditunjuk menjadi Duta Besar/Wakil Wakil Tetap Indonesia untuk PBB di Jerman pada (1990-1993) dan Duta Besar untuk Hukum Laut dan Urusan Maritim (1994-2000).

Baca juga: Dino Patti Djalal: Pemilu Masa Depan Bisa Diintervensi Negara Lain Lewat Teknologi

Berhasil mengesahkan Hukum Laut Internasional PBB

Hasjim tercatat pernah menjadi anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Dewan Maritim Indonesia, Penasihat Senior Menteri Kelautan dan Perikanan Indonesia, dan Kepala Staf Angkatan Laut Indonesia.

Dia turut menjadi pengajar di sejumlah perguruan tinggi dan lembaga pendidikan tinggi lainnya di Indonesia.

Bahkan, Hasjim telah menerbitkan artikel dan tiga buku tentang Hukum Laut serta isu-isu Regional.

Dikutip dari , Hasjim merupakan diplomat Indonesia yang berada di balik suksesnya pengesahan Hukum Laut Internasional PBB (UNCLOS 1982).

Bersama dengan Prof Dr Mochtar Kusumaatmadja, mereka membawa kepentingan Indonesia, seperti yang diamanatkan oleh Deklarasi Juanda.

Selama puluhan tahun, Hasjim telah memperjuangkan konsep Nusantara dengan gigih, ulet, dan tekun di medan Internasional.

Atas perjuangannya itu, Hasjim disebut sebagai "Patriot Negara Kepulauan" dalam buku karya Efri Yoni Baikoeni.

Semasa hidupnya, Hasjim telah menerima berbagai penghargaan, pujian, dan tanda jasa, termasuk Bintang Mahaputera Utama.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi